Bab 1.2

73 5 0
                                    

Rezy sudah menanyakan biaya perbaikan ponselnya dan dimana ia bisa memperbaikinya ke tetangga apartemen. Tapi, toko yang mereka tunjukkan agak jauh dari apartemen yang membuat Rezy malas. Meski begitu, esok harinya ketika pulang jam kuliah, Rezy dengan sengaja mampir ke toko perbaikan ponselnya.

Setelah menunggu sebentar dan membayar beberapa puluh yuan, Rezy sudah mendapatkan kembali ponselnya. Layarnya tak lagi pecah. Itu tampak seperti baru yang membuat mata gadis Jawa itu melengkung dibalik frame kacamatanya; dan yang lebih membuat Rezy bahagia adalah uang sisa perbaikan ponselnya ternyata masih banyak. Senior itu memberinya lebih dari cukup jadi wajah Rezy berseri-seri.

Dengan inisiatifnya sendiri, Rezy pergi ke supermarket untuk membeli beberapa mie untuk stoknya dan bahan makanan lainnya. Tapi, tetap saja kembalian dari belanjaan itu masih ada. Meski hanya tersisa sedikit lagi, itu sudah cukup sekali.

Dalam perjalanannya, Rezy melangkahkan kaki dengan riang. Apa yang ia dapat hari ini cukup untuk mengisi kulkasnya dalam beberapa hari ke depan. Mungkin akan lebih baik juga. Rezy tak perlu mengkhawatirkan uangnya di minggu depan. Ah, senangnya....

Langkah kaki gadis itu tiba-tiba terhenti. Mata dibalik kacamatanya mengerjap. Rezy kembali bertemu dengan perindu yang juga sedang menatap poster digital di toko. Senyum muncul di bibirnya. Sangat manis, tapi juga kasian. Rezy harap model itu cepat kembali untuk menemui pangeran tampannya.

Hua Ze Lei yang asyik merindu tiba-tiba merasakan tatapan jatuh padanya. Reflek, dia menoleh dan menemukan mata coklat yang memandangnya hangat daribalik kacamata itu. Keduanya bertatapan, sama-sama jatuh dalam keheningan.

Rezy mengerjap. Ia meringis, sepertinya ketahuan. Tapi, gadis itu hanya tersenyum canggung dan buru-buru ingin melewati Hua Ze Lei. Mungkin Ze Lei tahu apa yang tengah dipikirkannya. Pria itu tersenyum dan melangkah mendekatinya.

Rezy menelan salivanya. Kok kemari? Gadis itu mengerjap dan memiringkan kepalanya dengan bingung menatap pria yang berdiri di depannya. Sedetik kemudian, Rezy menggelengkan kepalanya pelan, mengusir ketidakfokusannya.

Gadis Indonesia itu memiringkan tubuhnya agar Ze Lei bisa lewat, tapi pria itu justru menatapnya. Dengan canggung, Rezy berkata, "Si-silahkan, Senior."

Alis Ze Lei terangkat. Senyum yang ditahannya tak bisa lagi tertahan. "Ini sudah malam dan kamu masih saja berada di jalan?" katanya lembut.

Rezy mengerjap. "Oh, itu... habis belanja, Senior," jawabnya seraya mengangkat dua kantung plastik yang penuh dengan bahan makanan.

Hua Ze Lei melihat apa yang juniornya itu bawa. Dia bisa melihat beberapa sayuran hijau menyelip keluar dari kantung belanja. Ze Lei baru saja ingin memiringkan tubuhnya agar Rezy bisa pulang, tapi dia tiba-tiba ingat: televisi menayangkan berita kalau penjahat kelamin di dekat daerah ini tengah berkeliaran, diharapkan para wanita untuk tidak pulang malam sendirian.

Ze Lei mengerjap. "Rumahmu dekat sini?"

Rezy mengerutkan keningnya, kenapa pria itu bertanya? Tapi, dia tetap menjawab, "Hanya beberapa belokan lagi dan aku akan sampai di rumah."

"Melewati gang-gang?" tanya Ze Lei lagi. Dia ingat kalau di dekat sini memang ada bangunan apartment, tapi itu harus melewati jalan-jalan kecil. Bisa saja lewat jalan raya, tapi itu akan lebih jauh karena harus memutar.

Rezy mengangguk. "Iya, tapi jam segini jalan kecil pasti sepi. Jadi, aku akan pulang lewat jalan raya."

Ze Lei tersenyum mendengar itu. Gadis ini benar-benar menyadari adanya bahaya melewati jalan kecil dan lebih memilih jalan raya. "Bagaimana jika aku mengantarmu? Bahaya pulang malam sendirian."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meteor Garden: It's Not About ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang