28❥︎ Hujan & Patah Hati

98 12 7
                                    

Now Playing: Mahalini - Melawan Restu

••

"Terkadang manusia terlalu fokus pada orang yang dia cintai hingga menyakiti orang yang mencintainya setulus hati."

•••

28.Hujan & Patah Hati

Seisi rumah Milhan sibuk mencari keberadaan gadis itu. Kemarin Milhan memaksa untuk dirawat di rumah saja, tapi sekarang dia malah memanfaatkannya untuk kabur. Zora benar-benar tak habis pikir. Apa yang membuat putrinya sampai senekat itu?

"Saya enggak mau tahu, pokoknya cari Milhan sampai ketemu! Secepatnya," titah Zora pada kelima pria di hadapannya.

"Baik, Nyonya," sahut kelima pria tersebut sambil menunduk hormat lalu pergi untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh sang majikan.

Milhan baru saja keluar dari taksi yang ditumpanginya setelah berada tepat di depan gerbang rumah Setya. Sejenak, dia memerhatikan rumah mewah di depannya itu seraya menghela napas panjang. Milhan harus segera meminta penjelasan kepada Setya daripada dia terus menerka-nerka

"Kakak Cantik!" panggil dua orang anak kecil membuat Milhan tidak jadi melangkah ke depan dan malah berbalik ke belakang.

"Eh, Upen, Ipen." Milhan melihat kedua bocah kembar, keponakan Destan. Mereka menghampiri Milhan dengan raut wajah yang begitu sumringah dan langsung memeluk gadis itu.

"Kakak ke mana aja? Upen kangen tau," ucap Upen lalu mencebikkan bibir sembari melepaskan pelukannya begitu juga Ipen.

Milhan menyejajarkan tubuhnya dengan kedua bocah itu. "Kakak sakit." Dia tersenyum miris.

"Sakit apa, Kak?" tanya Ipen.

"Mmm, sakit apa ya?" Milhan malah balik bertanya dan mengetuk dagunya dengan telunjuk seakan tengah berpikir dan berpura-pura tidak tahu.

"Huh, ya udah kalau Kakak gak mau ngasih tau kita. Kita doain aja, semoga Kakak Cantik sehat terus ya, biar bisa sering-sering main sama kita lagi," ucap Upen.

"Aaamiiin." Mereka bertiga sama-sama mengusap wajahnya masing-masing.

"Makasih, ya, anak-anak imut kesayangan kakak. Nanti kalau Kak Milhan udah bener-bener sembuh Kak Milhan janji bakal ajak kalian main." Milhan mencubit pipi gembul Upen dan Ipen secara bergantian, gemas.

"Hore!"

"Hole!"

Upen dan Ipen loncat-loncat kegirangan.

"Janji ya, Kak?" Ipen mengacungkan jari kelingkingnya diikuti Upen.

"Janji." Milhan mengaitkan jari kelingking kanannya di jari Upen dan yang kiri di jari Ipen lalu beberapa detik kemudian mereka sama-sama melepaskannya.

"Eh, Kakak lagi nyari Bang Setya?" tanya Upen.

Milhan mengangguk mengiyakan.

"Bang Setya gak ada di rumah, Kak. Tadi kita liat dia lagi ada di taman komplek sini. Iya, 'kan, Dek?" Upen menoleh pada Ipen dan Ipen langsung mengangguk, sedangkan Milhan mengernyitkan keningnya.

"Sama siapa?" tanya Milhan.

Upen dan Ipen menggeleng bersamaan. "Gak tau," sahut keduanya.

Milhan menggigit jari telunjuknya. Dia bingung dengan perasaanya sendiri. Mengapa mendadak jadi tidak enak seperti ini? Semoga saja apa yang berada di dalam imajinasinya tidak benar-benar terjadi.

Kita, Cinta & Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang