Dax segera meninggalkan acara makan malam itu. Ia pun segera berlari meninggalkan restoran. Tetapi di belakangnya sudah ada dua bodyguard mamanya yang mengikuti dia. Karena dekat dengan mall, Dax pun segera masuk kesana untuk mengecoh para bodyguard mamanya.
"Sial! Kenapa mereka masih ngikutin, sih?" Dax terus berlari. Ia juga memasuki toko-toko, tetapi tetap saja bodyguard-bodyguard itu dapat menemui keberadaannya.
Saat itu Dax merasa bahwa setelan jas yang digunakannya memang sangat mencolok. Karena itu ia memustuskan untuk melepaskan dan membuangnya. Kemudian ia memasuki toko baju yang ada di hadapannya, mengambil hoodie hitam yang terpajang, dan langsung memakainya.
"Mbak, ini uangnya. Ambil aja kembaliannya, ya.." Dax pun segera memberi tiga lembar uang seratus ribuan dan segera berlari keluar toko.
"Eh, mas, tapi?" Penjaga toko itu sangat bingung dengan apa yang terjadi barusan.
Dax terus berlari, karena bodyguard-bodyguard itu masih terus saja mengejarnya. Dax lalu masuk ke dalam toko buku. Ia menelusuri segala sisi di toko buku itu, sampai akhirnya ia melihat sosok yang tidak asing baginya.
"Tina?" Gumam Dax. Ia langsung segera menarik tangan Tina yang sedang menggenggam sebuah novel tebal di tangannya dan memeluknya.
"Eh, lo, mau ngap.." Tina memberontak dan ingin terlepas dari pelukan itu.
"Ssstt.. Gue mau stay kayak gini. Bentar aja.." Suara Dax membisik pelan.
Tina hanya bisa terdiam. Tidak bisa dibohongi bahwa ekspresinya saat itu sangat bingung. Jantungnya saat itu berdetak cukup kencang.
"Lagi-lagi.. Aduh Tina! Kenapa jadi deg-degan gini, sih?" Ucap Tina dalam hatinya dengan posisi yang masih dalam dekapan Dax.
Dax tetap memeluk Tina erat sambil memperhatikan sekitarnya. Bodyguard-bodyguard itu kehilangan jejak Dax dan mulai kebingungan. Merekapun akhirnya pergi dari toko buku itu.
"Ah... akhirnya pergi juga.."Ucap Dax setengah berbisik.
Tina saat itu langsung segera melepaskan dekapan erat Dax.
"Lo kenapa, sih? Dimana-mana selalu aja ada." Tina mulai sedikit jengkel.
Tanpa membalas Tina, Dax langsung segera menggandeng Tina dan segera membawanya pergi dari toko buku itu.
"Lepasin, ah! Lo mau bawa gua kemana, sih?" Tina berusaha melepaskan genggaman tangan Dax, namun Dax tetap saja tidak mau melepaskan dan membawa Tina pergi.
Sampai akhirnya, mereka berhenti di suatu ice cream corner. Tina saat itu masih menatap Dax bingung.
"Mbak, tiga scoop peppermint choco chip di cone, satu ya..." Dax memesan dan kemudian mengambil ice cream pesanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTANA
RomanceTristana Caris William. Tristana berarti pembawa kesedihan. Terbukti dengan kehidupan percintaannya yang selalu gagal. Empat kali disakiti cowo membuatnya tidak lagi percaya akan adanya cinta sejati. Terutama yang terakhir ini, ketika ia merasa ber...