bab 5

24 6 36
                                    

El terbangun saat sebuah panggilan masuk ke ponselnya, matanya mulai mengerjap beberapa kali dan mengumpulkan nyawanya untuk menjawab panggilan tersebut.

"Kenapa sih? Lo ganggu aja," gerutu El dengan suara serak khas bangung tidur.

"..."

"Hah? Apa jam 9?" kaget El sambil melihat ke arloji di tangan kirinya.
Benar saja saat ini sudah pukul 9 malam.

"..."

"Ini gue masih di kantor anjir, otw balik lah," sahut El dan mematikan panggilan nya.
Untung saja ada panggilan dari Nata kalau tidak El bahkan tidak tau jika ini sudah malam, semoga saja pintu nya belum di kunci.
El bergegas keluar dari kamar, namun langkahnya terhenti kan saat melihat Agan yang tertidur sambil duduk.
Perlahan namun pasti El mendekati Agan dan menatap lekat wajah pria itu, terlintas ide gila di pikiran El.
Tangannya segera menyambar beberapa spidol yang ada di meja Agan dan berniat menyoret wajah Agan.
Jarak antara mereka kini hanya tersisa beberapa centi, bahkan napas Agan yang teratur pun bisa di rasakan oleh El.
Tangan El dan otak nya yang jahil mulai melakukan tugas mereka, setelah selesai menggambar di wajah Agan kini El segera beranjak untuk menarik kembali tubuhnya namun sayangnya ia di kejutkan dengan tingkah Agan.

SREKKK
Agan menarik pinggang El dan menjatuhkannya di atas dada bidang milik Agan.

"Anak pintar," puji Agan dengan mata yang masih tertutup namun nada yang tegas.

"Lo-lo gak tidur?" El sangat gugup saat ini terlebih lagi posisi mereka yang kurang mengenakan.

"Sudah puas?" tanya Agan sambil mencengkram kuat tangan El.
Membuat El mati-matian menahan sakitnya, bahkan El yakin jika setelah ini tangannya akan memerah dan bisa juga bengkak.

"Ma-maaf," cicit El sambil menahan sakit.

"Hapus!" tegas Agan tak ingin di bantah.
Meskipun El gadis yang pemberontak dan kasar tapi ia tau bagaiamana caranya mengakui kesalahannya, jadi El segera mengambil tissu basah dari tas nya dan membersihkan sedikit demi sedikit noda spidol tadi.
Lain hal dengan El yang masih fokus membersihkan wajah Agan, kini pria itu malah fokus ke mata El yang menarik perhatiannya.

Apakah ia secepat ini jatuh dalam pesona El?
Ataukah El hanya pelampiasan semata?
Bahkan memikirkan nya saja Agan menjadi mendadak pusing.

"Gue tau gue cantik, gak usah natap kek gitu," sindir El yang terlewat santai.

"Terlalu bangga," sahut Agan dingin.

El hanya memutar bola matanya malas, sambil memungut bekas tissu tadi.

"Ayo pulang," ajak Agan.
Namun El masih tak bergerak dari tempatnya, tiba-tiba saja ia merasakan ada yang merembes mengenai rok nya.

Damm! oh Tuhan kenapa harus sekarang? El sangat malu karena ia harus mendapat tamu bulanan untuk saat ini, melihat El yang tidak bergerak membuat Agan berbalik dan menatapnya.

"Kenapa?"

"I-itu..." El menggigit bibir nya.
Bagaimana caranya ia bisa memberitahukannya coba, ya Tuhan ini sangat memalukan.

"Itu?" beo Agan lagi.

"Pinjem jas lo boleh gak? soalnya gue lagi kedatangan tamu," jelas El yang mati-matian menahan malu.

"Tamu? Bukannya cuma kita?" tanya Agan yang tak paham dengan kondisi saat ini.

"Duh bego! Ngapain juga gue harus jelasin ke manusia kutup plus titisan lucifer, yah pastinya gak bakal paham," gerutu El mengutuk kebodohannya sendiri.

"Jelasin!" pinta Agan menunjukan tatapan lekatnya.

"Itu gue lagi...PMS,"El buru-buru menjawab.

Jujur saja Agan kaget setengah mati namun wajah datar andalan nya selalu berhasil menipu sekitarnya, Agan melepaskan Jas nya lalu melingkarkannya di pinggang El.
El terlonjak kaget dengan sikap Agan ini.

My Demon CEO (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang