Bagian 7

28 4 18
                                    

"Rissa!"

Panggilan keras itu membuat ruang penyiaran bergema. Beberapa orang yang berada di ruang penyiaran menoleh termasuk Rissa yang baru saja menatap laptop dihadapannya.

Amara mengabaikan orang-orang itu dan mendekati Rissa dan mendudukan dirinya disamping Rissa dengan wajah kesalnya, "Aku butuh hiburan.." Desahnya pelan sembari memejamkan matanya.

Rissa menatapnya dengan aneh, "Kenapa kau mencariku? Apa terlihat ada hiburan disini?" Tanya Rissa terkesan tidak peduli dan kembali fokus ada layar laptop dihadapannya.

"Temani aku berbelanja." Mendengar lontaran itu membuat Rissa memutar bola matanya malas.

"Kau tidak lihat aku tengah sibuk seperti ini?" Ujar Rissa tanpa mengalihkan tatapannya dari layar datar dihadapannya.

Vino yang duduk tak jauh dari mereka dan kini tengah menikmati interaksi diantara keduanya hanya bisa terkekeh pelan. Rissa yang terlalu cuek dan Amara yang terkesan manja. Meskipun begitu, mereka tidak pernah berselisih sama sekali.

"Ya.. Aku akan menunggumu hingga selesai! Lalu kau bisa mengantarku berbelanja!" Tuntutnya juga tidak peduli dan Rissa menggeleng pelan.

"Aku akan pulang terlambat." Tolaknya keras, Amara menghembuskan nafasnya kasar.

"Aku akan menunggumu." Putus Amara tidak terbantahkan dan mengalihkan tatapannya dari Rissa yang kini menatapnya tidak terima.

"Kau bisa menemaninya, aku akan menyelesaikan sisanya." Kania membuka suara setelah keluar dari studio penyiaran. Rissa menatap Kania yang tersenyum tulus dan mengangguk meyakinkan.

Lagi dan lagi Rissa menggeleng pelan, ia tidak ingin merepotkan seseorang hanya karena hal yang tidak penting. Vino yang masih diam dan melihat tolakan keras Rissa berdeham pelan.

"Sepertinya ia benar-benar membutuhkanmu hari ini. Sebaiknya kau menemaninya, aku akan membantu Kania menyelesaikan semuanya disini." Vino akhirnya membuka suara. Ia tersenyum pada Amara dan Rissa.

"Ayolah, mereka mengizinkanmu." Tatapan manja yang diperlihatkan Amara hanya membuat Rissa bertambah kesal. Ia berdecih sebal sebelum akhirnya ia mengambil tas sekolahnya yang berada tak jauh dari posisinya saat ini.

"Cepatlah!" Ucap Rissa ketus karena Amara yang terlihat lesu.

"Berhati-hatilah kalian." Ujar Kania hangat dengan senyum lebar yang selalu ia perlihatkan. Hal itu dibalas oleh anggukan singkat dari Amara.

"Thanks Nia, kau juga Vino." Amara berucap tulus dan membuat mereka mengangguk pelan.

Mereka pun berjalan berdampingan dengan wajah senang Amara dan wajah kesal Rissa. Ia merasa Amara hanya membuatnya menjadi tidak enak kepada teman-temannya. Kania dan Vino harus melakukan tugas yang seharusnya ia lakukan sekarang.

"Lebih baik kau cepat berbaikan dengan kekasihmu itu! Jika seperti ini, kau hanya akan membuatku repot." Omel Rissa di sela-sela langkah mereka.

"Jangan mengungkitnya! Aku membencinya!" Ungkap Amara menjadi sebal, senyum itu luntur seketika karena mendengar lontaran Rissa.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?!" Tanya Rissa jengah karena Amara diam seribu bahasa begitupun Noah dan terlihat tidak akan membuka suaranya. Rissa menghentikan langkahnya dan menunggu jawaban Amara yang seketika menjadi bungkam.

"Amara!" Panggilan dari suara familiar itu membuat mereka berdua mencari sumber suara.

Noah mendekati mereka berdua, wajah Amara menjadi bertambah kesal begitupun Rissa yang tak kunjung mendapatkan jawaban.

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang