6.

938 151 2
                                    

Hari ini Alby sudah siap dengan seragamnya, ternyata Aldi satu sekolah dengannya hanya saja beda gedung, Alby dulu di gedung Starboard yg artinya hanya orang tertentu yg bisa berada di sana sedangkan Alby bisa masuk sana karna kecerdasannya di bidang apapun. Meski begitu Alby Lemah di bidang voli.

Dan Aldi dia di gedung Pledisboard gedung yg memang di khususkan. Untuk orang yg tidak mampu, karena bayarannya yg tidak terlalu mahal seperti Starboard.

Bukan membedakan hanya membantu, jika Aldi di gedung Starboard apa ayah nya mampu? Tidak! Maka dari itu Aldi di masukkan ke Pledisboard.

Alby menghela nafas untuk memulai paginya.

Baju yg sudah sedikit kekuningan, celana yg robek kecil di bagian paha atas dan sepatu yg sedikit rusak tapi itu tidak membuat semangat seorang Alby kardenska luntur.

Alby kini sudah berada di depan gedung sekolah Aldi, ini pertama kalinya untuk Alby menginjakkan kaki di gedung Pledisboard. Memang anak anak Starboard dilarang keras untuk mendatangi gedung ini karena bisa saja mereka memberi contekan kepada temannya yg berada di gedung ini. Maka dari itu dilarang keras.

Alby mulai membuka pintu lobby dan berjalan menaiki lift untuk bisa sampai di kelasnya, lantai 2 , 11 IPS 7 kelas yg selalu di pandang rendah itu, yang hanya berisikan 7 orang lelaki brandal termasuk dirinya ah bukan Aldi maksudnya.

Krieett.....

Bunyi pintu yg terbuka pelan membuat atensi ke 6 manusia itu melirik ke arah nya. Tiba tiba satu anak laki laki tertawa.

"Heh! Lo mati suri anjir? Haha kemarin satu sekolah panik kok Lo matinya bisa barengan sama Alby si anak unggul dari 11 IPA 1? Janjian ya haha" dia Angga, si brandal yg sering berkelahi dan tidak kenal tempat.

"Tau, semua orang kayanya lebih panik pas Alby mati dari pada Lo mbel" timpal lelaki yg berpenampilan sangat berantakan. Mereka semua berantakan namun lelaki itu sangat berantakan, Namanya Soni Sofyan.

"Gapapa mbel lo masih punya kita" sambung lelaki yg memakai headband, dia Tiar, Ahmad subastiar lelaki tampan yg sayangnya miskin.

Alby masih mematung di depan pintu.

"Masuk mbel ngapa dokem aja di situ" seru lelaki di pojok, namanya Asep yudisthira. Lelaki yg sangat tidak suka di sentuh perempuan. Hanya satu perempuan yg boleh menyentuhnya yaitu Anggi adik dari Angga.

"Duduk mbel, yaelah pake bengong lagi Lo! Abis mati suri kagak ilang ingatan kan?" Ejek laki laki yg duduk di meja guru. Membuat ke 6 laki laki lainnya tertawa.

Namanya Rafael Akbar, lelaki tampan yang mm tidak terlalu miskin? Ya diantara semuanya dia lah yg paling kaya. Ingat! Di antara semua anak kelas 11 IPS 7 bukan seluruh sekolah!

Dan yg terakhir si orang yg males ngomong, namanya Dio Akbar.

"Gak ada gurunya?" Tanya Alby.

Krik..

Krik..

Krik..

"HAHAHAHAHA" mereka semua menertawakan Alby. Alby mengerut bingung.

"Kenapa?"

"Sejak kapan Lo ngurusin tuh guru? Bukannya Lo tau gaada guru yg mau ngajar di kelas ini!" Jelas Fael. Alby menggaruk tengkuknya bingung.

"Biar gw panggil ya?" Izin Alby. Dio mengangkat satu alisnya, membuat Alby gugup. Ia tidak terbiasa berdekatan dengan anak brandal, ya walaupun dirinya juga brandal tapi ia masih paham batasan.

"Sono kalo ada yg mau" putus Soni. Alby mengangguk walaupun hatinya ragu tapi ia akan mencoba.

Alby mengetuk pintu ruang guru, tak lama guru perempuan menatapnya tidak suka.

This is Alby // On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang