Bagian 9

25 4 6
                                    

Tangan itu kini penuh membawa kotak berukuran besar yang di dalamnya berisi sebuah majalah edisi minggu depan. Rissa sedikit tertatih-tatih membawa kotak itu dan beberapa kali ia harus menghentikan dirinya untuk mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Sungguh ini sangat berat, seharusnya ini bukan tugasnya. Terkadang Vino atau para juniornya yang membantunya untuk membawa ini semua dan menyebarkannya ke kelas-kelas. Akan tetapi, kini harus ia lakukan sendiri karena mereka harus siaran siang ini.

BRUK!

Sial!

Kotak besar itu jatuh beserta isi di dalamnya karena tabrakan keras dari seseorang. Rissa menunduk menatap majalah yang telah berserakan keluar dari tempatnya.

Dengan cepat ia mengambil majalah-majalan itu. Ia sudah tidak peduli lagi dengan siapa yang menabraknya di saat seperti ini. Ia hanya berharap tidak ada kerusakan pada benda-benda itu yang membuat semuanya menjadi sia-sia.

"Maaf.." Mendengar suara berat itu membuat Rissa menoleh.

Deg!

Tiba-tiba ia berdiri dan tanpa sadar memundurkan beberapa langkahnya. Ia tersentak melihat Dante yang menatapnya sangat dekat dan berkata dengan suara beratnya itu. Rissa menatap laki-laki yang kini berada di bawah mengambil majalah-majalah itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya setelah semua majalah itu masuk ke dalam kotak. Rissa mengangguk singkat.

Saat akan mengambil kotak itu dari tangan Dante, laki-laki itu lebih dulu menjauhkan benda besar itu darinya.

Ia menatap Rissa, "Aku akan membantumu membawa ini." Ujarnya dan membuat Rissa bingung.

"Aku akan menyusul." Ujar laki-laki itu pada kedua teman sekelasnya yang berada tak jauh dari mereka.

Akhirnya, tak lama kedua laki-laki itu pun telah menghilang meninggalkan mereka berdua di lorong kelas ini dan beberapa siswa mulai menatap ke arah mereka.

"Aku bisa membawanya sendiri, sebaiknya kau melanjutkan kegiatanmu." Rissa berkata tidak enak dan akan kembali mengambil kotak itu dari tangan Dante.

Laki-laki itu menggeleng kecil, "Aku tidak ingin hal sama terulang untuk kedua kalinya. Dan.. Aku tidak yakin kau masih bisa membawanya dengan nafas pendekmu itu." Setelah berkata hal itu, Dante melangkah meninggalkan Rissa yang masih diam mencerna perkataannya.

Apa sekarang dia berusaha mendekatiku?

"Kau akan membawa ini ke ruang penyiaran, bukan?" Tanya Dante disela langkah mereka. Rissa lagi-lagi hanya mengangguk singkat di sampingnya.

"Thanks." Rissa akhirnya membuka suaranya lagi setelah hening lama.

Laki-laki itu menatapnya sekilas sebelum kembali menatap lurus ke arah depan. Ia melihat Dante mengangguk singkat tak lama kemudian.

Akhirnya kotak itu telah berada di meja ruang penyiaran dan tepat setelah itu siaran siang ini berakhir. Mereka semua beralih menatap Rissa dan Dante yang baru saja sampai di tempat itu.

"Hai, aku Vino dan dia Kania." Ujar Vino memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya, matanya menatap Dante hangat.

Dante membalas uluran tangan itu, "Adante." Ujarnya pendek lalu menatap Kania yang baru bergabung dengan mereka sesaat setelah keluar dari studio penyiaran.

"Kalian sudah makan siang?" Tanya Rissa membuka pembicaraan setelah mereka dilanda keheningan untuk beberapa saat.

Vino dan Kania mengangguk, "Iya, kami sudah makan bersama-sama sebelum siaran. Terlalu lama untuk menunggumu." Ujar Kania polos. Rissa menyingkirkan rambutnya ke belakang telinga mendengar itu dan ia hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang