Finding 10

155 27 9
                                    

Ganindra melihat seseorang melambai, sambil membawa menu makan malamnya, Ganindra menghampirinya. Sudah ada beberapa orang yang menjadi anggota kelompoknya sedang mencoba bertegur sapa. Memulai percakapan ringan untuk sedikit saling mengenal.

Salah satu dari mereka, kebetulan Ganindra pernah menjumpainya jauh sebelum sekarang. Perempuan berambut panjang dengan kacamata berbingkai coklat itu, namanya Himalaya. Salah satu peserta kontes ketahanan pangan yang juga pernah diikutinya tahun lalu.

Sebenarnya Ganindra tidak benar-benar mengingat gadis itu. Ingat Ardhan bukan? Ya laki-laki itu tadi tidak sengaja bertemu Hima dan memberitahu dirinya bahwa Hima adalah salah satu anggota yang kelompoknya menang dalam kontes ketahanan pangan tahun lalu.

Ganindra hanya mengangguk setuju, benar atau salah, ia juga tidak pernah mengingat itu.

"Gan. Lo bikin program kerja apa nanti?" Hima membuka percakapan diantara mereka.

Sebenarnya Ganindra paling tidak suka kalau harus makan sambil berbicara, tapi karna harus menghargai lawan bicaranya, Ganindra menutup sendoknya sebelum menjawab pertanyaan basa-basi yang gadis itu lontarkan.

"Hidroponik dan filterisasi air"

"Wah kebetulan. Gue mau bikin proker pupuk organik gitu, boleh gak kalo kita colab? Pupuk  gue buat bahan nutrisi hidroponik lo nanti?"

Ganindra hanya mengangguk, lalu melanjutkan acara makannya yang belum selesai.

Hima yang rupanya paham kalau ternyata ia sedikit mengganggu aktifitas laki-laki itu, memilih untuk diam. Tidak melanjutkan  percakapannya.

Ganindra melihat orang disebrang mejanya melambai, mungkin sedang menyapa seseorang yang dikenalnya.

"Hai. Baru balik?" Isqia yang melihat keberadaan Bimala tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Melihat Bimala yang berjalan menuju aula makan, membuat Isqia berfikir kalau gadis itu baru saja pulang.

Bimala hanya mengangguk, sambil menarik kursi tepat di sebelah meja Isqia. Memilih duduk membelakangi laki-laki itu.

Isqia hanya tersenyum sambil menggelangkan kepalanya.

"Pacarmu?" Perempuan di samping Himalaya yang duduk tepat di samling Isqia, bersuara.

"Kalau dia mau" lalu mereka tergelak.

"Kalau suka, jangan bosen buat nunjukin perasaanmu. Perempuan memang suka gitu, jual mahal buat tau siapa yang bisa bertahan buat waktu yang gak sebentar. Yakan Ndra?"

"Ya?" Ganindra yang tidak begitu paham kemana arah pembicaraan ini, tidak tahu harus menjawab apa.

"Lo kalo lagi ngedeketin cewek gimana?"

"Gimana apanya?"

"Perjuangannya"

"Nanti kalo lo ngerasain, pasti lo tau harus ngapain" jawaban Ganindra membuat perempuan di sebelah Himalaya yang ia lupa namanya, bertepuk tangan.

"Jadi apa yang lo lakuin waktu mau ngedeketin cewek lo?"

"Tiara" Himalaya mencoba menegur gadis yang duduk di sebelahnya dengan berbisik. Ia takut Ganindra tersinggung.

"Eh? Gue kelewatan ya. Sorry-sorry"

Sedangkan perempuan yang duduk di meja tepat di belakang mereka, mau tidak mau mendengar isi percakapan meja di belakangnya.

Tangannya mengepal, menggenggam sendok yang masih ia pegang. Nama itu, suara itu. Bagaimana ia bisa tidak lupa? Bagaimana reaksi tubuhnya semengkhawatirkan ini?

Finding Your P U L S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang