IV

3.3K 505 13
                                    

___________________

🐱 Radiant
Shadow 🐈
___________________

'author pov'

"Jen, sungguh kau baik-baik saja?"

"iya, tak apa-apa Hyung. Hanya sedikit deman. Tidak perlu khawatir nanti juga baikan." ujar Jeno terdengar sedikit parau. Ia mencoba meyakinkan temannya, meski kondisi fisiknya justru sangat buruk saat ini.

"ahㅡ39°C, parah juga demanku." cicitnya setelah memeriksa sendiri suhu tubuhnya. Ia pun tak mengerti mengapa tubuhnya menjadi drop seperti ini. Setelah kejadian yang membuatnya syok bahkan masih tidak ia percayai sampai detik ini.

Jeno melirik sekilas sosok pria yang duduk disisinya, menunduk sambil memainkan jemarinya seolah seperti sebuah mainan ㅡ setidaknya penampilan pria ini lebih wajar saat Jeno memberikannya satu set piayama untuknya. Meski belum sepenuhnya wajar, karena ia tak bicara sedikitpun saat meminta apa-apa dengan Jeno. Justru mengeong, bahkan mengusal dan menjilati Jeno.

Ini mungkin salah satu yang membuat Jeno menjadi demam.

"Kenapa, Bi?" tanya Jeno lembut. Seolah paham sosok pria yang masih ia panggil "Bi" ini sedang merajuk.

"Meow (aku lapar)." ujarnya mencebikan bibir.

"Kau lapar ya?" Jeno baru ingat bahwa sejak pagi tadi hingga malam kini, ia hanya berbaring diatas tempat tidurnya, lupa akan kucing besarnya yang sama sekali belum ia berikan makan.

"Meow."

Jeno menghela napas, berusaha bangkit dari tempat tidurnya dengan sedikit terhuyung. Ia Berjalan kedapur melihat sekilas mangkuk kucingnya yang tergeletak kosong di bawah. Ia pun berfikir sejenak, dalam wujud seperti ini tak mungkin ia memberikan Bi makan secara biasanya. Jeno kembali melangkahkan kakinya untuk memeriksa isi kulkas. Sedangkan Bi hanya berjalan membuntutinya dengan wajah semeringah.

"shit. Aku lupa belum belanja Bi. Ramyun mau?" tawar Jeno, yang hanya diberi tatapan menggemaskan oleh kucing berwujud manusia itu. Jeno terkekeh kecil meski kepalanya terasa berputar pening.

"apa kau mengerti apa yang ku ucapkan?" Jeno kembali bertanya sambil mengeluarkan mie instan dari penyimpanannya. Bi tak menjawab, hanya menatap setiap gerakan yang Jeno lakukan.

Jeno pun menyalakan kompor, menunggu air yang ia rebus mendidih sebelum ia masukan mie tersebut. Namun hal yang tak diduga Jeno terjadi, saat kucingnya itu justru mencelupkan jarinya kedalam air yang sudah muncul banyak letupan-letupan.

"MEEEOW!!"

"Bi, bahaya!" teriak Jeno langsung meraih tangan Bi yang memerah. Mengalirkannya air dari keran Sink ketangan kucing besar itu.

"Panas ya? Sakit? Perih tidak?" Jeno tak henti bertanya meski tak ada jawaban. Hatinya mengernyit melihat wajah Bi memerah, bahkan hampir menangis.

"Kau duduk disini dulu, biar aku obati." Jeno dengan sigap mengambil salep luka bakar dari kotak p3knya setelah membawa Bi duduk di meja makannya, mengoleskan secara perlahan pada tangan putih yang begitu lembut itu.

"sudah, kau duduk dulu disini, diam-diam ya. Tunggu, okay! Setelah matang akan langsung kubawakan buat mu." ucapnya tegas.

"Meㅡ"

"ㅡiya, bilang iya. Kalau kau paham bilang I-Y-A." potong Jeno, membuat kucing besarnya itu tertegun. Ia hanya mengangkat mulutnya yang terasa sulit untuk mengeluarkan kata-kata.

"Yasudah mengangguk saja kau itu sulit. Setidaknya biar akupun paham." Jeno menyerah, tak tega meski senyum terukir di bibirnya. Menggemaskan sekali pikirnya.

Radiant Shadow [NoRen]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang