Bab Sembilan

9 0 0
                                    

- Kalian di mana? - Ajeng.

- Chao Phraya. – Dek Kur.

- Dekat mana? - Ajeng.

- Tidak tahu. – Dek Kur.

- Baca nama tempat dong, Dek Kur!!! - Ajeng.

- Di atas kapal. – Dek Kur.

"Kamu chatting sama siapa sih?" tanya Ratih. Aliran sungai Chao Phraya begitu deras. Mahatari merangkak perlahan-lahan ke barat. Siluetnya membentuk pecahan cahaya di aliran sungai. Indahnya sebentar lagi akan terasa, saat matahari mencapai puncak gedung tertinggi, bahkan melewatinya, lalu menukik ke aliran sungai.

"Ehm, itu, bukan,"

Mata Indra menyelidik. Dek Kur yang duduk di samping Ratih dalam kapal yang melaju pelan itu merinding. Indra sesekali melirik ke belakang dan mendapati Dek Kur dengan mata tak disangka.

Mungkin dia tahu,

Mungkin apa?

Itu?

"Ehm, itu, kita ke mana?"

"Ke mana ya?" tanya Ratih sembari menarik badan sampai dagunya tertahan di pundak Indra. Sesaat cowok itu memalingkan wajah. Tatapan mata yang beda.

Itu beda,

Itu apa?

"Grand Palace!" sebut Indra.

- Grand Palace. – Dek Kur.

Send.

Sending.

"Grand Palace," sebut Ratih sambil bersandar lagi ke kursi di kapal yang oleng ke kiri, merapat untuk menurunkan penumpang. Wajah Ratih sangat sumringah. Ia seakan telah menemukan apa yang dicarinya selama ini. Aura yang terpancar dari dalam diri Ratih berbeda dengan dulu, ia berbeda...

Ia berbeda,

Apa, itu?

Beda apa?

"Kamu nikmatin saja aliran sungai ini, Dek Kur, indah sekaliiii!!!" seru Ratih dengan mata tertutup, Ratih menghela napas panjang, menghirup dalam-dalam sampai dadanya sesak, lalu dibuang kembali perlahan-lahan.

"Nikmati, apa, ya, itu?"

"Iya dong, sudah jauh-jauh kita ke sini masa kamu cuma bengong saja sih?"

"Itu, ehm, aku, apa?"

"Kita selfie yuk?" Ratih membuka fitur kamera dari smartphone miliknya.

"Ehm, itu, aku,"

"Kapan lagi, ya kan?" Ratih mengarahkan kamera depan smartphone ke arah mereka bertiga. Dek Kur menunduk. Indra enggan menaikkan alis. Ratih yang paling sumringah dari ketiganya.

"Ayo dong sekali lagi," Ratih merangkul bahu Indra.

Apa ini?

Mereka apa?

Senyum Ratih terbit lebih terang. Senyum Indra merekah seketika. Wajah Dek Kur tenggelam di antara kepala mereka berdua.

"Aku sukaaa!!!" teriak Ratih tiba-tiba. Dek Kur menundukkan kepala lebih dalam, malu dilihat orang-orang di atas kapal dari berbagai bangsa, sesaat sebelum itu ia melihat Indra yang terkekeh, tampak begitu senang, bahagia...

Mereka bahagia,

Itu, bahagia apa?

"Bahagia...," Dek Kur mendesah, suaranya cukup dapat didengar oleh Ratih.

Kisah Cinta Cowok 159 CentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang