31. Leave or Die?

2.4K 319 1.1K
                                    

Hallo, Amories. Selamat malam! 👋

Apa kabar, nih? Sehat-sehat kan kalian?

Btw, aku minta maaf yaaa, yang tadi siang itu sengaja ngeprank update hehehe.

Aku lihat banyak yang udah gak sabar mau baca, kalau gitu pencet vote dulu yaa. Jangan lupa isi setiap baris dengan komentar kalian <3

*Disarankan untuk dark mode.

•••

Selamat membaca, Amories!♡
. · . · . · . · . · . · . · . · . · . · . ·. · . · .

✰✰✰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✰✰✰

Memasuki hari keempat sejak dinyatakan koma, kondisi Prince masih sama. Sepertinya Prince belum mau membuka mata untuk melihat tiga orang yang menunggu dengan perasaan cemas di dalam kamar itu.

Alea mengelap tubuh anaknya dengan penuh kesabaran. Handuk yang dimasukkan ke dalam baskom berisi air hangat ia peras lalu mengelap wajah Prince sambil tersenyum. “Ganteng banget kamu, Prince.”

“Tapi lebih ganteng lagi, kalau kak Prince buka mata,” sahut Cassie.

“Mimpi apa, sih, kamu sampe nggak mau bangun?” tanya Alea mengusap lembut dahi Prince yang tertutup rambut.

Malvin di depan tempat tidur hanya menatap sendu istri dan anaknya. Hancur sekali perasaan Malvin melihat Alea dan Cassie sedih karena kondisi Prince belum juga menunjukkan perkembangan.

“Mana baju kak Prince, Cas?” Alea menoleh pada Cassie.

“Ini, Mah.” Cassie memberikan kaos tebal lengan berwarna putih untuk baju ganti abangnya.

Alea tersenyum mengambil baju ganti Prince lalu ia menoleh pada suaminya, “Bantuin! Malah diam aja.”

“Iya.”

Pelan-pelan Malvin naik keatas, duduk di sisi lain kasur berukuran besar itu. Setelah Alea membuka seluruh kancing baju tidur anaknya, Malvin mengangkat tubuh Prince dengan satu tangan perlahan-lahan. Tangan yang lain naik mengusap rambut halus Prince.

Karena Alea dan Malvin sudah terbiasa mengganti pakaian anak mereka ketika sakit parah, keduanya tidak lagi merasa kesulitan.

“Tolong pegang dulu, sayang,” ujar Alea memberikan pakaian kotor Prince pada Cassie.

“Iya, Mah.”

“Bisa, atau aku aja?” tanya Malvin.

Alea menggeleng, ia fokus dan hati-hati sekali memakaikan kaos tebal menutupi tubuh anaknya, “Bisa, kok.”

Setelah selesai mengganti pakaian, Malvin langsung membaringkan tubuh Prince seperti semula.

“Aku panggil Curie dulu,” ujar Malvin pada Alea.

PRINCE ⨾ Speck of Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang