Finding 8

167 25 2
                                    

Walaupun tidak sedang tersenyum siapapun tahu bahwa ia sedang dalam suasana hati yang baik. Itu kenapa kakak perempuannya bahkan tidak berhenti memberi pandangan mengejek padanya.

Tapi kali ini Ganindra tidak akan mempermasalahkannya. Ya setidaknya untuk tiga bulan ke depan tidak akan ada adu mulut atau bantal sofa yang melayang di rumah ini.

Tepat sebelum Ganindra menarik kopernya keluar dari rumah, Bunda berjalan sedikit terburu sambil membawa satu kantong besar yang entah apa isinya.

Gisha yang melihat Habba langsung berlari memeluk kaki wanita paruh baya itu. Bukankah mereka benar-benar sudah terlihat seperti keluarga sungguhan?

"Uti. Om anin mau pelgi" Gisha menggoyangkan daster merah tua yang Habba gunakan. Membuat Habba tertawa dan membawa gadis kecil itu ke dalam gendongannya.

"Om Ganin mau nyari jodoh" Habba berujar sambil menciumi pipi gembul Gisha. Gadis kecil itu hanya tertawa geli karna pipinya yang diciumi, tanpa tahu maksud ucapan Habba sebenarnya.

"Gian yakin gabisa tidur dia bun semaleman. Gak sabar nunggu hari ini" lihat, bahkan sampai menit terakhir pun kakak perempuannya itu masih gencar melakukan serangan.

"Padahal Bimala belum tentu mau ketemu dia" Giandra tertawa mengejek pada Ganindra.

"Kalo gada Gisha udah gue kepret lo kak"

"Sana buruan berangkat gih, ketinggan bus baru tau rasa" Giandra mengayunkan tangannya, tanda mengusir Ganindra. Membuat adik laki-lakinya itu mendengus sebelum masuk ke dalam taksi.

Diam-diam, Giandra tentu saja ikut mendoakan Ganindra. Mau semenyebalkan apapun laki-laki itu, ia tetap adik kesayangannya. Tentu saja Giandra mengharapkan apapun yang membawa Ganindra pada bahagia bukan?

Dan Bimala adalah muara dari separuh bahagianya.

Ganindra berjongkok di hadapan gadis kecil yang sedang menatapnya dengan botol susu yang masih diminumnya.

"Cewek cantik, om Ganin pamit ya?" Ganindra tersenyum sambil mengusap kepala Gisha. Menciumi pipinya uang sedikit basah terkena susu.

Gisha hanya mengangguk awalnya, lalu melepas botol sus dari mulutnya. "Nanti kalo pulang, Gisha beliin coklat segini ya om" Gisha menganggat semua jarinya yang tidak ia gunakan untuk memegang botol susu.

"Ompong dong nanti Gisha kalo makan coklat banyak-banyak"

Gisha menggeleng, "Gisha kan lajin sikat gigi om"

"Yaudah nanti om beliin coklat yang banyak. Tapi Gisha harus janji, bilangin ke mama kalo harus kirimin om uang jajan yang banyak ya?" Gisha yang tidak tahu pasti apa yang omnya maksudkan hanya menggangguk penuh semangat saatendnegar permintaannya akan dikabulkan.

Sedangkan Giandra memberinya pendelikan tidak senang, Bunda hanya tertawa melihat bagaimana interaksi mereka.

Setelah puas mengajak Gisha berbincang, Ganindra melimpahi gadis kecil itu banyak kecupan yang membuat Gisha tertawa kegelian. Lalu berpamitan pada Giandra dan Bunda sebelum ia benar-benar melangkah menuju taksi yang sudah ia pesan.

___________________

Perjalanan Jakarta menuju Yogyakarta memang sengaja ditempuh dengan menggunakan jalur darat. Satu bus besar menjadi pilihan dengan dalih mengakrabkan diri selama perjalanan. Padahal nantinya masing-masing dari mereka tidak akan hidup dalam satu kelompok, karna memang setiap universitas hanya akan mengantarkan satu mahasiwanya menjadi perwakilan untuk tiap kelompok.

Tentu saja tujuannya sudah jelas bukan? Membuat masing-masing latar belakang dan kehidupan sosial dari lingkungan berbeda untuk bertukar pengalaman.

Ganindra yang dulu paling susah kumpul-kumpul, sekarang dengan sukarela menyerahkan dirinya hidup dalam lingkungan asing yang bahkan tidak ada satupun nama yang ia kenal dalam list anggota kelompoknya kelak.

Mereka hanya berkenalan melalui kolom pesan, menyapa seadanya dan mencoba menunjukkan antusiasme yang mereka punya, mencoba mulai mengakrabkan diri meski belum pernah bertemu sama sekali.

Ardhan yang duduk di sebelahnya menyenggol bahu Ganindra.

"Lo bawa kardus gede tadi buat paan? Udah macem kabayan dari desa dateng ke Jakarta aja lo bawa kardus segala"

Ganindra hanya menjawabnya dengan mengangkat bahu, terlalu malas untuk menjelaskan. Lagipula ia tidak punya kewajiban untuk melakukan itu kan?

Jadi daripada menanggapi ucapan Ardhan, Ganindra memilih kembali menatap jalanan dari balik kaca jendela, sebelum jatuh tertidur dalam posisi yang akan berakhir membuatnya sakit kepala.

Lihat, daripada menghabiskan waktu untuk bercengkrama, kebanyakan dari penghuni bus wisata yang tidak sedang membawa mereka berwisata ini malah memilih tertidur atau sekdar menyumpal telinga mereka dengan earphone. Terlalu malas untuk berhahahihi ria.

Perjalanan panjang selama lebih dari tujuh jam membuat mereka tiba di Yogyakarta sekitar pukul 5 sore. Tanpa memberi waktu istirahat, mereka langsung dibawa menuju tempat acara. Dengan disambut beberapa umbul-umbul dan ucapan selamat datang.

Suasana sudah cukup ramai ketika mereka tiba, ada lebih dari lima bus yang mirip seperti mereka terpakir berjajar, lengkap dengan spanduk di bagian depan bus yang menjelaskan darimana saja mereka berasal.

Begitu tiba, mereka disambut dengan mahasiwa yang berseragam sama dengan mereka, dengan logo kegiatan di bagian dada kiri. Mereka membawa bendera yang menuliskan nama dari masing-masing kelompok.

Dengan kondisi tubuh yang setengah mati rasa sebab terlalu lama dalam kondisi duduk, bahkan dalam keadaan tidur sekalipun. Suara-suara mengeluh sambil melakukan peregangan itu perlahan mulai bergantian turun untuk mengambil barang bawaan mereka masing-masing sebelum sibuk mencari dimana keberadaan anggota kelompok mereka.

Kegiatan mereka baru akan di mulai dua hari lagi, hari ini mereka diberikan waktu untuk beristirahat dan mulai berkenalan dengan anggota kelompok mereka. Bahkan pembagian kamar tidur sementara merekapun dibahi berdasarkan kelompok. Jadi mereka benar-benar mulai belajar hidup dengan orang asing.

Ganindra menemukan anggota kelompoknya yang membawa bendera. Seseorang dengan lesung pipi, dengan tubuh yang cukup tinggi namun terlalu putih untuk ukuran seorang laki-laki menyambutnya dengan ramah. Bahkan mereka sempat menukar salam ala laki-laki.

Laki-laki yang sudah mengenalkan siapa dirinya tapi sayang Ganindra adalah tipe manusia yang sulit mengingat nama orang yang baru ditemui tentu saja gagal mengingat siapa namanya sekarang.

Ganindra hanya berjalan mengikuti kemana laki-laki yang akan jadi bagian dari kelompoknya itu akan membawanya menuju kamar mereka.

Ternyata para mahasiswa yang membawa bendera adalah tuan rumah yang menyambut para tamu mereka.

"Kamu di kamar ini bareng aku gamasalah kan?" Ganindra sedikit terkejut ketika laki-laki itu mengajaknya bicara. Ditambah dengan caranya berbicara menggunakan aku kamu yang tidak terlalu biasa didengsr telinganya.

"Gue oke aja"

"Kamu bisa tarok barangmu di sana. Kardus ini punyamu juga?" Sekarang gantian Ganindra yang melihat raut terkejut laki-laki itu. Apa sebegitu anehnya melihat seseorang membawa kardus di jalan sekarang?

"Ya"

"Oh. Kamu bisa tarok itu di sana juga" dan sekali lagi, Ganindra hanya mengangguk.

Laki-laki itu segera berpamitan setelah melihat seseorang melintas di depan kamar mereka yang pintunya memang dibiarkan terbuka. Ganindra tidak begitu memperhatikannya, lagipula akan sedikit canggung kalau mereka berdua terlalu lama ada di dalam kamar hanya untuk mengobrol saja bukan?

Finding Your P U L S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang