Bab 6

25.3K 4.6K 55
                                    

Vesia terkejut dengan apa yang ia dengar, kakaknya akan pergi ke perbatasan untuk membantu Duke Kavel dan Marquess Forcas untuk menghentikan pemberontakan. Padahal 5 hari lagi pesta akan digelar. Vesia tidak tau ada kejadian seperti ini.

Sepertinya ia ingat, alasan kenapa kakaknya bisa jatuh cinta dengan Aileen. Ketika di pesta dansa nanti, kakaknya terpesona dengan kecantikan saintess. Lalu mereka tidak sengaja bertemu ditaman istana dan Saintes yang melihat luka di tangan Arzan langsung menyembuhkan luka tersebut. Dari sanalah Arzan menaruh simpati kepada Saintess yang baik itu. Terlebih ketika semua orang menggosipkannya sebagai seorang tiran dan takut padanya, saintes seorang yang tidak takut padanya. Vesia harus mengubah nasib ini.

"Vesia," panggil kakaknya. "Apa yang kau pikirkan."

"Aku hanya khawatir bila kakak terluka." jawab Vesia.

"Aku tidak akan terluka. Kamu tenang saja."

"Kakak kan masih manusia yang bisa terluka. Bukannya aku berdoa agar kakak terluka. Tentu saja akan lebih baik jika kakak tidak terluka. Tapi tetap saja aku sangat khawatir." kata Vesia.

"Harusnya memang waktu itu, kita pergi liburan saja ke Estia." kata Vesia lagi.

Arzan tersenyum mendengarnya. Bukankah adiknya sangat lucu mendumel seperti ini. Tanpa sadar Arzan malah mencubit pipi Vesia karena gemas.

"Kakak!" seru Vestia. 

"Selesai pesta pengenalan, kita pergi liburan." kata Arzan dengan tersenyum.

"Tolong berhatilah-hatilah kalau begitu. Agar setelah pesta ini kita bisa liburan berdua." kata Vesia dengan tersenyum.

Selesai makan, Olivia mengusulkan untuk membuat jimat untuk kakaknya Arzan. Vesia menganguk setuju. Ini kesempatannya. Ia harus bersikap baik dan memberikan perhatiannya untuk kakaknya. Ia masih berharap kakaknya tidak jatuh cinta dengan Saintess.

Vesia meminta untuk diambilkan pita. Ia akan membuat gelang untuk Arzan. Vesia berharap ia masih bisa membuat gelang. Tidak sia-sia dulu waktu SMA ia ikut extrakurilkuler Seni ke-kreativitasan.

Olivia membangunkan Vesia, karena sebentar lagi kakaknya akan berangkat ke perbatasan. Vesia segera terbangun. Ia mengambil gelang yang telah ia buat dan langsung berlari keluar. Tanpa ia sadari, ia masih menggunakan piyama tidurnya. 

"Kakak-"

"Vesia?"

Vesia mengatur nafasnya. Ia berjalan mendekati Duke. Sepertinya mulai saat ini ia harus rajin olehraga. Bagaimana mungkin ia punya tubuh selemah ini.

"Ada sesuatu yang ingin aku berikan." kata Vesia.

"Ya?"

Vesia mengambil tangan Arzan lalu memasangkan sebuah gelang yang bewarna Merah dan Emas.

"Karena aku tidak sempat membeli jimat, jadi, aku membuat gelang ini sebagai pengganti jimat. Aku harap kakak menyukainya. Tolong kembalilah dalam keadaan sehat tanpa luka." pinta Vesia. "Aku akan menunggu kakak disini." lanjutnya dengan tersenyum.

Arzan tersenyum. "Terimakasih Vesia. Aku menyukainya."

Vesia melepaskan kepergian Arzan dan seluruh pasukannya. Rumah tanpa Arzan, akhirnya... Ia bebas. Vesia akan menyembunyikan seluruh perhiasan dan uang miliknya sebagai antisipasi nanti, tapi... Semua itu langsung hilang ketika ia bertemu dengan Arlo. Tangan kanan kakaknya.

"Sir Arzan mengirim saya, untuk menjaga anda Lady selama beliau pergi."

Hanya satu kata yang ingin Vesia ucapkan sekarang. Arzan brengsek. Ia lebih percaya bahwa Arzan disuruh untuk mengawasinya dibanding menjaganya. Vesia ingin mensngis rasanya.

I Will Change My Destiny With My Tyrant Brother (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang