Bab 6

16 1 0
                                    

Dunia yang terbentang di sekelilingku kini terasa sangat berbeda. Sebulan berada di Medan terasa bagaikan embun yang menyegarkan hati yang terluka. Kak Sarah benar-benar menjagaku sesuai dengan janjinya. Tidak ada satu hari pun terlewatkan tanpa jamuan teh herbal seduhannya. Kak Sarah adalah seorang koki yang terbaik. Dia memasakkan berbagai menu hidanganku menjadi lebih menarik dan lezat dengan bakat dan kreativitasnya. Tempe goreng saja bisa membuatku ketagihan.

Sementara Bang Fauzi mengantarkanku pergi kerja dan kemana saja. Aku tidak pernah merasa kesepian disini. Semua berkat keluarga kakakku dan juga pekerjaan baruku. Mungkin memang benar apa yang selalu dikatakan teman-temanku bahwa aku memiliki bakat untuk membuat orang lain menyukaiku. Murid-murid di pusat pelatihan komputer tempatku bekerja sangat ramah dan bersahabat membuatku merasa tidak kehilangan sesuatu apa pun dari kehidupan karirku dulu. Benar-benar menyenangkan. Semangat hidupku yang sebelumnya sudah kehabisan stock sekarang telah terisi lagi hingga setengahnya. Diam-diam aku menyesal karena dulu terlalu takut dan berprasangka buruk dengan keluarga kak Sarah. Berada di Medan ternyata bukanlah sebuah momok yang harus ditakuti bahkan sebaliknya. Ayah memang bijaksana.

Hari ini aku libur bekerja dan juga tidak ada jadwal untuk berobat. Aku sudah membuat janji bertemu dengan Temmy yang khusus datang dari Batubara dan mengambil cuti untuk menghabiskan dua hari mengunjungiku. Rencananya kami akan menonton film berformat 3D di Medan. Sebuah film yang kami sukai sejak SMU yang dulu ditayangkan secara berseri sekarang difilmkan. Setelah itu Temmy ingin membeli gadget terbaru. Intinya, jadwal hari ini adalah untuk bersenang-senang bersama Temmy.

Karena alasan-alasan itulah sekarang aku berada di stasiun kereta api untuk menyambut kedatangan Temmy. Stasiun kereta api lagi. Masih melekat sebuah memori dalam benakku yang tidak terlupakan. Di stasiun ini lah aku telah melihatnya untuk pertama kalinya. Bayangan Yu Ri hadir kembali dalam ingatanku. Nuansa kemisteriusan dan kecantikannya yang tiada duanya.

Aku sangat bersyukur mendengar kabar terbaru dan juga terakhir dari Nina tentang Yu Ri tepat tiga hari setelah aku berada di Medan. Ia sudah sadar dari komanya. Dokter mengatakan bahwa kondisinya semakin membaik dan ibunya berencana untuk membawanya pulang untuk dirawat di rumah.

Selain kabar bahwa Yu Ri sudah sadar aku tidak tahu lagi karena Nina sudah berangkat ke Surabaya. Tapi Nina sangat yakin bahwa Yu Ri sudah semakin membaik. Hanya cedera di kakinya yang mengkhawatirkan. Gadis itu juga masih belum mau berbicara dan masih shock. Wajar saja. Itu karena dia belum pulih benar dari kecelakaan mencekam yang dialaminya. Kecelakaan yang disengajanya. Sebuah tindakan bodoh telah menghadiahkannya sebuah cedera disalah satu kakinya cukup parah. Dokter memberitahu bahwa ia mengalami patah tulang dan besar kemungkinan akan mengalami cacat permanen.

Aku berharap gadis itu diberikan kesabaran. Bagaimana pun Yu Ri telah melewati masa-masa kritisnya dan itu adalah suatu hal yang harus sangat disyukuri.

Yu Ri sudah sadar dan telah terlepas dari bayangan maut. Dia akan melanjutkan hidupnya lagi. Aku berusaha kuat untuk tidak memikirkannya terus tapi rasa penasaran terus mengrongrongku. Yu Ri yang cantik akan berjalan lagi seperti yang kulihat di stasiun. Dia bergerak, mengerjap-ngerjapkan matanya, bicara, dan tersenyum. Hanya beberapa waktu lagi setelah proses pemulihannya berhasil, semua hal itu akan terwujud. Yu Ri yang benar-benar hidup. Siluet-siluetnya mulai membayangiku. Latarnya berubah. Bukan lagi sebuah kamar di rumah sakit. Dia tidak akan lagi berbaring di ranjang dengan tubuh kaku dan mata terpejam.

Hah. Aku tidak boleh terus memikirkannya.

Sebuah pesan dari Temmy masuk ke handphone-ku yang mengatakan bahwa sebentar lagi keretanya akan segera tiba di stasiun Medan. Aku mengutak atik handphone dan membaca kembali beberapa pesan dari teman kerja dan murid faforitku bernama Rendy dan tersenyum geli. Merekalah yang mengisi hari-hariku sekarang dan memenuhi memori handphone-ku dengan pesan-pesan penuh canda. Sama sekali tidak ada wanita spesial. Hanya beberapa murid perempuan yang dekat denganku dan Mika.

I Love You, Guru TampanWhere stories live. Discover now