24

369 41 13
                                    

"Gak usah didenger apa kata Dea tadi." Ucap Nindi ketika mereka berdua sudah sampai di rooftop.

Rafly menghela napas, "ya gimana ya, Nin. Kita udah mutusin buat buka luka lama. Jadi apapun yang terjadi ya itu konsekuensinya."

Nindi mengacak rambutnya frustasi. "Tapi gak seharusnya Dea ngomong gitu dong?? Dia gak tau kejadian yang sebenarnya?!"

"Sabar, Nin. Mungkin Dea juga punya alasan tertentu." Ucap Rafly dengan hati-hati.

Nindi hanya diam tanpa menjawab satu katapun.

"Nin, ada yang nelpon."

Nindi mengambil hp nya dari saku celana yang ia kenakan. Ia menatap Rafly dengan raut wajah bingung.

"Siapa?"

Nindi mengendikkan bahunya, "nomer tidak dikenal."

"Angkat aja, ada gue disini."

Nindi menatap Rafly untuk memastikan kembali. Pemuda tersebut mengangguk, mencoba untuk meyakinkan Nindi bahwa ia ada disana. Tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Nindi menekan tombol warna hijau dengan ragu. Ia mendekatkan ponselnya ke arah telinga.

"Halo? Apa kabar?"

Mendengar suara tersebut, Nindi reflek menjatuhkan ponselnya membuat Rafly terkejut. Nindi mundur beberapa langkah, menjauhi ponselnya yang masih terhubung dengan seseorang.

Rafly berjalan mendekati ponsel milik temannya, mematikan sambungan tersebut tanpa berkata satu patah katapun.

"Nin?" Panggilnya dengan suara pelan.

Nindi menggelengkan kepalanya pelan, seolah masih tak percaya dengan suara yang ia dengar barusan.

Rafly mendekati gadis tersebut. Memegang kedua pundak temannya, "tarik nafas, buang. Tarik nafas lagi, buang."

Nindi mengikuti omongan Rafly hingga ia sedikit tenang. Matanya yang sedikit berkaca-kaca tersebut menatap temannya yang berada dihadapannya.

"Gapapa gapapa, gak usah takut."

"HAYOOOOOO LAGI APA HAY—EH LO KENAPA?" Niatnya untuk meledek kedua temannya terkurung ketika melihat temannya tremor.

Faiz menyingkirkan Rafly dari hadapan Nindi, "lo ngapain Nindi anjir?"

"Heh dateng-dateng nuduh!"

"F-Faiz, tadi ad—ada yang tel—fon. Ter—"

Faiz langsung menarik temannya ke dalam pelukan, "it's okay. Kalau belum siap gak usah cerita dulu gapapa. Tenangin diri dulu."

Nindi menumpahkan air matanya dipundak pemuda yang sekarang sedang memeluknya. Ingatan buruk seketika menyerangnya ketika tadi ia mendengarkan suara dari seberang sana.

"Takut," lirih Nindi.

"Gapapa, ada gue sama yang lain. Kita gak akan ninggalin lo lagi."

—📌—

"Kronologinya gimana sih?" Tanya Arsya penasaran sekaligus terdapat nada khawatir disana.

Faiz meletakkan Nindi pelan-pelan di kasur milik gadis tersebut. Nindi tertidur sehabis nangis deras dipelukannya.

Rafly memberikan ponsel milik Nindi kepada Arsya, "tadi ada yang nelfon, nomer gak dikenal."

"Kok tumben dia mau ngangkat?"

Rafly menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "tadi gue bilang angkat aja toh ada gue."

"Terus?"

Dream HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang