"Hah!" Nindi langsung terbangun dari posisi tidurnya menjadi duduk karena mimpi buruknya barusan. Napasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi pelipis dan kening si bungsu. Tak lupa dengan bibirnya yang kini memucat.
Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Kini matanya menatap kedua teman sekamarnya yang tidur terlelap dengan tenang. Ia menyibakkan selimutnya, memutuskan untuk keluar kamar mengambil minuman di kulkas dapur.
Keningnya mengernyit kala lampu dapur masih terang. Semakin dekat langkahnya ke arah dapur, semakin jelas suara tawa dan obrolan dari arah sana.
"Loh? Nindi belum tidur?" Kaget Galuh ketika melihat temannya yang paling muda berjalan santai ke arah kulkas.
Tangan Nindi terulur untuk mengambil kaleng soda berasa peach. Ia membalikkan badannya setelah menutup pintu kulkas, menatap Galuh yang ternyata tidak sendirian.
"Kebangun aja barusan. Kalian gak tidur?"
Galuh tersenyum kecut sambil telunjuknya menunjuk laptop yang ada di depannya. "Biasa, tugas."
Nindi meringis, "kalau gitu gue ke atas duluan ya."
Galuh melirik sejenak pemuda yang di hadapannya sebelum kembali menatap Nindi. Ia mengangguk, "good night!"
"Night!!"
Ketika punggung Nindi sudah tak lagi terlihat, Galuh menendang pelan pemuda di depannya. "Katanya mau baikan!"
Rafly mengacak rambutnya frustasi, "ah tau dah. Gue mau ke rooftop aja bye!"
Rafly menaiki tangga dengan sedikit tergesa meninggalkan Galuh yang berdecak sebal.
"Yah sendirian lagi dah ngerjakannya," katanya dengan mata yang menatap tugasnya malas.
—📌—
Rafly membulatkan matanya ketika melihat sosok gadis dengan piyama warna abu-abunya berdiri di depan pembatas. Membiarkan dinginnya angin malam menusuk kulitnya yang tak tertutup oleh kain.
Nindi menoleh ketika telinganya mendengar suara langkah mendekat. Ia dapat melihat Rafly yang semakin mendekat ke arahnya. Mata Nindi tetap menatap yang lebih tua darinya sampai pemuda itu berdiri tepat di sampingnya.
Tak tahan dengan keheningan yang terjadi, Rafly memutuskan untuk membuka suaranya. "Gak dingin?"
Nindi kembali menatap ke arah depan. Bibirnya menyesap minuman bersoda yang tersisa setengah sebelum menggeleng, "gak kerasa."
Rafly menelisik wajah gadis di sampingnya dengan kening berkerut. "Lagi mikirin apa?" Tanyanya ketika merasa ada yang janggal dengan temannya ini.
Pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut Rafly berhasil membuat napas Nindi tercekat sejenak. "Gak mikirin apa-apa."
Rafly kembali menatap ke arah depan, menatap indahnya lampu-lampu yang menerangi gelapnya malam. Tidak ingin memaksa yang lebih muda untuk bercerita. Terlebih keduanya masih memiliki jarak yang membuat keduanya sedikit canggung.
Hening kembali melanda keduanya. Hanya terdengar suara air dari dalam kaleng yang digoyangkan oleh sang pemilik minuman.
Rafly mengambil napasnya dalam sebelum berkata, "gue... minta maaf. Gue beneran minta maaf, maafin gue yang dulu egois dengan mikirin perasaan gue sendiri tanpa mikirin keadaan dan perasaan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Home
FanfictionPertemanan mereka penuh dengan misteri ©lelenys 14 Agustus 2021- #1 jeno -200324- #1 jaemin -200324- #1 renjun -200324- #1 haechan -200324- #1 karina -200324- #1 winter -200324- #1 giselle -200324- #2 nct...