Bab 2

28.9K 5.4K 120
                                    

Aku membuka mataku terkejut. Lagi-lagi tempat ini yang aku lihat. Para pelayan menanyakan apa aku baik-baik saja, aku langsung minta dibawakan kaca dan mulai mengaca.

Aku bingung kenapa aku bisa ada disini?

Para pelayan mulai panik dan memanggil Dokter untuk memeriksaku. Aku masih linglung. Dan tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri selama dua hari. Selama itu, ingatan tubuh ini seolah masuk kedalam tubuhku. Karena itu, aku menyadari satu hal, sepertinya aku masuk kedalam novel I will be Queen dan menjadi figuran yang punya akhir tragis, Vesia.

Aku tidak masalah trasmigrasi ke dalam novel I will be Queen. Tapi, kenapa aku tidak jadi Ivona saja?? Duchess cantik idaman seluruh wanita dan laki-laki se-kekaisaran Demetria. Kenapa harus jadi adiknya tiran itu. Terlebih kemarin lidah lancangku ini telah menghinanya. Pasti cepat atau lambat aku akan mati. Ya, pasti begitu. Tiran itu pasti akan membunuhku.

Oleh karena itu, melihat makanan lezat disampingku aku tidak nafsu memakannya.

******

"Apa katamu?? Vesia tidak mau makan? Ini sudah hari keempat dia mengurung diri tanpa menyentuh makanannya?" tanya Arzan bingung mendengar laporan dari salah satu pelayannya.

Arzan bangkit. Tapi, ia segera mengurungkan niatnya dengan duduk kembali. Vesia membencinya. Jika ia menemui adiknya, Vesia pasti akan menatapnya benci lagi meski, dia sedikit senang, Vesia memanggilnya untuk pertama kalinya kemarin. Walaupun ujung-ujungnya adik perempuannya menghinanya.

"Paksa dia untuk makan, jika hari ini dia tidak makan, aku akan memenggal kepalamu dan pelayan lainnya!" kata Arzan yang kemudian menyuruhnya untuk keluar.

******

Para pelayan menyuruhku makan. Mereka berkata bahwa, jika aku menolak untuk makan, mereka akan dihukum mati oleh Duke Scarlet. Tentu saja hal tersebut tidak bisa aku biarkan. Aku langsung memakan makananku. Dari novel yang aku baca, Arzan selalu menepati omongannya. Jika ia bilang akan membunuh, maka dia akan membunuhnya. Tapi kenapa dia peduli denganku?

Aku lalu bertanya kepada pelayan yang bernama Olivia. Dalam ingatan Vesia, Olivia adalah pelayan terdekatnya.

"Saintess Aileen-"

"Ah, Saintess dari kalangan bawah yang baru saja dilantik beberapa minggu yang lalu? Katanya sepuluh hari lagi, akan diadakan pesta di istana untuk menyambut kedatangan Saintess."

Aku terkejut mendengarnya. Kalau sepuluh hari lagi di pesta pengenalan Saintess. Itu artinya si tiran itu akan bertemu Aileen untuk pertama kalinya dan jatuh cinta.

Tidak boleh!!

Aileen adalah orang yang buruk. Dia adalah orang yang menghasut Arzan untuk menjualku ke Count mata Keranjang itu. Bahkan dia juga yang menuduh Ivona sebagai penyihir yang menggunakan sihir hitam yang notabenya sangat dilarang dalam kekaisaran.

Karena aku telah diberikan kesempatan kedua sebagai orang kaya. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan tuhan padaku. Aku akan mengubah takdirku. Dengan motto yang selama ini aku jalani, hidup enak tanpa mlarat, aku akan hidup enak dan sejahtera sampai aku mati.

Karena itu, aku harus mencegah pertemuan Arzan dengan Aileen. Tapi sebelum itu, mari memperbaiki hubungan kita berdua.

"Apa kakakku dirumah?" tanyaku.

Mereka semua menatapku kaget.

"Duke berada di istana. Mungkin, malam hari beliau baru pulang."

"Kalau begitu, siapkan air mandi dan makan malam untuk nanti. Aku akan makan berdua dengannya." perintahku.

"Iya nona."

Aku langsung bersiap untuk mandi selesai makan. Tak lupa aku menyuruh mereka keluar. Aku ingin sendirian dan berfikir tentang semuanya. Didalam Novel, Keluarga Scarlet memiliki dua anak, Arzan dan Vesia. Sementara dalam ingatan tubuh ini, Mereka dulu sangat akrab hingga sebuah insiden yang membuat mereka saling membenci.

Meski tinggal dikediaman yang sama, hampir bisa dipastikan mereka tidak pernah bertemu. Hal ini dikarenakan Vesia sangat membenci Kakaknya yang tiran. Dan Arzan yang memang tidak memperdulikan atau menaruh perhatian kepada adiknya. Dan sebagai info tambahan, di dalam novel maupun ingatan tubuh ini, sejak umur 15 tahun Arzan sudah menjadi Duke tanpa adanya Wali. Rumor mengatakan bahwa ia sengaja membunuh orangtuanya. Agar memiliki kekuasaan. Sifat dingin dan tirannya membuat para pengikut membencinya. Banyak yang mendukung Vesia untuk melengserkan kakaknya. Hal ini bukan dikarenakan Vesia yang pintar. Tapi gadis itu sangat gampang di bodohi. Meski begitu Arzan tidak sepenuhnya mengabaikan Vesia. Hal ini dibuktikan dengan anggaran yang dimiliki Vesia sangat besar melebihi anggaran milik Arzan.

Tentu saja aku senang mengetahuinya. Sekarang, cita-citaku bukanlah PNS yang punya kehidupan terjamin sampai mati. Tapi, hidup enak sampai mati. Kalau bisa sih jadi pengangguran kaya raya. Tapi hal tersebut tidak mungkin.

Selesai mandi aku lalu bersiap. Dan dimalam harinya aku menunggu kakakku si tiran itu. Aku mendengar suara kereta kuda. Aku segera memasang badan tegap. Untuk pertama-tama aku harus meminta maaf.

Pintu terbuka dan menampilkan orang yang mirip denganku saat ini. Arzan. Arzan menatapku sebelum dia berjalan melewatiku. Astaga ... Orang itu benar-benar mengabaikanku.

"Kakak." panggilku.

Langkahnya terhenti. Ia lalu berbalik dan menatapku. Aku meneguk salivaku. Tatapannya sangat tajam. Rasanya aku bisa saja mati karena menatapnya. 

"Kakak sudah makan? Kalau belum, mau makan bersamaku?" tanyaku pelan.

Dia diam. Aku langsung menunduk.

"Ayo." jawabnya.

Aku mengangkat wajahku. Dan Arzan berjalan mendekatiku. Ia mengulurkan tangannya. Aku tersenyum melihatnya dan membalas uluran tangan tersebut. Seluruh pelayan menatap kami. Meski begitu, kami tidak peduli dan tetap makan dalam diam.

Sialan. Rasanya canggung sekali. Terlebih ketika Arzan mengusir seluruh pelayan.

"Katakan, sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Arzan dengan menatapku tajam.

"Itu .... Aku mau minta maaf. Maafkan aku kakak."

Arzan menatapku terkejut. Ia menatapku seolah tak percaya dengan ucapanku barusan.

"Tolong maafkan aku."

Dikehidupanku yang dulu, aku selalu ingin mendengar adikku meminta maaf meski aku yang salah. Jadi kali ini lebih baik aku minta maaf.

"Kenapa?" tanyanya mengejek. "Kenapa minta maaf? Itu kan kenyataannya."

"Tidak kakak. Aku yang salah." kataku. Meski mereka bermusuhan tapi Vesia dalam kehidupan ini tidak pernah memaki Arzan seperti itu di depannya.

Aku langsung berjalan mendekatinya dan menunduk. "Aku sangat menyesal. Setelah yang terjadi kemarin, aku baru menyadarinya setelah merenunginya selama berhari-hari. Aku tidak seharusnya menghina kakak seperti itu. Tolong maafkan aku."

Aku merasakan ada tangan yang memegang bahuku.

"Scarlet tidak menunduk pada siapapun, Vesia." kata Arzan.

Aku menatap Arzan. Laki-laki itu tersenyum dengan sangat hangat.

"Terimakasih Vesia. Jika ini mimpi, aku berharap, aku tidak perlu bangun lagi."

Syok, itu yang aku rasakan. Bukankah dia seorag tiran yang bahkan tersenyum saja tidak bisa? Lalu kenapa sekarang dia tersenyum dengan begitu hangatnya?

I Will Change My Destiny With My Tyrant Brother (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang