06

585 66 42
                                    

Dika terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara gaduh dari luar kamar.

Pemuda tersebut mengacak rambutnya. Ia menoleh pada teman sekamarnya yang masih tertidur pulas.

Dika menghela napas. "Gue mesti kebangun gara-gara di luar berisik."

Dengan malas, Dika masuk ke dalam kamar mandi untuk menggosok gigi dan membasuh muka. Setelah itu ia keluar dari kamar dan melihat Puput yang sedang duduk di lantai.

"Pa-gi?" Sapa Dika dengan bingung ketika melihat temannya.

"Eh, Dika. Pagi juga." Sapa balik gadis tersebut.

"Hahahaha anjir. Karma lo itu! Bangunin gue ga manusiawi." Nindi menghampiri Puput yang setia duduk di lantai. Tangan kirinya menenteng kotak P3K.

"Kenapa?" Tanya Dika penasaran. Ia mendekati kedua temannya yang duduk di lantai dapur.

"Eh, pagi Han. Biasa, kena karma. Tadi gedubrak jeder jatuh," jawab Nindi sambil menunjuk luka yang ada di lutut Puput.

"Yo pagi. Jatuh karena?"

Puput mendengus. "Banyak tanya! Gue kan bangunin lo itu dengan tujuan membuat sarapan."

"Kesandung kaki nya sendiri," kata Nindi sambil mengobati luka Puput dengan hati-hati. Setelah selesai mengobati, Nindi memukul kaki Puput pelan. "Mereka nya aja masih tidur! Baru setengah delapan anjir."

Nindi bangkit dari duduknya untuk mengembalikan kotak P3K ke tempat semula.

Puput menatap Dika. "Lo kebangun gara-gara kita berisik? Sorry ya."

Dika tertawa pelan. "Dua hari tinggal sama kalian alarmnya suara kalian terus tapi sans aja. Eh btw gue ijin keluar ya, pingin keliling komplek."

Puput mengangguk. "Hati-hati."

-📌-

"Hari ini sarapan apa?"

"Kalian bikin apa?"

Puput dan Nindi melirik kedua temannya dengan tatapan jahil.

"Bisa bareng gitu ya," ledek Puput membuat Dea dan Rama malu.

"Jodoh, Put. Kita berdua jomblo diem aja."

"Mereka mah beda ya, Nin. Pagi-pagi udah ngebucin."

"Hish! Gue tanya kalian bikin apa?" Kesal Dea. Mood paginya langsung hancur begitu saja karena ulah kedua temannya.

"Roti bakar aja ya? Kalau sandwich terus takutnya kalian bosen," jawab Puput.

Dea mengangguk. "Ngikut aja sih."

"Morning guys!" Seru Rafly. Ia mendudukkan diri di samping Rama.

"Hm, pagi."

"Yo morning!"

"Kemarin jadinya Arsya gimana?" Tanya Rama penasaran.

"Gue gendong ke atas. Repotin banget tu anak," gerutu Rafly.

"Ah masa sih?" Goda Nindi sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Diem, Nin."

"Tumben lo bangun pagi?" Kepo Dea.

Dream HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang