Part 9

349 41 16
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.

----------------------------***--------------------------

Keterdiaman Farhan membuat Anisa menghela napas pelan.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan disini" ujar Anisa dengan senyum tipisnya yang terkesan dipaksakan. Anisa kemudian berjalan mendekati ranjang Silvi lalu mendudukan dirinya di kursi samping ranjang itu dan mengambil buku yang ada di tasnya, Anisa berusaha mengabaikan perasaan lain yang saat ini dia rasakan, ada rasa nyeri menjalar di dadanya.

Anisa tidak tau apa alasan mengapa dirinya merasa sedikit cemburu?

Sedangkan Farhan hanya bisa terdiam sambil memandang Anisa yang saat ini tidak mau memandangnya.

Farhan juga tidak paham dengan apa yang dirasakannya saat ini, apakah benar dia jatuh cinta kepada Anisa?

Entahlah, Farhan juga tidak mengerti dengan perasaannya.

----------------------------***-------------------------

Keesokan harinya, demam Silvi sudah mulai turun, akan tetapi Silvi masih butuh waktu untuk dipantau sehari ini, jika memungkinkan Silvi sudah diperbolehkan pulang besok.

Silvi memegang kepalanya yang berdenyut sakit sambil bersandar di kepala ranjang.

"Nona sudah bangun?" Tanya Farhan yang saat ini baru masuk ke ruangan Silvi, sedangkan Silvi hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan Farhan.

Apa lelaki itu buta? Bukankah dia melihat Silvi saat ini sudah bangun?

"Apa tubuh nona masih terasa panas?" Tanya Farhan lagi sedangkan Silvi hanya menghela napas malas.

"Gak usah peduli dan gak usah banyak tanya" ujar Silvi ketus sedangkan Farhan hanya bisa menghela napas pelan, sudah terbiasa dengan perkataan kasar nonanya ini.

Farhan kemudian mendudukkan dirinya di sofa yang ada di kamar Silvi lalu memakan sarapannya dalam diam. Saat ini mereka hanya berdua, karena Keyla, Nisa, Mama, dan Nenek pulang terlebih dahulu untuk membersihkan diri dan akan kembali sebentar lagi ditemani oleh papa Silvi.

Silvi terdiam sambil memandang ke arah Farhan yang saat ini terlihat sangat menikmati sarapannya. Dari kejauhan saja Silvi dapat melihat bahwa bodyguard nya itu sangat tampan. Silvi tidak menampik bahwa Farhan membuat dia terpesona. Farhan terlihat sangat sempurna dengan wajah tampan, badan tinggi tegap, dan kulit yang putih bersih. Siapa saja bisa jatuh cinta ketika melihat Farhan.

Mata Silvi tidak berhenti memandang Farhan, sebelum suara ketukan menyadarkannya dari lamunannya. Silvi menggelengkan kepalanya pelan sambil menepuk-nepuk pipinya.

Apa yang baru saja dia pikirkan?
Apa dia baru saja mengagumi bodyguard nya itu?

Tok
Tok

"Permisi, saya membawa sarapan pagi" ujar petugas rumah sakit itu sambil mendorong trolinya masuk ke dalam kamar lalu meletakkannya di atas meja yang ada di sana.

Farhan yang melihat itu dengan cepat membantu petugas itu, setelah selesai mengantarkan sarapan, petugas tersebut lalu pamit meninggalkan Silvi dan Farhan.

"Nona, saatnya sarapan" ujar Farhan yang hanya dibalas anggukan malas oleh Silvi, dia terlalu malas untuk berdebat saat ini dan jujur Silvi merasa sangat lapar.

Farhan membantu meletakkan meja makan (overbed) diatas ranjang Silvi lalu meletakkan sarapan tersebut diatas meja itu.

"Silahkan dimakan nona, jika nona butuh sesuatu panggil saja saya nanti" ujar Farhan yang kemudian berjalan kembali menuju sofa untuk melanjutkan makannya. Sedangkan Silvi hanya berdehem pelan tanda mengiyakan perkataan Farhan.

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang