Day 18

766 136 159
                                    

Hai haii jumpa lagi kitaaa

VOTE AND COMENT ❤️

*****

Sepasang mata yang sejak kemarin terpejam akhirnya terbuka secara perlahan. Ia harus mengerjapkan matanya secara berulang karena penglihatannya masih memburam.

Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit ruangan bernuansa putih. Kepalanya saat ini masih terasa pening dan terpaksa harus ia pejamkan kembali.

Setelah cukup lama, ia kembali membuka matanya dan mulai mengedarkan pandangan ke segala penjuru.

Kosong.

Tidak ada benda apapun disekitarnya, hanya ia dan brankar yang menjadi alas tidurnya. Pandangannya mengarah pada pintu yang tertutup rapat. Sejenak ia berpikir, bahwa ini adalah rumah sakit. Tapi anehnya tak ada peralatan yang berunsur rumah sakit disini.

Saat ia ingin beranjak dari sana, kakinya terasa kaku seolah tak dapat digerakkan. Ia menarik nafas dan kembali mencoba nya tapi nihil, kedua kakinya sama sekali tak dapat digerakkan.

Air mata mulai mengalir dengan sendirinya. Tangannya bergerak memukul kedua pasang kaki yang tak kunjung mau bergerak. Isakan kecil kini mulai membesar.

Clek

Tangisannya mereda kala seseorang membuka pintu dan memperlihatkan seorang pria paruh baya yang tersenyum penuh arti.

Eunha, gadis itu kini hanya menatap pria di hadapannya. Ia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun seolah mendadak bisu.

"Eunha, kau sudah sadar?" Hening, keduanya sama-sama terdiam. Terlebih Eunha, matanya perlahan berubah kemerahan–ia sedang berusaha menahan tangisnya. "Bagaimana kabarmu?"

Sayangnya, Eunha tak sekuat itu agar tidak menangis. Cairan bening itu kembali keluar dari tempatnya. Kosongnya ruangan, kini diisi oleh isakan Eunha.

"Bersabarlah, kau akan kembali setelah aku mewujudkan mimpimu"

Eunha yang semula menunduk, kini mengangkat pandang dan menatap lekat pria dihadapannya dengan mata yang sembab. Mulutnya sedikit demi sedikit terbuka. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi sangatlah sulit.

Kini ia menyadari, semua anggota tubuhnya benar-benar tak bisa ia gerakkan.

"A—" baru saja sepatah kata akan ia ucapkan, pandangannya tiba-tiba saja mengabur dan mulai tidak jelas dan hal yang terakhir ia lihat adalah senyuman pria itu.

Senyuman yang sama persis dengan senyuman 10 tahun lalu.

Ia ingat semuanya.

*****

"Kak, gua cari makanan dulu ya di sebelah sana" Heeseung mengangkat dagunya untuk menatap Sunoo yang sudah beranjak dari sampingnya

"Mau gua temenin?" Sunoo tersenyum tipis lalu memberi isyarat agar Heeseung tetap diam di tempatnya. "Sebentar doang kok, tunggu ya"

Belum sempat Heeseung menjawab, Sunoo sudah berlalu begitu saja dan perlahan mulai menghilang dari pandangan Heeseung. Lelaki jangkung itu, kini menatap langit yang cerah tak seperti biasanya.

Tiba-tiba saja ia menjadi teringat gadis yang sejak kemarin mengisi pikirannya. Mengingat betapa lucunya gadis itu bercerita tentang keinginannya menatap langit cerah bersama dirinya.

"Na... "

"Langit hari ini cerah, tapi disini gaada Lo" Heeseung bermonolog dengan matanya yang masih setia menatap langit.

30 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang