Bab 2

93 9 0
                                    

Lantunan lagu Melayu kesukaan ibu terdengar merdu pagi ini mengiringiku menyantap hidangan sarapan istimewa. Nasi putih yang ditanak lebih lembut dengan sepotong ikan rebus dan sayur bayam. Setiap hari aku makan semua masakan khusus sambil berperang dengan kepedulian akan rasanya atau kerinduan akan makanan-makanan kesukaan. Makanan kesukaanku dua bulan yang lalu. Sekarang hidangan ikan rebus dan sayur bayam termasuk dalam daftar makanan yang bisa kukonsumsi. Satu dari sedikit daftar hidangan yang mau tidak mau harus disukai dengan ikhlas.

Sesaat kemudian piring sudah kosong dan anehnya hari ini aku berhasil menghabiskan sayur bayam. Meskipun sebenarnya itu bukan suatu hal yang aneh mengingat bahwa ada hal yang memotivasi. Ya. Hari ini aku mulai mengajar lagi. Aku butuh energi untuk menghadapi dunia sebagai penglipur lara.

Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi tapi bukan berarti semua akan berakhir. Yang kutahu saat ini adalah melakukan apa saja yang masih bisa kulakukan termasuk mengajar. Aku juga harus tetap melakukan berbagai aktifitas seperti berkumpul dengan teman-teman, menonton film-film bagus, jalan-jalan, dan lainnya. Apa saja yang bisa membuat lupa walau hanya untuk beberapa detik. Jika aku tidak bisa melakukan satu pun itu berarti sebuah kehilangan besar.

Ibu mengeluh untuk yang kesekian kali sambil membereskan dapur. Berulang kali juga dia melemparkan pandangan bervariasi ke arahku. Campuran antara pilu dan kesal. Aku hanya tersenyum tanpa bermaksud untuk berpura-pura tidak bisa membaca situasi. Ibu enggan untuk membalas senyumanku. Aku tahu bagaimana rasanya saat kita ingin marah kepada seseorang tapi di saat itu juga kita merasa tidak tega untuk melakukan hal itu dan terpaksa harus menahan di hati.

Ibu tersayang yang tidak ingin aku bekerja lagi. Dia selalu mengingatkanku untuk beristirahat saja di rumah seperti anjuran dokter. Tapi dia juga sadar bahwa dengan menghabiskan waktu kesepian di rumah justru akan semakin memberi dampak psikologis bobrok bagiku. Semangat yang masih tersisa akan habis dilahap kejenuhan lalu aku akan terbunuh dengan cepat. Sementara bila tetap bekerja dan melakukan rutinitas normal, daya tahan fisikku akan semakin menurun. Hmm... Sungguh suatu pilihan yang sulit. Aku jadi sadar betapa hebatnya seorang ibu. Hatinya hancur menatap penderitaan anaknya namun dia harus berpura-pura membuat keadaan tampak baik-baik saja dan berusaha keras menghias tawa di wajah. Padahal di saat itu juga dia harus melaksanakan segala kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga. Aku tidak mau egois. Ibu bukan hanya milikku seberapa sayang pun ia padaku. Pada akhirnya, aku tetap merasa sendiri di dunia ini. Makhluk lemah yang hanya bisa berusaha dan berdoa.

Setelah lama berdiam diri dalam keresahan, ibu mendekat dan tampak sedang menimbang-nimbang perkataan bujukan terbaru yang ingin sekali diucapkan. Dia baru saja memulai untuk mengucapkan kata pertamannya ketika terdengar suara seseorang mengucap salam dari ruang tamu. Mau tak mau ibu membatalkan niat lantas menyahuti salam sang tamu berbarengan denganku. Karena sangat ingin mengakhiri situasi yang kaku ini, aku pergi menuju ruang tamu. Kutepuk pelan bahu ibu dan mengatakan kepadanya bahwa aku baik-baik saja entah untuk yang ke berapa kali.

Aku membuka pintu dan segera disambut oleh seraut wajah cantik sang tamu. Wajah cantik di depanku tersenyum malu yang sarat akan ketulusan. Senyuman yang menyejukkan hati. Lama kami beradu pandang sebelum akhirnya gadis pemalu itu menundukkan kepalanya.

"Mika. Silakan masuk," sapaku ramah. Mendadak wajah Mika merah merona. Haha. Dia memang manis dan lucu. Sering menunjukkan tingkah yang menggemaskan.

"Ini," lirih Mika seraya mengangkat sebuah bungkusan. "Mika cuma mau memberikan ini buat Abang."

Aroma manis mulai tercium dari bungkusan yang disodorkan Mika. Aku masih terlalu bingung dan hanya bisa menatap Mika dan bungkusannya bergantian. "Apa ini?"

"Oh," Mika mengerjab-ngerjabkan matanya tampak sama bingungnya denganku. "tadi Mika buat kue. Kebetulan masih ada banyak jadi Mika mau kasi abang buat mencicipinya. Tolong diterima ya. Ini buatan Mika." tambahnya.

I Love You, Guru TampanWhere stories live. Discover now