Bagian 1

96 8 2
                                    

Wajah serius itu menatap beberapa orang yang berada didepannya kini tengah menunduk takut, tidak berani menatapnya.

Hembusan nafas kasar beberapa kali keluar dari bibir perempuan yang berusaha untuk tetap terlihat ramah dihadapan para juniornya itu.

Tak lama akhirnya senyum tipis terbit di wajah perempuan itu, "Tidak masalah. Kalian sudah berusaha." Ucapnya ramah dan membuat beberapa orang dihadapannya itu menatapnya terkejut.

"Aku sangat berterima kasih dengan kerja keras kalian selama seminggu ini untuk mengumpulkan dan mencari semua berita di sekolah ini." Lanjutnya lagi dan tersenyum lebih lebar.

Matanya menatap judul-judul berita seputar sekolah mereka entah dari segi prestasi hingga kepribadian siswa di sekolah mereka. Akan tetapi, berita itu benar-benar berubah menjadi membosankan.

Pasalnya semua berita minggu ini yang telah tercetak menjadi sebuah majalah sekolah, mereka salin dan bahkan mereka membuatnya lebih buruk hingga siapapun yang membacanya sudah dipastikan akan bosan dari hanya membaca judulnya saja.

"Tapi jika dipikir-pikir lagi, bukankah berita ini menjadi tidak sah? Kalian menyalin semua hal yang ada di majalah sekolah edisi minggu ini dan hanya mengganti judulnya saja?" Perempuan itu berkata dan menghembuskan nafsnya frustrasi.

"Hingga tanda bacapun.. sama?" Lanjut perempuan itu setelah menjeda ucapannya untuk beberapa saat.

Matanya beralih menatap majalah sekolah yang berada di tangan kanannya kemudian kembali menatap file berisi judul-judul berita hasil penemuan para junior di hadapannya yang saat ini semakin menunduk takut.

"Tenanglah Rissa, ini kali pertama mereka meliput berita." Ucap seorang laki-laki yang baru keluar dari balik pintu studio ruang penyiaran sekolah.

Perempuan yang dipanggil Rissa itu lagi dan lagi menghembuskan nafasnya pelan, "Kalian bisa pergi." Ujarnya tanpa menatap para juniornya.

Para junior itu tidak bergeming hingga akhirnya Rissa kembali berbicara, "Aku memaafkan kalian. Jangan merasa bersalah, bukankah sudah aku katakan jika tidak masalah? Besok sepulang sekolah, kalian bisa mulai untuk mendalami segala hal tentang club penyiaran."

Tak lama para junior itu mengangguk mantap, wajah merekapun telah kembali ceria. Mereka pun menunduk hormat, "Maafkan kami, kak. Kami akan berusaha lebih keras lagi!" Ucap mereka serempak.

Rissa dan teman laki-lakinya Vino hanya mengangguk pelan. Vino pun melambaikan tangannya hingga para junior itu menghilang dari ruang penyiaran. Tepat setelah itu Rissa meletakkan punggungnya pada sandaran kursi dan matanya terpejam erat.

"Kau berhasil menahannya. Kesan pertama yang baik." Kometar Vino dan nerhasil membuat Rissa kembali membuka mata.

"Aku benar-benar tak percaya mereka berpikir sependek ini. Menyalin? Astaga.. Tidak bisa dibayangkan!" Rissa berkata dengan nada geram.

Ia tahu jika mereka baru memasuki sekolah ini dan masih harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah ini. Ia paham itu, akan tetapi ia masih tidak bisa menerima jika mereka menyalin berita yang nyatanya ia cetak sendiri menjadi sebuah majalah sekolah minggu ini.

"Dan.. Kenapa kau masih berada disini?" Tanya Rissa mengalihkan pembicaraan setelah menatap arloji di pergelangan tangan kirinya.

"Aku harus membersihkan beberapa hal disini." Balas Vino singkat dan langsung di angguki mengerti oleh Rissa.

"Baiklah, aku akan pulang sekarang. Oh, apa kau butuh teman?" Tanya Rissa lagi menawarkan diri. Ia merasa tidak enak untuk meninggalkan Vino sendiri disini. Meskipun ia seorang laki-laki.

"Ayolah, kau membuatku seperti laki-laki penakut. Pulanglah, aku akan sedikit lama disini dan aku tau kau pasti lelah setelah seharian meliput berita." Vino berkata dan membuat Rissa terkekeh pelan sebelum kembali mengangguk singkat.

"Berhati-hatilah. Jangan lupa untuk mengunci pintu." Rissa bangkit dari duduknya lalu mengambil tasnya. Vino hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Oh ya, Rissa.. Sepertinya kita mendapatkan satu lagi berita hangat minggu ini. Kau kenal Adante? Dia murid baru disini, ia juga salah satu anggota club renang. Hari ini ia meraih juara satu lomba renang nasional mewakili sekolah. Sepertinya, kita bisa meliputnya." Jelas Vino dan membuat Rissa mengerutkan dahinya.

Tak lama Rissa mengangguk singkat, "Baiklah, aku akan mencoba mencari tahu hal itu. Thanks, Vin." Rissa tersenyum tipis lalu melangkah keluar dari ruangan itu.

"Adante? Murid baru? Ah, kenapa aku baru mengetahui hal ini?"

Tanpa sadar ia bertanya pada dirinya sendiri tepat setelah keluar dari ruang penyiaran. Tak lama kemudian ia telah kembali melanjutkan langkahnya tanpa sibuk memikirkan hal itu.

TBC

Halo! 👋
Terima kasih sudah mampir!

Apa kabar?
Selamat datang dicerita kedua author!

Gimana ceritanya? Mulai penasaran gak? Siapa Adante dan bagaimana sosoknya? Hm?

Cerita ini akan dilanjut kalau banyak yang penasaran.

Jangan lupa tekan bintangnya dan komen juga!
Komen akan menentukan cerita ini dilanjut atau enggak, oke!

3 vote, 3 komen akan lanjut ke bagian selanjutnya.

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang