Bagian 19

12 5 0
                                    

Happy Reading!

• • •

"Rissa!"

Kepala Rissa sontak menoleh mencari asal suara itu. Amara berlari kecil menghampirinya yang baru saja keluar dari kelas. Perempuan itu tersenyum kecil.

Akan tetapi, Amara langsung menghentikan langkahnya beberapa meter dihadapan Rissa. Matanya itu menatapnya terkejut, "Apa yang terjadi pada tanganmu?!" Tanyanya sedikit panik dan segera meraih tangan kanan Rissa yang telah terbalut perban.

"Ah, itu.. Hanya luka kecil." Balas Rissa seadanya dan menarik tangannya lembut dari tangan Amara.

"Terbalut perban tebal seperti ini? Kau bercanda?!" Amara berkata kesal. Ia merasa Rissa selalu berhasil menutupi semua hal yang terjadi padanya. Ia selalu merasa jengkel sendiri jika Rissa bersikap seperti ini.

"Ini benar-benar hanya luka kecil, tanganku tidak sengaja mengenai penggorengan panas saat membuat makan malam semalam." Jelas Risaa tenang, ia sudah mempersiapkan alasan ini sejak semalam. Ia tahu jika teman-temannya pasti akan bertanya tentang hal ini.

"Sudahlah, aku harus menuju ruang penyiaran sekarang." Tak lama Rissa kembali berkata setelah melihat Amara percaya akan ucapannya. Akhirnya setelah mendapat anggukan dari Amara, mereka pun berpisah disana.

Rissa memasuki ruang penyiaran seperti biasa. Semua sudah berkumpul untuk siaran pagi ini. Mereka semua menyambut Rissa dengan tersenyum simpul dan membuat Rissa mengerutkan dahinya sebelum akhirnya mencoba mengabaikan hal itu.

"Apa yang terjadi dengan tanganmu?!" Tanya Kania juga terkejut dan mendekati Rissa yang telah mendudukkan dirinya di salah satu kursi disana.

"Itu terlihat parah." Timpal Vino dan diangguki beberapa orang disana.

Rissa menghembuskan nafasnya pelan, "Hanya luka kecil, tak ada yang perlu dikhawatirkan." Ujar Rissa lagi untuk kesekian kalinya.

"Syukurlah.. Kau tidak perlu ke rumah sakit, bukan?" Tanya Kania lagi dan masih terlihat mengkhawatirkan Rissa. Rissa dengan cepat menggeleng sebagai jawaban.

"Semua sudah siap? Kita bisa memulainya sekarang." Ujar Rissa mengalihkan pembicaraan. Mereka pun mengangguk setuju.

Tak lama siaran pagi pun telah berlangsung. Semua berjalan lancar seperti biasa. Hingga suara Vino mengalihkan fokus Rissa. Laki-laki itu berjalan menghampirinya.

"Apa kau kehilangan sesuatu kemarin?" Selidik Vino dan membuat Rissa membeku.

"Darimana kau tahu? Aku kehilangan ponselku sejak kemarin. Sesampainya aku disekolah hari ini, aku mencari benda itu. Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda jika benda itu bisa segera aku temukan." Jelas Rissa sedikit khawatir dan meletakkan kertas yang baru saja ia baca.

Vino tersenyum miring dan menyerahkan benda yang sedari tadi dicari oleh Rissa, "Astaga! Dimana kau menemukan ini?!" Rissa berkata senang. Raut wajahnya berubah menjadi lebih bersemangat.

"Penjaga sekolah yang memberikan ini padaku, ia menemukannya di lorong dekat gerbang sekolah. Bagaimana bisa kau ceroboh seperti ini? Tidak biasanya kau seperti ini." Vino bertanya heran, Rissa menggigit bibirnya pelan.

"Aku juga tidak menyadari ternyata benda ini terjatuh dari saku rok seragamku. Saat aku mencarinya dirumah, aku menyadari bahwa aku menghilangkannya. Iya, seperti itu. " Jelas Rissa setelah mencoba mencari kata-kata yang masuk akal dan terlihat nyata.

Bagaimanapun tidak ada yang boleh mengetahui hal ini. Ini adalah masalahnya dengan Olivia dan ia sendiri yang harus menyelesaikannya tanpa melibatkan orang lain. Nama baiknya harus dibersihkan melalui orang yang menciptakan semua ini.

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang