Sang surya mulai menampakkan wujudnya, diselimuti embun pagi yang masih tebal.
Gadis dengan pandangan yang selalu bersinar itu menatap ke arah cermin di meja riasnya. Tangan halusnya menyisir rambut hitam panjangnya yang ia hiasi dengan jepit rambut hadiah dari papanya. Memoles tipis wajah cantiknya dengan bedak. Tidak lupa ia memberi sedikit warna pada bibirnya.
Syakira senang, hari ini dia akan bertemu dengan Abi lagi dan itu artinya ia masih akan berjuang mendapatkan hati Abimana. Wajah cerianya terpantul jelas di cermin, terlihat jelas guratan semangat.
"Selamat pagi Abi." Ucapnya sambil memegang sebuah bingkai foto.
Langkah kaki Syakira satu persatu menuruni anak tangga menuju ke ruang utama, terlihat mamanya sedang bergelut dengan bahan bahan di dapur. Syakira selalu menyukai pemandangan pagi hari dirumahnya. Mamahnya yang akan selalu berada di dapur mempersiapkan sarapan dan papanya selalu duduk dengan selembar koran di tangannya tak lupa dengan secangkir teh yang sudah dipersiapkan oleh mamanya.
Ia masih setia berdiri di anak tangga, memperhatikan segala gerak gerik kedua orang tuanya. Langkahnya mengendap ngendap menuju dapur mamanya.
"Mama.." Syakira memeluk punggung wanita cantik yang masih sibuk dengan masakannya.
"Lohh, sejak kapan kamu disini hmm?"
"Sejak tadi tau. Mama sih sibuk masak mulu, papa juga baca mulu gak pegel apa tu matanya." Dengus Syakira seraya menatap kesal kedua orang tuanya secara bergantian.
"Kalo mama gak masak, kamu mau makan angin?"
"Papa tau kok kalo tadi kamu ngendap ngendap kesitu, cuma papa belagak gak tau aja."
"Halahh." Kemudian mencebikkan bibirnya.
"Udah dong, gak baik tau beratem pagi pagi. Sekarang kita sarapan." Lerai Rosalina.
"Kita gak berantem." Jawab Syakira dan papanya bersamaan. Rosalina yang melihat tingkah anak dan suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Setelah menyelesaikan sarapannya Syakira memilih mencium tangan kedua orang tuanya, kemudian berangkat ke sekolah diantar oleh pak Umar. Bagi Syakira, sekolah tidak hanya tempat untuk mencari ilmu saja, melainkan juga tempat ia memperjuangkan cintanya pada Abi.
Dikamar bernuansa hitam putih seorang cowok jangkung itu berdiri di depan cermin terlihat ia sedang memakai setelan jasnya, tak lupa memakai dasi sebagai pelengkap pakaiannya. Ia menyemprotkan parfum khas tubuhnya, setiap wanita yang bertemu dengannya dapat dipastikan cowok itu akan panen pujian.
"Lo kok setiap hari pakek jas sih bang?" Tanya Rangga dengan mulut penuh makanan.
"Ada urusan."
"Sarapan dulu bi!"
"Enggak bun. Abi ada urusan, Abi pamit. Tuh makanan telen dulu baru ngomong." Pamit Abi kemudian pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan adiknya yang sedang sarapan.
"Tuh orang jarang ngomong, sekali ngomong kagak ada manis manisnya, pait mulu." Ujar Rangga yang melihat kepergian Abi
"Ngirit suara kali abangmu. Kayak gak tau aja abangmu gimana, kan emang tiap ngomong pedes mulu." Kini giliran papanya yang bersuara menyetujui ucapan anak bungsunya itu.
"Oh pantes jomblo."
Hari ini Syakira berangkat lebih pagi, jalanan menuju sekolah pun tidak ada hambatan maupun kemacetan. Memang hari ini Syakira memilih datang pagi pagi untuk melakukan misi paginya.
Tidak butuh waktu yang lama, Syakira sampai di sekolahnya. Syakira bergegas ketempat tujuannya pagi ini, ia berjalan seraya mengibas-ngibaskan rambut hitam panjangnya. Sementara seragamnya yang pas sekali di badannya akan membuat setiap laki laki yang melihat menahan napas dan membuat kaum wanita iri dengan bentuk tubuh yang ia miliki. Dan untuk kesekian kalinya meskipun hari masih pagi Syakira harus bertemu dengan trio visual abal abal Atlas siapa lagi kalau bukan Alfa, Nando, dan Aska.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANA (ON GOING)
Teen Fiction"Gue suka sama lo bi." "Gue guru lo dan lo murid gue." Ucapnya datar. "Gue tau, dan gue gak perduli! Gue bakal bikin lo balik jatuh cinta sama gue titik gak pakek koma apalagi tanda tanya." Katanya dengan sorot mata penuh keyakinan. Bagaimana jika...