6❥︎ Mundur?

182 33 9
                                    

•••

Dipatahkan sebelum berjuang. Dipaksa tetap terjebak dalam hubungan pertemanan meski enggan.

Karena hati tidak pernah bisa bohong perihal perasaan. Rasa sayang tidak lagi sebatas teman. Dan, tidak bisa dipungkiri jika aku ... ingin hubungan ini selangkah lebih jauh.

•••

6.Mundur?

Hari ini Setya dan Milhan sudah kembali menginjakkan kaki di sekolah. Mereka berjalan bersebelahan seraya bergandengan tangan dari parkiran hingga kini di koridor menuju kelas. Siswa-siswi SMA Darmawangsa sudah tidak asing lagi melihat ini. Setya dan Milhan memang pasangan yang serasi.

Di tengah koridor mereka pun bertemu dengan Naja ditemani Destan yang memang selalu ada di samping Naja selama Setya dan Milhan tak sekolah. Destan sontak langsung merangkul bahu sahabatnya.

"Wah, wah, kalian ini kayaknya emang beneran jodoh, deh. Kemarin sakit barengan, sekarang sehatnya juga barengan. Kalian janjian, ya?"

Setya langsung menjitak kepala Destan hingga meringis kesakitan. "Mana ada sakit janjian, Ogeb!"

Milhan tertawa kecil. "Tau kamu, Tan, ada-ada aja, deh." Dia geleng-geleng kepala.

Sejak tadi Naja hanya terdiam menyimak. Sifat gadis itu memang cukup pendiam dan tertutup. Makanya, dia sulit bersosialisasi dengan orang lain hingga tidak memiliki banyak teman. Hanya Milhan satu-satunya orang yang mau berteman dekat dengan Naja, dan karena gadis itu pula Naja bisa berteman dengan Destan dan Setya.

Mereka berhenti di depan kelas 12 IPA 2, bercanda tawa dan berbincang-bincang terlebih dahulu di sana. Hingga kala tawa mereka menggelegar, tidak jarang siswa-siswi lain jadi merasa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Aduh, ngeliat kalian mesra mulu kayak gini gue jadi pengen punya cewek juga, nih," ucap Destan.

"Bukannya cewek kamu banyak, Tan? Kamu kan pakboy," sahut Milhan lalu terkekeh kecil.

"Wah, fitnah dari mana, tuh? Cowok setia gini dibilang pakboy." Destan terlihat tidak terima.

"Cewek yang jadi gebetan dia emang banyak, Han, tapi yang mau sama dia gak ada," ucap Setya membuat tawa mereka menggema.

"Eh, suka bener lo, Set," sahut Destan seraya memukul bahu Setya pelan.

"Ja, ngomong, dong! Dari tadi diem mulu. Bibir kamu gak pegel apa?" Milhan menyenggol bahu Naja yang duduk di sampingnya.

"Naja ngomong itu adalah salah satu hal yang langka, Han. Tapi, jujur gue suka cewek yang pendiem kayak gini," imbuh Destan seakan menyiratkan sedikit sinyal bahwa dia menyukai Naja.

"Ekhem, ekhem, mainnya sekarang pake kode-kodean, ya," ledek Milhan lalu kembali menyenggol bahu Naja. "Peka dong, Ja. Destan kasih kamu kode, tuh."

"Kode apaan, sih?" Naja mengernyit tak mengerti.

"Di mana nyali lo sebagai cowok, Tan? Langsung tembak aja gak usah pake kode-kodean segala, lah," ujar Setya.

"Apaan, sih, kalian. Kalau urusan jadi mak comblang aja, kompak banget." Naja risi karena Milhan dan Setya selalu menjadi pasangan mak comblang antara hubungannya dengan Destan. "Lagi pula Destan bukan tipe aku."

"WTF?! Masa gue ditolak sebelum berjuang, sih, Ja?" Destan memasang wajah memelas membuat Setya dan Milhan malah menertawainya.

"Maaf, Tan, tapi aku lebih nyaman kalau kita temenan aja. Aku juga belum kepikiran buat pacar-pacaran." Perkataan Naja membuat hati Destan semakin patah.

Kita, Cinta & Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang