14❥︎ Lah, Kok?

109 18 10
                                    

•••

"Rencana semesta selalu datang tanpa diduga. Entah itu bahagia atau duka. Maka, kita harus selalu siap untuk menghadapinya. "

•••

14.Lah, Kok?

Di taman yang berada di dekat butik, Naja tengah melakukan pemotretan untuk bahan promosi gaun-gaun yang didesain ibunya. Ini gaun kedua yang dipakai gadis itu, berwarna merah dengan lengan terbuka. Bu Rahma sengaja menjadikan Naja sebagai model di butiknya sebagai awal Naja memulai karier. Bu Rahma tahu bahwa putrinya memiliki bakat terpendam selama ini. Dan, dia mau Naja mengembangkan bakatnya tersebut.

“Oke, selesai. Kamu bisa istirahat dulu,” ujar seorang fotografer yang memotret Naja.

Naja pun menghela napas lega dan melangkah menghampiri Setya, Milhan dan Destan yang sedari tadi hanya menontoninya. Gadis itu pun ikut duduk bersama mereka di sebuah gazebo sederhana.

Wow, you're so great, Ja. Aku gak nyangka ternyata kamu bisa jadi model juga,” puji Milhan dengan wajah yang berbinar memperhatikan gadis di depannya.

Yes, you are very, very beautiful,” imbuh Destan terlihat sangat terpesona dengan kecantikan Naja.

Thanks,” sahut Naja lalu tersipu malu hingga pandangan dia dan Setya pun tak sengaja bertemu.

“Eh, kok, aku kayak baru liat kalung yang kamu pake itu, ya. Kamu baru beli? Bagus banget.” Milhan memegang liontin kalung yang Naja pakai membuat Naja dan Setya langsung mengalihkan tatapannya ke arah gadis itu.

“Mmm, i–iya, Han.” Naja menoleh kembali ke arah Setya secara sekilas.

“Kenapa? Kamu mau juga kalung yang kayak Naja itu?” tanya Setya pada Milhan.

“Mau,” rengek Milhan lalu mengerucutkan bibirnya gemas.

“Ya udah, entar kita langsung pergi beli berdua, gimana?”

“Serius?”

“Kapan sih, aku bercanda? Ya serius, lah.” Setya tersenyum ke arah Milhan membuat dada Naja terasa sesak menahan cemburu yang memburu.

“Hilih, dasar budak cinta,” protes Destan yang sedari tadi hanya memperhatikan sembari ngemil keripik kentang.

“Naja.” Rahma tiba-tiba saja datang membuat atensi ke empat orang yang ada di sana tertuju padanya.

“Ada apa, Bu?” tanya Naja pada ibunya yang terlihat gelisah.

“Masih ada satu gaun lagi yang harus kita promosiin, tapi ....” Bu Rahma menjeda ucapannya.

“Tapi? Tapi kenapa, Bu?” tanya Naja lagi.

“Kita butuh satu model cowok. Soalnya gaun itu buat pasangan gitu. Mmm ....” Bu Rahma memandangi Setya dan Destan secara bergantian. “... di antara kalian ada yang bisa jadi model buat dipasangin sama Naja?” tanya wanita itu pada kedua remaja laki-laki tersebut.

“Saya aja, Bu,” ucap Setya dan Destan bersamaan sambil sama-sama mengacungkan tangan.

Destan mendorong bahu Setya pelan. “Lo ngapain ikut-ikutan jir?”

“Ya terserah gue lah, gue juga mau kali ngerasain jadi model,” sahut Setya.

“Mmm, tapi kayaknya Destan lebih cocok, deh. Kamu lain kali aja ya, Setya. Nanti ibu pasangin kamu sama Milhan biar serasi,” ujar Bu Rahma membuat Destan bersorak heboh.

Kita, Cinta & Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang