Bagian 21 (END)

30 5 8
                                    

Happy Reading!

• • •

"Minumlah dulu, kenapa wajahmu sangat tegang. Kita hanya akan berbicara santai."

Wanita itu terkekeh pelan setelah menyeruput vanilla latte miliknya. Rissa hanya tersenyum canggung dan segera menyeruput chocolate milkshake miliknya. Dikepalanya penuh berisi segala pertanyaan mengenai wanita dihadapannya itu.

"Terhitung sejauh ini sudah tiga kali kita bertemu. Dan.. Hari ini aku baru bisa berbicara berdua denganmu." Wanita yang tanpa sadar telah menjadi role model-nya itu berkata hangat. Rissa hanya bisa mengangguk mendengar pernyataannya.

"Kau bisa memanggilku Elisa, Tante Elisa." Seolah bisa membaca pikiran Rissa, wanita itu lebih dulu berbicara dan kini Rissa mengetahui siapa nama ibu dari kekasihnya itu. Tante Elisa, Mama Dante.

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku menghampirimu hari ini?" Tanyanya lagi terkesan santai dan Rissa mengangguk cepat.

"Aku hanya ingin bertanya beberapa hal mengenai kau dan Dante." Rissa yang mendengar itu entah kenapa menjadi menengang.

Wanita itu terkekeh pelan, "Kenapa kau terlihat terkejut?" Tanya Elisa lagi dan membuat Rissa menggeleng pelan.

"Apa yang ingin Tante tanyakan? Saya dan Dante.."

"Kalian memiliki hubungan, benar bukan? Em.. Kau pasti tahu hubungan yang aku maksud." Lontaran itu berhasil membuat Rissa kembali menatap wanita itu sedikit takut.

"Maaf.." Rissa berkata lirih setelah lebih dulu menundukan kepalanya. Ia menghembuskan nafasnya pasrah.

"Em.. Tidak. Tidak perlu seperti ini, Rissa." Ujar wanita itu tidak nyaman.

"Kau mengetahui segalanya? Olivia dan Dante?" Tanyanya lagi dan setelah beberapa saat diam, Rissa akhirnya mengangguk kaku.

"Jadi, ini perempuan yang membuat Dante selalu tersenyum saat menatap ponselnya. Kini rasa penasaranku telah hilang sepenuhnya. Aku juga menjadi lega karena ternyata perempuan itu adalah kamu." Rissa mengerutkan dahinya melihat sikap wanita itu yang ternyata diluar ekspetasinya.

Ia berpikir setelah wanita itu tahu hubungannya dengan Dante, ia akan menamparnya atau bahkan menyiraminya menggunakan vanila latte yang ada dihadapan mereka sekarang.

Rissa dibuat semakin terkejut karena tiba-tiba wanita itu menggegam satu tangannya yang tengah berada di atas meja, "Terima kasih, Rissa.." Ujarnya penuh ketulusan.

"Andai saja perjodohan itu tidak terjadi, mungkin aku akan tetap mendukung hubungan kalian." Mata wanita kini menatapnya sendu.

"Maafkan aku, Rissa. Aku tidak bisa melakukan sesuatu untuk mendukung hubungan kalian. Jika suamiku mengetahui hal ini, mungkin ia akan melakukan segala cara untuk memisahkan kalian."

Rissa menghembuskan nafasnya pelan. Sekarang giliran Rissa yang tersenyum. Ia hanya bisa tersenyum getir mendengar hal ini. Ia tahu jelas apa yang wanita itu coba katakan padanya. Semua pertanyaan dan kebingungan yang bergentayangan di otaknya kini menjadi jelas.

"Sebelum suamiku mengetahui hal ini, aku ingin meminta sesuatu padamu." Wanita itu terlihat tidak tega untuk mengucapkan hal ini.

Akan tetapi, Rissa lebih dulu mengangguk mengerti dengan mata berkaca-kaca, "Saya paham apa yang coba Tante katakan. Akan tetapi, apa perjodohan itu harus tetap berlangsung meskipun kalian tahu apa yang telah terjadi?"

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang