Bab 3

27 9 37
                                    

HATI-HATI! TIDAK DI ANJURKAN BAGI 16 TAHUN KE BAWAH!

"GABRIELLE LOONA! APA YANG TERJADI?" teriak Agan saat melihat El yang penuh lebam dan kaki nya yang sedikit tertatih saat jalan.
Karena teriakan dari Agan ini akhirnya El mau tak mau harus membekap mulut Agan, saat ini posisi mereka ke dua tangan El yang menempel sempurnah di mulut Agan dan ke dua tangan Agan yang sudah berada di pinggang El.
Membuat mereka seketika saling bertatapan, tatapan mereka dalam menjurus ke mata masing-masing namun sayang nya Agan tak sengaja menyenggol pinggang El yang tadi di hantam menggunakan balok.

"Awss...sakit tau," gerutu El.
Kedua nya segera melepaskan tautan masing-masing.
Mata Agan menatap lekat ke gadia yang ada di hadapan nya saat ini, gaun merah tadi sudah berubah menjadi pakaian khas para gelandangan dengan sobekan panjang di bagian kaki hingga paha nya. Mengekspos jelas paha milik El, dan jangan lupakan lebam yang berwarna manis di kening dan sudut bibir El membuat Agan kesal mati-matian. Apa yang harus ia jawab ke mama nanti nya?

"Masuk!" Perintah Agan tak ingin di bantah.
Kali ini El menurut dan tak ingin membantah, susah payah ia melangkahkan kaki nya.

"Kamar!" Perintah Agan lagi dengan tatapan tajamnya.

Sementara El susah payah menuju ke kamar Agan, kini Agan tengah menggerutu kesal sambil mengambilkan Es dan sebuah kain kecil serta kotak obat.

"Dasar beban!" gerutunya namun tetap saja membawa semua barang tadi menuju ke kamar nya.

El tengah duduk sambil memejamkan matanya, jemari nya berulang kali memijat pangkal hidungnya.
Jujur saja rasa pusing sangat menyiksa nya sekarang, dan lebam nya lumayan perih.

"Ini," Agan menyodorkan barang bawaannya tadi.
Lalu kembali ke ranjang dan merebahkan diri nya tanpa mempedulikan El yang susah payah mengambil El karena pinggang gadis itu sangat sakit.

"Shhh," ringis El sambil menempelkan Es batu ke lebam yang ada di keningnya.
Agan sedari tadi mengawasi El namun ia tak ingin menunjukannya secara terang-terangan.

"Agan! Lo ada kameja gak?" tanya El.

"Ada,"

"Pinjem satu dong," pinta El.

"Lemari," balas Agan.
El melepaskan heelsnya, dan menuju ke arah lemari milik Agan.
Tangannya mengambil sebuah kameja berwarnah hitam yang tentu nya ukurannya sangat besar, namun El tak mempedulikannya dan langsung saja masuk ke toilet untuk mengganti pakaiannya.

CEKLEK...

pintu kamar mandi di buka oleh El, saat ini tampak jelas El dengan kaki jenjangnya membuat Agan harus mati-matian mengalihkan pandangannya dan pikirannya.
Bagaimana mungkin seorang pria tak memiliki hawa nafsu jika di berikan pertunjukan seperti ini.

Bagaimana mungkin seorang pria tak memiliki hawa nafsu jika di berikan pertunjukan seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pinjem yah," kata El namun terlambat Agan sudah terlebih dahulu melongos pergi dari kamar.

"Keparat, di ajak ngobrol malah pergi," umpat El.
El beranjak ke ranjang dan merebahkan tubuhnya, ia sangat capek dan saat ini yang ia butuhkan hanya tidur panjang agar stamina nya tetap stabil.
Baru beberapa saat El naik ke ranjang kini ia sudah tertidur pulas, Dengan perlahan Agan memasuki kamar nya lagi berniat mengangkat Selimut dan bantal namun yang ia lihat adalah El yang tengah tertidur pulas dengan napas yang tenang dan teratur.

My Demon CEO (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang