part 16

621 52 6
                                    

Seperti biasa jangan lupa vote, okeh?

Dan sebelum kalian baca, aku mau minta maaf. Kemarin emang mau up tiga kali seminggu, cuman minggu kemarin itu full tugas sekolah jadi gak sempat, istirahat aja kurang. Hari minggu kemarin juga mau up sebenarnya tapi aku pake buat istirahat seharian jadi maaf yah..:)

Happy Reading
.
.
.

___🐣___


Naufal mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, dengan seorang perempuan yang duduk diam memandang ke arah luar jendela mobil.

Pikiranya masih mengingat dengan jelas kejadian pada saat di supermarket tadi, dimana ia di perlakukan dengan kasar oleh kekasihnya.

Mendengar suara isakan kecil dari perempuam tersebut, lantas Naufal mengalihkan pandangan dan menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu kembali fokus mengemudi.

"Udalah, putusin aja sih."

"Gue gak bisa Fal," ucapnya lirih.

"Apa susahnya sih Di!, hidup lo menderita gara-gara dia."

"Tapi gue, sayang sama dia!"

"Lo gak bisa apa, cari cowok lain aja?! Muak gue, liat lo yang sok kuat gini. Lo gak cape? Setiap hari! di badan lo ada aja bekas memar Di. Udah berapa kali gue bilang, kalau si Alan itu gak pantas buat lo!"

"Dia kaya gitu, karena emang gue yang salah Fal. Jadi lo ga usah salahin dia."

Naufal memberhentikan mobilnya di jalan yang lumayan sepi, lelaki dengan nafas yang memburu ini meramat kuat stir mobil guna mengontrol emosi.

Sementara perempuan di sebelahnya, yang tak lain adalah Dian sekaligus sahabat kecil Naufal itu menangis dengan sendu.

"Dian please! Ini demi kebaikan lo juga. Tinggalin Alan, dia gak baik buat lo."

Dian menggelang kuat, merasa tak setuju dengan perkataan sahabatnya.
"Gak!! Gue gak bisa Fal."

"Lo kenapa keras kepala banget sih! Lo gak ingat di supermarket tadi lo di maki-maki terus lo di tampar juga kan? Masih mau pertahanin cowok brengsek kaya dia hah!?"

"Mau sampai kapan, lo kaya gini terus?! Gue capek, harus dengar lo nangis tiap hari, tapi gak mau dengar nasehat gue buat tingalin cowok bajingan kaya dia Di. Apa sih yang ada di otak lo, sampai mau pertahanin dia, hah?!"

Bukanya menjawab, Dian semakin terisak dengan air mata yang membanjiri kedua pipi mulusnya.

Semua yang di ucapkan Naufal memang benar, perlakuan Alan kepadanya tak pernah baik selalu saja kasar. Tapi entah apa, yang membuatnya tak ingin melepaskan lelaki itu.

Dan ini bukan satu atau dua kali Naufal menyuruhnya untuk mengahiri hubungan keduanya. namun, memang dasarnya ia yang keras kepala, dan tak mau mendegar setiap nasehat yang Naufal berikan kepanya.

Dian meremas kuat kedua tanganya, kepalanya menunduk tak berani melihat Naufal yang sedang marah. Sementara air matanya tak mau berhenti menglir.

Keduanya terdiam beberapa saat, untuk mengontrol diri masing-masing.

"Naufal." Ucapan itu, keluar dari bibir mungil seorang gadis yang menahan isak tangisnya.

Naufal tampak acuh, meski kini pandangannta tak lepas dari Dian. jujur ia sangat marah kali ini. Melihat sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu, harus di perlakukan kasar oleh lelaki brengsek seperti Alan.

Dosen Rese!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang