33

314 26 4
                                    

Galuh sedang mengerjakan tugasnya sendirian di meja makan ditemani dengan secangkir kopi dan satu cup mie yang sisa setengah. Jari-jarinya sibuk menari di atas keyboard dengan cepat serta kacamatanya yang menghiasi wajahnya.

Dirinya terlalu fokus hingga tak menyadari hadirnya seorang pemuda yang kini duduk dengan satu kaki yang diangkat di atas kursi.

"Masih nugas?" Tanya pemuda itu sebelum menenggak minuman dari kaleng yang ia ambil di kulkas tadi.

"Anjing! Kaget demi Tuhan!" Kaget Galuh dengan bola mata yang terbuka lebar.

Sang pelaku, Rafly, hanya terkekeh tanpa dosa. "Se-fokus itu ya?"

Galuh mendengus sebal, "biasa lah." Kini matanya beralih menatap pemuda di depannya, "udah baikan sama Faiz?"

Yang ditanya menganggukkan kepalanya, "udah. Walau harus adu bacot lagi tadi."

Galuh tertawa pelan, "kaget gue loh, baru pertama kali liat kalian berantem pake fisik."

"Sama. Gue yang ditonjok juga kaget. Udah gitu jago lagi nonjoknya."

"Lo yang lemah kali."

Rafly mendelik tajam, "sembarangan! Udah ah gue mau bikin mie juga," katanya yang kini sudah berjalan menuju dapur untuk membuat mie.

Galuh menggelengkan kepalanya dengan senyuman gelinya lalu kembali memusatkan perhatiannya pada layar laptop di depannya.

—📌—

D

inginnya angin malam menerpa dua sosok yang sedang duduk berdua di depan minimarket. Meja lingkaran kecil yang disediakan penuh dengan bungkus cup mie, kaleng soda, juga beberapa snack yang sudah habis.

Melihat gadis di depannya yang sesekali menggerakkan kakinya ketika angin kencang menerpa membuat pemuda di hadapannya terkekeh.

"Udah gue bilangin, pake celana panjang sama jaket, ngeyel!" Katanya diakhiri dengan sentilan di dahi mulus gadis tersebut.

Gadis itu, Nindi, mengaduh dengan mie yang masih memenuhi mulutnya. Setelah menelan isi mulutnya, ia menatap Dika tajam. "Ini kalo gue keselek mie lo mau tanggung jawab kah?"

Dika menggeleng, "gak, gue viralin di Twitter nanti." Dika terkekeh melihat Nindi yang siap menyiram dirinya dengan sekaleng soda.

"Gue males ganti. Coba sekarang gue tanya, orang waras mana yang jam sembilan hampir jam sepuluh gini ngajak keluar tiba-tiba?"

"Katanya pingin mie sama soda."

"Ya gue gak expect lo bakal ngajak saat itu juga?"

Dika tertawa pelan, "nyatanya lo juga mau-mau aja."

"Soalnya laper, lumayan." Nindi mengendikkan bahunya dan kembali memakan mie yang tersisa sedikit.

Dika mengamati temannya yang kini sedang menyeruput mie terakhirnya. "Makasih ya."

Nindi menatap pemuda di depannya bingung, "for what? Kan gue yang harusnya bilang makasih."

Dika menggelengkan kepalanya pelan, "i just wanna say thank you to stay strong until now."

"Mellow banget nih sekarang? HAHAHAHA." Nindi tertawa ketika temannya langsung menggantikan ekspresinya dari lembut menjadi tajam. "What if gue milih nyerah?"

Dream HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang