Bagian 10

23 5 29
                                    

Tarikan tangan itu baru terlepas sesaat setelah mereka sampai di sebuah tempat besar berisi banyak wahana di dalamnya. Rissa beralih menatap Amara yang kini memandang takjub tempat besar penuh cahaya itu.

"Tempat ini baru di buka. Aku baru bisa kemari hari ini. Hufh.. Aku sudah tidak sabar." Ujarnya dan kembali menarik tangan Rissa untuk memasuki tempat itu. Rissa hanya bisa diam dan mengikuti langkah Amara.

Perempuan itu tersenyum tipis melihat keantusiasan sahabatnya pada tempat ini. Matanya pun menatap ke arah sekitar melihat banyaknya wahana di tempat ini mulai dari kincir angkasa hingga rumah hantu, semua ada disini.

"Kita harus menunggu seseorang." Ujar Amara lagi setelah memberikan tiket masuk pada Rissa.

Perempuan itu mengerutkan dahinya, "Bukankah kita hanya akan berdua disini?" Tanya Rissa karena ia merasa jika mereka akan menghabiskan akhir pekan ini hanya berdua.

"Ayolah Rissa.. Aku memiliki seorang kekasih yang harus aku manfaatkan disaat seperti ini." Ungkap Amara dan kini matanya tengah mencari seseorang diantara banyaknya orang yang berlalu lalang ditempat ini.

"Nah, itu dia! Disini!" Amara melambaikan tangannya sebagai tanda mereka ada disini.

Rissa menghembuskan nafasnya kasar. Ia melupakan fakta bahwa Amara kini telah memiliki seorang kekasih dihidupnya. Jika ia tahu akan seperti ini jadinya, ia lebih memilih untuk berada di rumah seharian.

Dasar bodoh!

"Hai.." Sapa Noah sesampainya ia di hadapan kedua perempuan itu. Seperti biasa, Amara akan langsung merangkul kekasihnya manja sedangkan Rissa telah mengubah ekspresi kebingungannya. Ia hanya bisa tersenyum tipis.

"Dimana dia?" Tanya Amara dan tersenyum hangat pada Noah. Noah pun menunjuk seseorang dengan dagunya.

Amara dan Rissa beralih menatap seorang laki-laki yang kini brrjalan mendejat ke arah mereka. Rissa seakan merasakan dejavu hanya saja kini mereka tidak menggunakan seragam sekolah.

"Awalnya aku berpikir jika Dante akan menolak tawaranku untuk kemari, malam ini. Akan tetapi, setelah mendengar namamu, ia menjadi sangat bersemangat." Cerita Noah singkat dan menatap Rissa yang kini diam membeku.

Matanya hanya terpaku menatap laki-laki yang berjalan ke arah mereka di bawah langit gelap hari ini. Kaos putih polos dibalut dengan kemeja kotak-kotak berwarna hitam ditambah celana kain dan sneakers putihnya itu kini terlihat menarik di mata Rissa.

Akan tetapi, wajah Dante terlihat seperti biasa. Kaku dengan tatapan mengintimidasi itu. Rissa tidak melihat sedikit pun wajah semangat seperti yang dikatakan Noah beberapa saat lalu.

"Hai, Dante." Sapa Amara setelah Dante bergabung dengan mereka.

Laki-laki itu mengangguk singkat pada Amara lalu beralih menatap Rissa yang masih menatapnya. Rissa lagi-lagi tersenyum tipis lalu dengan cepat mengalihkan tatapannya menghindari mata laki-laki itu.

"Baiklah! Kita akan berpisah disini. Kita akan menikmati semua wahana disini hingga beberapa jam ke depan. Sampai nanti!" Amara berkata semangat dan menarik Noah pergi dari sana meninggalkan Rissa dan Dante berdua.

Rissa menghembuskan nafasnya kasar, ia lagi-lagi berada di situasi canggung dengan laki-laki itu. Rissa menggigit bibirnya pelan dengan tangan yang saling bertautan gelisah.

"Kau hanya akan diam disini?" Laki-laki itu membuka suaranya.

Rissa menoleh, "Iya.. Ah, apa?" Ralatnya cepat.

Laki-laki itu terkekeh pelan, "Aku kemari karena aku tahu kau hanya akan menjadi orang ketiga diantara mereka. Bukankah lebih baik aku menemanimu?"

Rissa menahan nafasnya, tangannya tanpa sadar menyentuh dadanya yang selalu berdegup kencang disaat ia mendengar suara laki-laki itu.

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang