Zwei

747 76 20
                                    

Sunghoon tengah membicarakan kontrak dengan model terbarunya saat Jake tiba-tiba masuk dengan membanting pintu. Wajahnya tertekuk dengan rambut acak-acakan. Beruntung urusan Sunghoon dengan model terbarunya ini sudah selesai.

"Terimakasih Aisha-ssi" Sunghoon membungkukkan badannya pada modelnya yang dibalas dengan lebih rendah. Aisha juga membungkukkan badan pada Jake yang dia ketahui sebagai seniornya baru berlalu keluar ruangan.

"Kenapa lagi kau?" Sunghoon menunjuk arah sofa di seberangnya agar Jake segera duduk dan menenangkan dirinya.

"Suami Jungwon tidak setuju dengan saranku agar Jungwon dipindahkan saja ke Korea" Jake mengacak rambutnya. Sunghoon mengerutkan keningnya.

"Kenapa dia harus pindah ke Korea?" Matanya memicing. Bingung dengan permasalahan temannya ini yang selalu ada hubungannya dengan adiknya, yang bahkan Sunghoon tidak ketahui wajahnya seperti apa. Namanya saja dia baru tau 3 bulan lalu.

Jake membeku.

"Hmm agar dia lebih dekat saja denganku dan ayah. Pria tua itu kan suka tiba-tiba rindu pada Jungwon dan menjadi melankolis didepanku. Membuatku sebal" Jake sekarang sudah tersenyum lebar. Padahal tadi wajahnya sudah pucat dan muram sekali.

"Kenapa tidak liburan saja? Seminggu atau 2 minggu dan setahun 3 sampai 4 kali kan lumayan. Setidaknya untuk mengobati kerinduan ayahmu" Sunghoon memperhatikan penampilan Jake dari atas sampai bawah. Baru menyadari sahabatnya ini seperti belum mandi dan keramas. "Kau- belum man-"

"Ide bagus" Jake berdiri dan berucap dengan suara keras. Wajahnya sumringah karena mendapat petuah yang bagus dari Sunghoon. Sunghoon menghelas napas. Sudah biasa dengan kelakuan random sahabatnya.

"Aku akan mengenalkannya pada kalian" Jake mengepalkan tangannya keudara.

"Kalian?"

"Kau dan Heeseung. Kalian berdua kan belum pernah melihat Jungwon" Sunghoon memukul kepala Jake. "Kan salahmu"

"Jangan curang dengan mencari namanya di situs internet. Jungwon lebih cantik jika dilihat secara langsung"

"Ya ya ya"

~

"Jadi bagaimana?" Heeseung bertanya pada Jay setelah istrinya menyelesaikan payet terakhir pada gaun rancangannya.

"Masih aku pikirkan, karena Jake tidak jadi ikut. Adiknya ada rencana mau berlibur disini pada sekitar minggu ditanggal itu" Jay ikut duduk disebelah suaminya.

"Jungwoon?"

"Jungwon, sayang" Heeseung terkekeh kemudian memijat pundak Jay, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Karena yang pegal adalah kakinya. Tetapi dia menghargai usaha Heeseung.

"Jangan terlalu banyak berdiri"

"Iya" Jay menghadap Heeseung dan memberi kecupan dibibir tebal itu.

"Tapi kenapa Jake malah tidak jadi ikut? Jungwon saja yang ganti tanggal kan?"

Jay menghela napas. "Jungwon sepertinya memiliki suami yang strict. Tidak tau ya. Jake juga seperti memposisikan harus mengikuti alur yang diatur suami Jungwon. Aku bingung kenapa justru kakak ipar yang seakan tidak berdaya" Jay mulai menikmati pijatan Heeseung saat pria itu mulai memijit di bagian betisnya.

"Siapa nama suaminya? Orang terkenal kah?" Jay membuka handphonenya untuk memeriksa undangan yang dikirimkan Jungwon secara online.

"Watanabe Haruto. Kamu kenal?" Heeseung perikir sebentar. Namanya tidak asing.

"Loh, dia kan direktur perusahaan majalah itu, apa ya namanya, aku lupa" Heeseung mengetuk-ngetuk kepalanya agar mengingatnya, yang tidak berguna sama sekali. Jay menahan tangannya agar berhenti kemudian mengelus kepala Heeseung. "Ga bakal ingat juga kalau kamu ketuk"

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang