C23

274 59 19
                                    

Di sini ga ada konflik yg mengakibatkan terjadinya pertarungan atau apalah itu.

Makin ke sini cerita nya bakal terisi dengan kejadian seru-seruan nya aja. Tapi mungkin masih ada konflik kecil-kecilan yah antara sesama saudara.

{Happy reading}

  Sudah 2 hari belum ada tanda-tanda kian Santang akan sadar. Hal itu membuat keadaan istana Pajajaran panik sekaligus khawatir. Mengenai Tahta kerajaan Pajajaran sudah kembali di pimpin oleh Siliwangi.

  Sementara al, dia masih setia menunggu kian Santang untuk membuka kelopak matanya.

"Aish, kau tidur atau mati" gumam al. Karena jika sampai terdengar oleh salah satu anggota prajurit saja bisa-bisa ia akan kehilangan kepalanya.

"Bangunlah ku mohon. Kau tak merindukan ku hah??" Al masih tetap berbicara sendiri di dalam wisma kian Santang.

  Al beranjak dari tempat duduknya, kaki jenjang nya melangkah mendekati kasur milik Kian Santang. Al meringankan tubuh nya dan menjatuhkan nya di kasur itu. Lalu mengalihkan pandangannya ke wajah kian Santang.

  "Kau sangat tampan sama sepertiku, hidung yang mancung, wajah yang terlihat sangat damai ketika tidur, mata yang bersinar seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Kau pandai menyembunyikan derita mu dari orang-orang. Semua itu sama sepertiku" ucapnya narsis.

  Al memicingkan matanya menatap tajam kian santang yang tersenyum tipis. Ohh, apakah kian Santang besar kepala karena di puji. Al mendengus kesal. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak al.

'kian santang, kau sungguh menyebalkan' batin al.

'aku akan membuatmu menderita sesaat' batin nya menyeringai.

  Al bangun dari tidurnya lalu berjalan ke sisi kasur satunya, tepat dimana kian Santang berada. Lalu tangannya di letakkan di kening al lalu ke rambutnya. Al mengelusnya secara perlahan.

"Hei, kian Santang. Kau belum bangun juga?"

Lalu tangan al turun membelai pipi kian santang. Sedangkan kian santang mati-matian menahan diri untuk tidak tertawa. Belaian itu sungguh menggelikan. Sementara tangan al terus turun hingga leher kian Santang, lalu tiba-tiba mencekiknya. Nafas kian Santang tercekat, tetapi Kian Santang masih mencoba untuk tidak membuka kelopak mata nya.

"Kau kira aku tidak tau bahwa kau sudah sadar? Hmm? "

Karena pertahanan nya runtuh dan pasokan udara di dalam paru-paru nya sudah semakin tipis, kian Santang terpaksa membuka matanya.

"Le-pphas...kan ak–ku"

Al semakin menyeringai. "Kalo aku tidak mau?"

"K-kau!! Lep–phas" kian Santang memukul tangan al yang mencekik leher nya.

"Huh baiklah..... Padahal aku ingin kau mati" canda al.

Kian Santang membelalakkan matanya. "Kau menginginkan ku mati?! Dimana hati nurani mu?!"

Al mengangkat bahunya acuh. "Tidak tahu, mungkin tertinggal di kamarku"

Setelah kejadian itu, keduanya di landa keheningan. Saking heningnya, hanya suara nafas antara keduanya yang di dengar. Sampai pertanyaan kian Santang memecah keheningan diantara mereka.

"Dimana kucingku?"

"Oh kucing menjengkelkan mu itu. Ada di rumah. Mungkin sekarang sedang makan. Lalu setelah itu biasanya dia akan tidur. Sama sepertimu. Kau menjengkelkan dan kucingmu juga menjengkelkan. Bahkan kebiasaan kalian sama." Ucap al dengan ledekan.

Kian santang mendengus kesal.

###




























Yahhh otakku blank... Hilang semua ide² nya. Jadi sampe di sini aja yah

SPACE BEHIND TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang