[Sayang, alhamdulillah calon anak kita laki-laki.]
Demikian bunyi pesan masuk pada ponsel Mas Angga yang terbaca olehku. Disusul sebuah gambar yang merupakan foto hasil USG.
Deg.
Seketika aku tertegun diam. Mencerna kata demi kata yang dikirim oleh salah satu kontak di ponsel Mas Angga yang dinamai Budi. Apa teman suamiku yang bernama Budi ini salah kirim chat?
[Kok cuma dibaca aja sih, Mas? Kamu nggak seneng kita akhirnya akan segera punya anak? Chat aku kok malah dikacangin!]
Sebuah pesan masuk lagi sebab aku sejak tadi tak kunjung membalas sambil menatap tiap huruf yang terangkai di sana. Khawatirnya, teman Mas Angga ini hanya sekedar salah kirim pesan.
[Kirim uang ke rekeningku yang biasa ya, Mas. Buat belanja persiapan lahiran bayi kita. Sekalian aku mau tanya, kapan kamu ceraikan istrimu yang mandul dan tahunya cuma ngabisin duit itu?]
Si Budi mengirim pesan lagi. Kali ini aku jadi semakin bingung. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa bunyi pesan masuk ini terasa penuh kejanggalan?
Aku melirik sebentar ke arah pintu kamar mandi yang terletak menyatu dengan kamar tidur kami. Masih terdengar suara gemericik air dari dalam sana, yang berarti Mas Angga masih sibuk mandi setelah pulang bekerja dari kantor.
Daripada penasaran, aku memutuskan lebih baik menelepon si Budi ini. Aku tak mau berprasangka buruk pada Mas Angga, lelaki yang sudah hampir lima tahun ini menjadi suamiku, pendamping dalam hidupku.
Namun belum sempat niatku terlaksana, si Budi ternyata meneleponku lebih dulu. Hatiku bimbang antara ingin menjawab atau tidak. Namun sebuah suara kecil dalam kepala, memerintahkanku untuk menjawab panggilan tersebut.
Aku pun mendekatkan ponsel ke arah daun telinga setelah menggeser gambar telepon berwarna hijau.
"Halo? Mas Angga lagi di mana, sih? Dari tadi aku chat bukannya dibalas malah dicuekin aja? Jangan bilang gara-gara di sana ada Dira ya, jadinya Mas nggak berani balesin chat aku!"
Sekujur tubuhku rasanya gemetar hebat demi mendengar rentetan suara perempuan di seberang sana. Dia bahkan tahu namaku segala. Siapa dia sebenarnya?
Apa-apaan ini? Nama kontaknya Budi, tetapi kenapa suara seorang perempuan yang menelepon?
Jantungku terasa berdegub kencang, seiring darah yang mengalir deras dalam setiap pembuluh darahku.
"Halo? Mas Angga!" Perempuan laknat itu berteriak dari ujung sana, suaranya pecah, nyaris Cumiakkan gendang telingaku.
"Diam kau, Sundal! Ini aku Dira yang sedang berbicara denganmu. Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau menelepon suamiku?" Kali ini aku tak tahan lagi dan langsung bersuara.
Dalam sekejap suara bising perempuan itu langsung menghilang, ditelan oleh hening yang mendadak tercipta.
"Dira? Ngapain kamu pegang ponsel, Mas?"
Kepalaku langsung menoleh ke asal suara, di mana Mas Angga yang ternyata baru keluar dari dalam kamar mandi tampak berdiri dengan ekspresi tercengang kala menyadari aku sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
Kami berdua saling tatap, sebelum akhirnya aku membanting ponsel Mas Angga dengan keras ke lantai hingga benda pipih tersebut hancur berderai. Tapi tak lebih hancur dari perasaanku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAT MESRA DI PONSEL SUAMIKU
RomanceLangsung baca saja ceritanya, gak perlu baca deskripsi ini, Sobbbbbbbbb!!!! Selamat bermesraan! akakkakakak