Seohyun berdiri sambil bersedekap. Tubuhnya menyender pada jendela kaca di ruang kerjanya. Tatapannya menerawang menatap lalu lalang kendaraan di bawah sana. Ingatannya kembali berputar pada percakapannya dengan Jaemin semalam.
"Jaem, jika eomma harus kembali mengecewakanmu, apa Jaemin akan memaafkan eomma?" Seohyun membuka percakapannya dengan Jaemin malam itu. Ibu dan anak itu sudah berbaring di ranjang apartemen mereka malam itu. Jaemin anak yang cerdas, jadi Seohyun suka mendiskusikan banyak hal yang menurutnya perlu pada Jaemin.
Jaemin melirik ibunya. " Maksud eomma apa?"
"Jaemin selalu mengharapkan keluarga yang utuh. Ada eomma, appa, dan Jaemin. Tapi kalau eomma lagi-lagi mengecewakan Jaemin bagaimana? Kalau eomma tidak bisa memenuhi keinginan Jaemin bagaimana?" Seohyun melontarkan kalimat itu dengan rasa sesak yang menghimpit dadanya. Seohyun tidak mau sebenarnya membicarakan masalah ini dengan Jaemin, ia tidak mau putranya kecewa. Tapi Seohyun tidak mau terus menerus menyembunyikan dari putranya bahwa kedua orang tuanya bermasalah. Kedua orang tuanya mungkin tidak ditakdirkan untuk bersama.
Jaemin yang setelah mendengar perkataan ibunya langsung menangkap maksud dari ibunya itu. Seketika kekhawatiran mulai menjalarinya. Tapi bocah itu pandai menutupinya. "Ini masalah eomma yang bertengkar dengan appa?"
Seohyun memandang Jaemin sendu. "Maaf ya karena Jaemin harus mendengar pertengkaran eomma dan appa. Tapi Jaemin harus melupakannya. Jangan memasukkannya ke hati."
Jaemin hanya mengangguk mengiyakan. Padahal momen itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Orang tuanya tidak seharmonis yang ia bayangkan.
"Jaemin lebih suka melihat eomma hidup bahagia atau menderita?" Seohyun lagi-lagi bertanya pada Jaemin.
Jaemin berdecak kesal. "Tentu saja Jaemin ingin eomma bahagia. Mana ada anak yang ingin eommanya menderita."
Seohyun terkekeh pelan tapi tak lama tatapannya langsung berubah sendu. "Walaupun apa yang membuat eomma bahagia akan menghancurkan harapan Jaemin selama ini?"
Jaemin tertegun. Tatapannya berfokus pada mata ibunya. "Eomma mau meninggalkan appa lagi ya? Eomma mau berpisah dengan appa?" Tebak Jaemin dengan suara lirihnya.
Seohyun meneteskan air mata yang sedari tadi ditahannya. Suara lirih Jaemin begitu menyayat hatinya. Inilah yang dia takutkan. Ia akan kembali mengecewakan Jaemin. "Belum pasti, Eomma hanya sedang berpikir saja. Eomma merasa kehidupan kita saat berdua jauh lebih bahagia dari sekarang. Eomma bisa lebih fokus mengurus Jaemin, tidak pernah bertengkar dengan siapapun. Iya kan?"
Jaemin diam-diam mengangguk. Walaupun sekarang ia bahagia karena bisa hidup dengan ayahnya, tapi saat hidup berdua dengan ibunya Jaemin merasa ibunya lebih bahagia. Sekarang ibunya terlihat memendam beban yang sangat banyak. Jaemin bergeser mendekati ibunya dan memeluk ibunya.
"Maafkan eomma, Jaemin. Maafkan eomma jika suatu saat keputusan eomma mematahkan harapan Jaemin."
Jaemin menggeleng pelan. "Tidak eomma. Eomma tidak perlu meminta maaf. Lakukan saja yang terbaik menurut eomma. Jaemin akan selalu mendukung keputusan eomma. Jaemin ingin eomma selalu bahagia."
Seohyun semakin terisak. Putranya itu masih kecil tapi kenapa mempunyai pemikiran sebijak ini. Seohyun semakin merasa bersalah jika harus mengecewakan harapan Jaemin tapi tidak ada jalan lain untuk masalahnya ini.
Tak terasa setetes air mata jatuh lagi ke pipi Seohyun. Wanita itu dengan cepat mengusapnya. Seohyun menyemangati dirinya sendiri. Ia harus kuat. Demi dirinya dan Jaemin.
"Aku sudah mengetuk pintu berkali-kali dan ternyata kau asyik melamun disini. Pantas tidak mendengar ketukan pintu dariku." Yoona menggerutu sembari membawa tumpukan berkas ditangannya ke ruangan Seohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Love You
FanfictionSekuat apapun rintangan menghadang... Selama apapun waktu memisahkan... Cinta sejati akan selalu menemukan jalan untuk kembali...