Galuh membawa nampan berwarna putih berisi makanan dan minuman untuk Dea yang tengah berbaring miring di kasur. Ia mendudukkan dirinya di kasur milik temannya itu dan meletakkan nampan tersebut tepat di sebelahnya.
"Makan, Dey."
Dea hanya menjawab dengan gelengan. Matanya tetap fokus pada ponsel yang ia genggam.
"Sesendok mbuh apa wiiisss."
Dea mendengus, "gak laper."
"Nanti lo sakit siapa ya—"
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat kedua remaja menengok ke asal suara. Disana, ada Arsya yang baru saja masuk ke dalam kamar mereka.
Dea hanya melihat sekilas lalu kembali menatap ponselnya. Sedangkan Galuh menghampiri Arsya yang masih berdiri di depan pintu.
"Gak mau makan dia." Kata Galuh kepada Arsya yang dijawab hanya anggukan.
"Gue mau ngomong bentaran sama dia." Bisik Arsya.
Galuh menatap Arsya bingung sebelum mengangguk. Menepuk bahu Arsya beberapa kali sebelum meninggalkan kamar tersebut.
Dea pikir, kedua temannya sudah pergi dari kamar. Ia menengok ke arah pintu dan dikagetkan dengan Arsya yang masih berdiri disana.
"Ngapain disini?" Ketus Dea.
Arsya menghela napas. Ia melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Mau sampe kapan?"
"Maksud?" Tanya Dea tanpa menatap Arsya.
"Kalau ngomong tuh natep orangnya bisa gak?"
Dea berdecak sebelum mendudukkan dirinya di atas kasur. Matanya menatap Arsya dengan malas.
"Apa?"
"Lo mau sampe kapan kayak gini?"
Dea mengerutkan keningnya, "apaan sih?"
"Lo kan yang minta kasus Gita dibuka? Tapi lo sendiri yang main tuduh. Yang lo tuduh itu temen lo, sadar gak sih?"
"Gue cuma memastikan. Lagian nih ya, temen tuh bukan berarti temen. Kita gak tau, Ca."
Arsya mengacak rambutnya frustasi. "Tapi bukan gini caranya! Kita udah jadi mahasiswa, ayolah masa pikirannya masih kayak bocah terus?"
"Terus lo maunya gue gimana?" Tanya Dea malas.
"Pikirin lagi yang udah lo perbuat. Kalau udah sadar, lo harusnya tau apa yang seharusnya lo lakuin." Kata Arsya sebelum pergi meninggalkan Dea yang termenung.
—📌—
"Dika beneran belum ada kabar?" Tanya Galuh sembari mengambil soda yang berada di dalam kulkas.
"Belum." Geleng Rafly selaku teman sekamarnya.
"Muka lo kusut banget." Komentar Faiz ketika melihat Arsya yang baru saja turun dari lantai atas.
"Udah sadar?" Tanya Arsya kepada Faiz, mengalihkan topik.
Faiz mengangguk, "udah. Nindi gimana?"
"Masih tidur." Jawab Arsya.
"Dia kenapa btw?" Tanya Puput penasaran.
Faiz menatap teman-temannya secara bergantian. "Kalau gue bilang ini salah kita gimana?"
—📌—
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Home
FanfictionPertemanan mereka penuh dengan misteri ©lelenys 14 Agustus 2021- #1 jeno -200324- #1 jaemin -200324- #1 renjun -200324- #1 haechan -200324- #1 karina -200324- #1 winter -200324- #1 giselle -200324- #2 nct...