Finding 16

158 19 6
                                    


Setiap orang sibuk berkutat dengan pekerjaan mereka. Dengan kaca mata yang selalu ia pakai kalau sedang berhadapan dengan komputer tablet, Bimala menggulir layar untuk memastikan tidak ada bagian yang terlewat. Ia harus menyelesaikan rangkaian dasar sebelum meeting dengan Ganindra dan Ardhan malam nanti.

Memijit pelipisnya ringan, matanya menelisik sudut kanan bawah layar, sudah pukul 6 sore ternyata.

"Bram, yang lain pada kemana?" Bimala menyapa Bram yang kebetulan lewat dari arah dapur.

"Lagi pada bersih-bersih makam kan"

"Loh?"

"Ganyadar kan lo, fokus banget lagian dari tadi. Yang lain sampe gaberani pamitan, takut ganggu"

"Kenapa aku gadiajak?"

"Kerjaan lo lagi banyak gitu, gapapa bagi tugas kita. Bentar lagi juga pada pulang kok, anak cewek lagi pada ngerumpi sama ibu-ibu sambil jalan pulang"

"Kamu balik duluan?"

"Oh ini, ngambil bahan buat di serahin ke Ardhan. Pak kades mau ngobrol-ngobrol katanya. Gue tinggal duluan ya, gatakut kan lo?"

"Iya gapapa"

"Kalo takut, duduk di teras aja sampe yang lain balik"

"Gapapa kok. Aku berani sendiri"

"Gue duluan ya" Bimala hanya menjawab dengan anggukan.

Meletakkan laptopnya di atas meja, Bimala melakukan peregangan pada tubuhnya, punggungnya terasa kaku sekali. Ya ampun, ia merasa seperti menua lebih cepat dari seharusnya.

Mungkin lebih baik kalau ia mandi lebih dulu, supaya nanti kalau yang lain pulang, mereka bisa langsung membersihkan badan.

Tidak ada siapapun di rumah hari ini, induk semang mereka sedang pergi ke kota untuk beberapa hari, mengunjungi anak-anak mereka. Benar-benar hanya ada dirinya di rumah saat ini.

Menyalakan air untuk mengisi bak mandi, Bimala baru saja hendak melanjutkan mandinya sampai sebuah suara yang cukup mengganggu mengusiknya.

Apa dirinya belum sempat bilang? Ini bukan kali pertama dirinya mengalami hal seperti ini, tidak mau berburuk sangka tanpa hal yang jelas, Bimala memberanikan diri memanjat sisi bak mandi untuk melihat dari ventilasi.

Brengsek.

Bimala melihat seseorang sedang menunduk sambil memegangi kakinya. Kalau sudah begini, bukan cuma sekedar berburuk sangka bukan? Orang itu yang entah siapa pasti jelas punya maksud buruk padanya.

Tubuh Bimala sedikit gemetar, mau seberani apapun ia tetap perempuan yang sedang melihat seorang penguntit baru saja berniat jahat padanya, sakit jiwa.

Belum sempat Bimala turun dari bak mandi untuk mengejar orang gila mesum yang mengintipnya, sosok yang separuh wajahnya ditutupi topi itu berlari secepat yang dia bisa menjauh dari sana.

Sialan.

Bimala segera keluar dari kamar mandi dan jatuh terduduk di pintu atara ruang tamu dan dapur.

Wajahnya mendadak pucat dan ia berkeringat dingin, tubuhnya seperti kehilangan semua tenaganya, padahal baru saja ia sok jagoan memanjat bak mandi untuk mencari tahu dalang dari semua ini.

"La" Bimala terkejut sampai menepis tangan yang menyentuh bahunya, nyaris menjerit saat itu juga.

"La, kenapa?" Widuri berteriak begitu menyadari kondisi Bimala yang sudah dipenuhi keringat.

Ardhan mengambil langkah memberikan gadis itu segelas air, "Diminum dulu La" dengan tubuh yang masih gemetar Bimala menerima air pemberian Ardhan.

Teman-temannya yang lain berusaha menenangkannya sambil bertanya ada apa, sedang sebagian yang lain mungkin sudah menebak-nebak apa yang terjadi, membuat beberapa anak laki-laki berkeliling di sekitar rumah. Takut-takut memang ada hal buruk yang baru saja terjadi.

Bimala mencoba berdiri setelah merasa cukup tenang, dibantu Widuri yang memapah Bimala menuju sofa.

"Ada orang dibelakang kamar mandi" hanya cukup sampai di sana penjelasan Bimala, semua orang di ruangan itu mengerti apa maksudnya.

"Brengsek" Ardhan berdiri menuju pintu belakang dan tentu menemukan tangga tergeletak di dekat ventilasi kamar mandi.

Bimala memang tidak pernah mandi dengan kondisi benar-benar telanjang, tapi tentu saja fikiran bahwa orang sakit jiwa itu dengan leluasa dapat melihat tubuhnya membuat Bimala merasa jijik dan mual seketika.

Widuri tidak melepaskan genggaman tangannya, mencoba menyeka keringat disekitar wajah Bimala. Tidak berujar apapun karna percuma, Bimala masih sangat kalut dengan fikirannya sendiri.

Beberapa anak laki-laki langsung menutup lubang ventilasi dari dalam. Memastikan tidak ada celah sama sekali dari sudut manapun, tidak mau kecolongan mereka juga melakukan hal yang sama pada ventilasi kamar.

"La, apa kita perlu lapor ke kepala desa?" Bram dengan hati-hati berbicara.

"Gak. Gausah" Ardhan dengan cepat bersuara. "Kita gabakal dapet apapun dengan ngelakuin itu kecuali nambah orang yang tau hal ini, mending sekarang untuk sementara kita gantian jaga malam" yang lain mengangguk menyetujui.

"Sekarang yang pada mau mandi, bisa mandi. Kita tungguin di sini, gantian. Buat sementara jangan ada yang tau dulu, kita cari solusi sama-sama"

Dengan begitu Bimala mandi dengan ditunggui Widuri tepat di depan pintu kamar mandi, Bimala masih tidak banyak bicara setelahnya.

Setelah abis isya, Ardhan memutuskan untuk bicara dengan Bimala. "La, apa rapatnya ditunda dulu aja?"

"Gapapa Ar, aku udah baik-baik aja"

"Lo yakin?"

"Ya" Bimala tidak mau merepotkan siapapun, walau masih terkejut, Bimala sudah membaik dari sebelumnya.

"Ar, jangan bilang ke Ganindra ya"

"Ya?"

"Tolong" Ardhan mengangguki permintaan Bimala. Masing-masing jelas tahu bagaimana perangai Ganindra, laki-laki itu jelas akan melakukan apapun untuk menemukan orang sakit jiwa itu dan Bimala tidak mau Ganindra sampai melakukan hal yang buruk.

______________________

Jam 8 malam, Ganindra datang dengan senyum rekah. Siapapun bisa tahu raut bahagia itu, tapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, kenapa Himalaya ikut bersamanya? Apa ada yang perlu gadis itu lakukan juga di sini, malam ini?

"Dateng lo" Ardhan menggeser duduknya setelah Ganindra mengucap salam.

Bima duduk di single sofa menatap sekilas pada Ganindra sebelum kembali fokus pada laptopnya.

"Hai La" Himalaya menyapa

"Hai Ma"

"Kamu pucet, atau cuma perasaanku aja?" Bimala hanya tersenyum sekilas menjawab pertanyaan yang tidak perlu dijawab itu. ardhan hanya melirik sekilas sebelum mengalihkan perhatian keduanya.

"Loh Hima ikut juga?" Ardhan bertanya pada Hima.

"Mau nyamperin Laras" Laras itu teman satu kelompok Bimala yang juga teman akrab Himalaya.

"Oh, Larasnya lagi keluar bentar sama Bram. Nanti juga balik kok"

"Gapapa, gue dengerin kalian meeting aja"

"Rancangannya udah jadi Bim?" Ganindra bertanya pada Bimala yang sedari tadi hanya menatap layar laptopnya tanpa benar-benar melakukan apapun.

"Oh? Udah. Coba diliat dulu. Estimasi anggarannya terlalu gede atau nggak menurut kamu" Bimala menyerahkan laptopnya pada Ganindra.

Dengan inisiatif penuh Ganindra mengambil posisi duduk paling dekat denfan Bimala, dengan meminta Ardhan menggeser tubuhnya sedikit menjauh tentu saja.

Keduanya berdiskusi penuh tanpa menyadari lagi bahwa ada dua orang lain di sana, bersama mereka.

Finding Your P U L S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang