Finding 17

87 19 27
                                    


Ganindra tahu, ada hal yang terjadi pada gadis berambut sebahu yang masih duduk di sampingnya saat ini. Seperti biasa, percuma jika harus bertanya sekarang, karna jawabannya pasti "aku gapapa".

Melirik sekilas laki-laki lain yang duduk di sebrang meja, Ardhan yang merasa sedang diperhatikan jelas mengangkat kepalanya lalu menautkan alisnya, tanda bertanya. Lalu meringis setelah faham maksudnya.

Himalaya masih memperhatikan mereka, atau lebih tepatnya sebenarnya gadis itu tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Ia tahu apa yang baru saja menimpa Bimala, merasa turut prihatin tapi juga merasa jauh lebih penasaran tentang hubungan dua orang yang duduk bersebelahan itu.

Laras yang memberitahunya? Tentu saja. Laras sudah jadi ladang informasi Himalaya sejak ia tahu kalau Bimala punya hubungan dengan Ganindra—laki-laki yang sudah lama menarik perhatiannya. Eih, wajar bukan kalau akan ada banyak perempuan yang tertarik pada Ganindra? Anak emas jurusan, punya wajah yang tidak bisa dikatakan jelek, ya walaupun bukan juga jadi laki-laki paling ganteng yang pernah ditemuinya. Tapi jelas Ganindra lebih dari kata layak untuk dijatuhi hati.

Dan ia, penasaran setengah mati tentang hubungan kedua manusia yang masih terlalu jauh dari jangkauannya.

"Bim, lanjutin besok lagi aja kali ya. Kita masih punya waktu satu minggu. Lo udah ngerjain ini seharian" Ganindra membuka suara, gadis itu sudah terlalu sering memijat pelipisnya dan Ganindra tentu amat sangat menyadarinya.

"Mata lo udah merah noh" Ganindra menunjukata berair Bimala, lalu membantu gadis itu melepas kacamata tanpa permisi pula.

"Gan" Bimala menegurnya dengan lirih sambil mengambil kacamata yang digenggam Ganindra. Laki-laki itu tidak mau ambil pusing dengan protes Bimala, ia hanya mengeluarkan cengirannya.

Ganindra menemukan Himalaya yang mulai menguap, jelas saja ini sudah masuk jam malam. Membuat satu pesan singkat, Ganindra meminta tolong pada seseorang di kelompoknya untuk menjemput Himalaya.

"Hima, lo balik sama Isqia ya. Gue masih ada urusan sama Ardhan, bentar lagi Isqia sampe"

"Eh? Gue gapapa kali balik nunggu lo" Hima jelas menolak ide untuk pulang duluan, walaupun benar ia sudah mulai mengantuk.

"Lo udah ngantuk gitu. Lagian gaenaklah kalo kita balik berdua tengah malem"

"Lo juga Bim. Balik ke kamar sana, tidur" Bimala yang malas berdebat hanya menanggapinya dengan menaikkan sebelah alisnya yang dibalas cengengesan oleh Ganindra.

Isqia sampai saat Bimala hampir selesai membereskan sisa meeting mereka. Dan tentu saja dengan penuh semangat, orang pertama yang Isqia cari adalah gadis itu.

"Hai Bim. Long time no see"

"Idih apaan sih lo. Baru juga pagi ketemu" Ganindra melempar kulit kacang ke arah Isqia yang membuat Bimala mau tidak mau mengeluarkan kekehannya.

"Aku duluan ya" Bimala pamit pada semuanya, untuk masuk ke kamarnya.

"Oh iya Bim, aku udah kirim bahannya via email tapi pasti kamu belum cek. Nanti setelah di cek kabarin aku ya"

"Proker kampus ya? Aku kabarin secepatnya ya" Bimala benar-benar pamit setelah itu.

_______________

"Ada urusan apa lo sama gue?" Ardhan membuka kotak rokoknya. Menyerahkannya kepa Ganindra setelah dirinya sendiri mengeluarkan satu batang dan menyalakan pematiknya.

"Mau gue pukul lo" Ardhan menyengir lebar mendengar jawaban Ganindra.

"Lo sehat kan Gan?" Pertanyaan macam apa itu.

"Ngerokok enggak. Minum gapernah, digodain cewek lempeng. Lo, gak naksir sama gue kan?"

"Minta gue tempeleng ya kepala lo?" Ardhan tergelak.

"Ada kejadian apa hari ini Ar?"

"Hah?"

"Tolong jangan bohong sama gue apalagi kalo itu menyangkut Bimala" entah ancaman atau bentuk keputusasaan, Ganindra mengucapkannya dengan tegas.

"Lo, sama Bimala gamungkin cuma temenan kan?" Ardhan menaik turunkan alisnya, sebenarnya ia sudah lama curiga, tapi belum punya momen yang pas untuk mengungkapkannya.

"Lo kepo banget dih"

"Lah lo duluan yang kepo. Dih"

Kalau ada orang yang melihat mereka sekarang, di saung hanya berduaan dan dengan percakapan rahasia yang kalau diperhatikan bisa menyebabkan kesalahpahaman. Mereka berhak mutlak disalahkan kalau ada yang berfikir mereka punya hubungan terlarang.

"Ah. Anjir gue baru inget" Ardhan menepuk keras bahu Ganindra, "kenapa gue baru sadar" Ardhan lanjut bergumam.

"Foto perempuan yang ada di kamar lo, itu Bimala kan?" Dan tidak ada lasan bagi Ardhan untuk tidak mengeluarkan cengiran setannya.

"Jangan bilang kalo cinta lo bertepuk sebelah tangan? Gak mungkin kan?" Ardhan mendramatisirnya dengan menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangannya.

"Anjing rokok gue" Ardhan melupakan rokok yang sedang menyelip di sela jarinya, membuat tangannya yang lain tersulut bara rokok.

"Mampus kan lo" Ganindra mendengus.

"Jadi lo beneran kena cinta sepihak? Sumpah? Demi?"

"Ar" Ganindra memperingati. Melihat Ganindra tidak menjawab apaoun, itu berarti semua tebakannya benar dan itu sudah cukup bagi Ardhan, ya setidaknya untuk sekarang.

"Bimala kenapa?"

"Wah. Gue udah janji buat gabahas ini dulu ke siapapun" mendengar itu Ganindra memberikan tatapan sengit pada Ardhan.

"Ada yang ngintip Bimala mandi sore tadi. Dan kita semua lagi kerja bakti di pemakaman"

"Anjing" Siapa yang tidak akan murka mendengar hal seperti itu terjadi pada seseorang yang dikasihinya.

"Kita semua lagi cari solusinya"

"Gue bantu"

"Gue gabakal dibunuh Bimala kan kalo lo tau masalah ini?"

"Pemakaman di depan masih banyak yang kosong kan"

"Si anjing"

Finding Your P U L S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang