Perjalanan mereka dipenuhi keheningan. Silvi yang merasa bosan pun memilih memutar musik di mobil itu.
Suara dentuman keras musik itu sungguh mengganggu Farhan. Farhan tidak menyukai musik apalagi dengan musik yang dapat memekakkan telinganya ini.
Tap
Akhirnya Farhan mematikan musik itu karna tidak tahan mendengarnya. Silvi mengerang protes terhadap apa yang dilakukan Farhan. Dia kembali menghidupkannya tetapi Farhan lagi-lagi mematikannya.
Silvi menatap kesal kearah Farhan.
"Mau kamu sebenarnya apa sih?" Tanya Silvi emosi
"Tidak baik mendengarkan musik yang seperti ini nona" ujar Farhan tenang.
"Apa yang salah dari musik itu?" Tanya Silvi sambil menyilangkan kedua tangannya didadanya.
"Pilihlah musik yang enak di dengar dan tidak memekakkan telinga seperti ini nona, jika nanti saya kurang konsentrasi kan berbahaya" ujar Farhan tersenyum membuat Silvi mendengus sebal.
Dia memilih diam dan menolehkan kepalanya kearah jendela mobil.
Setelah sampai di depan rumah Silvi yang tampak mewah itu.
Silvi segera keluar dari mobil itu dan membanting pintunya keras, sedangkan Farhan hanya terkekeh kecil sambil mengikuti langkah tergesah Silvi ke dalam rumahnya.Tapi Farhan mengernyit melihat Silvi yang kemudian berbalik kearahnya.
"Ini, makasih" ujar Silvi menyerahkan jas Farhan tadi dan melangkahkan kembali kakinya memasuki rumahnya setelah Farhan menerima jasnya kembali.
Farhan memasuki rumah itu dan melihat Silvi yang sedang beradu mulut dengan papanya.
"Papa, Silvi sudah bilang, Silvi tidak membutuhkan bodyguard" ujar Silvi emosi
"Kamu tetap membutuhkannya Silvi, jika tidak ada bodyguard yang mengawasi kamu, papa yakin kamu akan bertindak seenaknya" ujar papanya tak kalah emosi.
"Pa, Silvi bukan anak kecil yang dapat papa atur-atur kayak gini, lagian, kenapa nggak anak kesayangan papa itu aja yang punya bodyguard" ujar Silvi sinis
"SILVI JAGA UCAPAN KAMU" ujar papa Silvi marah
"Iya kan? Dia anak kesayangan papa, papa selalu membanggakannya" ujar Silvi
"Iya, dia sangat membanggakan, dia tidak pernah mengecewakan papa" ujar papanya, Silvi hanya mengepalkan tangannya mendengar ucapan papanya.
"Untuk itu, papa urus saja dia dan jangan urus Silvi lagi" ujar Silvi kemudian berlari menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya keras.
Sedangkan papanya Silvi hanya memijit kepalanya sakit. Dia tidak habis pikir dengan anaknya itu.
Sedangkan Farhan hanya terdiam melihat tontonan gratis tadi. Dia tidak berhak ikut campur dengan urusan keluarga ini. Disini dia hanya menjalankan tugas dari komandannya untuk mengawasi anak seorang presdir perusahan terkenal itu.
Rahman atau papanya Silvi itu kemudian mengalihkan pandangannya kearah Farhan yang masih terdiam.
"Farhan" ujar pak Rahman
"Ya, presdir" ujar Farhan
"Kamu tetap awasi dia, hah, kamu lihatkan kelakuannya membuat saya pusing" ujar pak Rahman
"Ya pak, saya mengerti" ujar Farhan
"Kamu boleh pulang sekarang Farhan, terima kasih sudah membawanya pulang" ujar pak Rahman
"Baik pak, saya permisi" ujar Farhan.
Ketika Farhan mencapai pintu itu dan ingin membukanya seseorang sudah membukanya terlebih dahulu.
Deg
Deg
Deg"Masyaa Allah" ujar Farhan didalam hati ketika melihat perempuan cantik yang menggunakan jilbab panjang didepannya. Farhan hanya dapat terdiam dan terpaku melihat perempuan didepannya.
Sedangkan perempuan yang baru masuk itu juga tak kalah terkejutnya melihat ada seorang lelaki tampan yang sekarang menatapnya.
Perempuan itu kemudian menundukkan pandangannya dengan pipinya yang merona.
"Hmm permisi tuan" ujar perempuan itu yang kemudian membuyarkan lamunan Farhan.
Farhan yang tau jika perempuan ini ingin masuk ke rumah segera menggeser badannya agar perempuan cantik itu bisa masuk.
Ketika perempuan itu melewatinya, mata Farhan tidak pernah lepas mengikutinya. Farhan tersenyum tampan, kemudian melangkahkan kakinya menuju mobilnya dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya.
------------------------***------------------------
Sedangkan perempuan tadi memasuki kamarnya dan mendudukkan dirinya diatas ranjang sambil memegangi dadanya, jantungnya berdebar-debar ketika melihat lelaki tampan didepan pintu tadi.
"Yaa Allah, aku kenapa?" Ujarnya pelan.
Tok Tok Tok
"Sayaaang" ujar suara diluar sana
"Iya ma, masuk aja, nggak di kunci kok" ujar perempuan itu dan seseorang yang dipanggil mama itu masuk kedalam kamar anaknya dan tersenyum.
"Kamu dari mana aja sayang? Kok baru pulang?" Tanya mamanya sambil mengelus kepala anaknya yang tertutupi jilbab itu.
"Nisa tadi mencari buku di perpus ma, jadi agak lama" ujarnya. Ya, nama perempuan itu Annisa.
"Udah dapat bukunya?" Tanya mamanya dan Annisa menganggukkan kepalanya.
Annisa kemudian membaringkan kepalanya dipaha mamanya manja. Mamanya hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya itu sayang.
"Mama" ujarnya pelan
"Apa sayang?" Tanya mamanya
"Nisa rindu papa" ujar Annisa lirih
"Papa kamu kan dibawa sayang, kalau begitu kita turun aja yok, ngobrol sama papa" ujar mamanya
"Nisa rindu papa" ujar Annisa sambil meneteskan air matanya. Mamanya sebenarnya tau siapa papa yang dimaksud Annisa. Papa kandungnya yang sudah meninggal ketika Annisa baru berumur sepuluh tahun, papanya meninggal karna penyakit jantung yang dideritanya. Annisa sangat menyayangi papanya, papanya orang yang hangat dan penyayang. Ketika mamanya beberapa tahun lalu mengatakan akan menikah, Annisa sangat kecewa sebenarnya. Tapi, karna melihat mamanya yang tampak bahagia bersama papanya yang sekarang membuat Annisa akhirnya menerima itu. Lagian, papanya sekarang juga tak kalah hangat dan penyayang seperti almarhum papanya. Meskipun papa kandungnya tak akan pernah terganti dihatinya.
Sedangkan mamanya hanya tersenyum sambil ikut meneteskan air matanya bersama anaknya.
Sedangkan seseorang yang melihat kehangatan antara ibu dan anak itu hanya memandangnya dengan pandangan iri.
TBC
Assalamu'alaikum..
Maaf ya ana telat upnya hehe..
semoga suka yaa..
Jgn lupa vommant yaa 😉Syukron..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard
SpiritualSilvi seorang gadis kaya yang populer, manja dan egois. Memiliki pergaulan yang bebas dan selalu bertindak sesukanya. Bagaimana jadinya jika papanya mempekerjakan seorang bodyguard tampan namun menyebalkan untuk mengawasinya? Akankah kehidupan Silvi...