III

3.3K 511 17
                                    

___________________

🐱 Radiant
           Shadow 🐈
___________________

Warn!!

'Jeno POV'

"maaf  Jeno, untuk lagumu ini belum bisa kami terima. Genre musiknya benar-benar tidak sesuai dengan group mu."

"iya, saya mengerti. Saya akan coba membuatnya lagi."aku menghela napas, membuang segala resah yang mengganjal dihatiku. Rasanya benar-benar muak, semua lagu yang kuajukan ditolak perusahaan. Sekalinya diterima, aku harus rela memberikan lagu itu untuk juniorku yang debutnya tertunda akibat kecelakaan beberapa waktu yang lalu.

Ini semua sungguh menjengkelkan, bahkan berita dengan isu gila itu masih saja ramai diperbincangkan. Meski kerap kali fansku yang beradu argumen lewat media sosial untuk membelaku dari para haters. Itu benar-benar membuatku sedih, mereka mencoba melindungiku sebisa mungkin, namun aku hanya berdiam diri seperi orang bodoh tak berguna.

Aku ingin membuat mereka yang mendukungku bangga akan karyaku kembali. Tapi nyatanya sudah lebih dari 3 bulan, dan aku gagal.

Gumprang!

Aku melonjak dari sofa saat mendengar suara dari dalam kamarku.

"Bi?" panggilku beranjak dari sofa, ya ulah siapa lagi kalau bukan kucing gembul yang manis itu.

Aku membuka pintu kamarku lebih lebar, dan mendapati barangku yang sudah kacau balau. Bajuku yang berserakan dari dalam lemari, beberapa buku dan pernak pernik kamar ini berserakan di lantai.

Astaga!

"Bi, kau sedang apㅡ"

Tubuhku terpental ketempat tidur saat seseorang menubruk dan kini menindihiku.

"Meeeoow~"

Aku hanya bisa terbelalak tak percaya melihatnya. "B-Bi?" panggilku ragu.

Apa dia benar-benar Bi?

Bi ku...

Kalungnya, ia tetap mengenakanya.

Ia memejamkan matanya bahkan meremas kaosku, telihat benar2 ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia memejamkan matanya bahkan meremas kaosku, telihat benar2 ketakutan.

Apa aku benar-benar gila saat ini?

"Meeow." ucapnya lagi. Aku mencoba menelan silvaku, melihat tubuhnya ㅡ tak mengenakan apapun, membuat jantungku tak karauan. Aneh, mengapa perasaan aneh ini muncul.

"Meoooww," ia mengaratkan pelukan saat seekor serangga terbang melewati kami.

"Keㅡkecoa, kau takut kecowa, Bi?" aku memejamkan mataku, mencoba menepis bayangan dari apa yang kulihat saat ini. Ini mungkin hanya khayalanku, fantasiku saja. Mungkin aku harus pergi ke psikolog?

"Nanti aku buang Bi, tak usah takuㅡ oh shit, Bi! don't lick it." napasku seperti terjegal saat lidah lembutnya menjilati leherku.

Aku gila, aku benar-benar bisa gila.

"Stop it, Bi!" Aku membuka mataku dan membentaknya, namun lagi-lagi yang kudapati hanya sosok kucing biasa.

"Meeow."

Aku terkekeh, menertawakan diriku sendiri.

"Apa segila itu aku membayangimu menjadi manusia Bi?" ujarku mengusak wajah kucing abu itu dan menciuminya.

Ia bener-benar mengemaskan bukan? Bahkan dalam khayalanku pun, bila dalam wujud manusia. Sangat menggemaskan. Aku ingin sekali mencium bibirnya.

Fuck!

Apa yang kupikirkan? Gairahku naik hanya karena membayangkan seekor kucing.

"Hey man! Apa kau tak bisa menahan situasi. Kenapa harus bangun." aku mendengus kesal, menurunkan Bi dari atas tubuhku dan pergi kekamar mandi.

*

'author pov'

Bi hanya duduk termenung diatas tempat tidur. Wajahnya mengernyit bingung menatap kearah kamar mandi milik Jeno.

"ada apa dengan dirinya? Kenapa marah-marah lalu menciumiku dan kembali marah lagi. Padahal aku hanya ketakutan. Serangga terbang itu menyeramkan."

Bi mencebikkan bibirnya, matanya berkeliling kesegala arah memasang ancang-ancang untuk lari bila saja serangga itu kembali muncul.

Dan benar saja, kecoa itu kembali terbang. Bi, melompat dari tempat tidur dan lari menuju kamar mandi.

"mmhhh aaaghhhh fuck!" Jeno sedikit terkejut saat Bi menubruk dan memeluknya dari belakang.

"Meoow."

"Bb-Bi, Jangan begini." tubuh Jeno dibuat semakin menegang saat Bi memeluknya semakin erat.

Tangan mungilnya yang melingkari pinggang Jeno, tampak begitu jelas. Membuat ritme jantungnya berpacu dengan lebih cepat dan perlahan ia pun meraihnya. Mengarahkan satu tangan mulus dan seputih susu ini kemiliknya yang mengeras sempurnya.

"mmhh aghhhhh," Jeno menggerang, memejamkan matanya merasakan tangan lembut itu yang ia tuntun memijit miliknya.

"Hmmpㅡaghhh." ia semakin merancau, lenguhan terus menggema dikamar mandi, tak perduli dengan apapun bahkan ia memacukannya lebih cepat hingga cairanya melebur begitu banyak.

Jeno menghela napas dan membuka matanya. Melihat cairanya yang banyak bercecer dilantai kamar mandi dan tangannya yang kini kosong.

Jeno menoleh kebelakang, melihat Bi, kucingnya, yang sibuk menjilati tangannya sendiri.

Usai membersihkan diri Jeno membawa Bi keruang tamu dan menaruhnya di atas sofa. Ia menatap kucingnya dengan begitu tajam, namun Bi hanya meringkukan tubuh lalu memejamkan mata.

"Berubah! Ayo berubah lagi." bentak Jeno menggoyang-goyangkan tubuh Bi.

"Meeeow." Bi menggerang malas.

"apa kau benar-benar ingin membuatku gila Bi?"

"Iya kau gila, memberikan cairan aneh dan lengket itu ditanganku. Menjijikan!"

"oh god, kenapa aku selalu membayangi sosok pria itu pada kucingku." Jeno menghela napas kasar, kepalanya terasa cukup sakit.

Ia menjatuhkan dirinya duduk disofa, menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata sambil memijit kepalanya yang terasa pening.

Namun, ia kembali merasakan seseorang naik kepangkuannya. Mengendus dan meciumi lehernya lalu tertidur dalam pangkuanya.

"aku benar-benar harus segera borbat." gumannya yang tak ingin membuka mata.

Tbc

Radiant Shadow [NoRen]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang