C24

371 79 44
                                    

"Putra ku bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Siliwangi dan Subang larang.

"Benar rayi, apakah kamu merasakan sakit?"

Semua Keluarga istana Pajajaran tiba-tiba menjadi reporter dadakan.

"Keadaan ku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, ayahanda ibunda, yunda." Jawab Kian Santang dengan senyuman nya.

Al merotasi kan matanya malas. "Oke, teruslah anggap aku tidak ada" cibir al, karena ia keberadaan dirinya tidak dianggap sekarang.

Kian Santang terkekeh geli mendengar nya. "Yunda, sepertinya aku baru saja mendengar suara tapi tidak tampak wujudnya" canda Kian Santang yang dibalas kekehan kecil oleh Rara Santang. Siliwangi, subang larang dan yang lainnya hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Sedangkan al mendengus kesal mendengarnya, dengan menghentakkan kaki berkali-kali ke lantai al keluar dari wisma kian Santang. Sekarang ia merasa sangat kesal dengan kian Santang. Dan untuk menghilangkan rasa kesalnya itu, al memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar istana.

Sudah sekitar 20 menit ia berjalan. Karena merasa lelah, ia memutuskan untuk beristirahat. Lokasinya saat ini berada di bawah pohon, tepatnya di belakang istana.

Di situlah ia berbicara sendiri, hingga tak menyadari bahwa bahaya sedang menghampiri nya.

"Kira-kira kalo al disini, terus di sana siapa dong?"

"Apa mungkin sekarang al lagi mimpi yah? Tapi gak mungkin lah."

"Kira-kira kak Tammy bakal cariin aku gak yah? Ya....enggaklah ngapain juga kak tammy nyariin al, wong al di culik dulu aja biasa aja tuh ekspresi nya"

Yah...begitulah ucapan yang menurutku aneh. Dia yang bertanya dia juga yang menjawab. Aneh memang.

Back to topik

Bahaya semakin mendekati al. Sementara al sendiri belum menyadari nya. Semakin dekat, makin dekat, makin dekat dan––

--tuk.

Sebuah ular bewarna keemasan hampir saja mematuk al, jika saja al tak memiliki insting yang kuat.

"Fyuh untung sempet" al mengelus dadanya efek kaget tadi.

Lalu pandangan al beralih pada hewan reptil itu. "Heh kalo mau matuk itu bilang dulu kek! Jangan bikin orang jantungan!" Semprotnya pada ular tadi.

Ular itu semakin mendekat ke arah al. Al memasang ekspresi waspada nya. "Heh mau ngapain lo?! Hus hus"

"HUAAA EMAK ANAK MU MAU DIPATUK ULER!!" teriak al keras.

"YA ALLAH, HAMBA BELUM MAU MATI. HAMBA MU INI MASIH PUNYA HUTANG KE BI JUMINTEN LIMAREBU BELOM DI BAYAR" lanjutnya lagi.

Bukannya lari, al malah berteriak di tempatnya berada.

"Aduh duh... Hus jan deket² napa. Gue tau gue ganteng tapi g usah deket-deket kali!" Usirnya lagi namun tidak mempan.

Lama kelamaan, ular tadi berubah menjadi wanita yang cantik sembari menyeringai lebar.

Mata al hampir saja keluar dari tempatnya. "Weh ada bibi juminten! Gimana caranya bibi jadi ular gitu?!"

"KIAN SANTANG beraninya kau memanggil ku jutin! Namaku menduza" ujar ular itu.

"Juminten, marpuah. J.U.M.I.N.T.E.N"

"Ooh menduza yah. Kayak pernah denger tapi dimana ya" tanya al dengan pose berpikir nya.

"Wah wah wah, kau tidak mengingatku Kian Santang" tanya menduza melirik sinis al.

"Oh iya, gue kan baru denger tadi. Pantes familiar gitu di kuping"

"Apa yang kau katakan?"

"Tidak ada apa-apa" ucap al menggelengkan kepalanya lucu dan tersenyum konyol.

"Oh iya mumpung bibi Juminten nya lagi ada di sini, saya bayar hutangnya sekarang yah." Al merogoh saku nya dan mengambil uang bernilai 20rb itu. Lalu memberikannya kepada bibi Menduza. "Nih"

"Apa ini? Untuk apa?" Tanya bingung menduza.

"Itu namanya uang. Kalo uang buat beli-beli" jawab al.

"Mengapa seperti kertas, tidak seperti uang pada umumnya"

"Udah terima aja. Oh iya kembaliannya limabelasrebu. Mana sini" tangan al sudah mengadah di udara meminta kembaliannya.

"Aku hanya ada koin ini" ujar Menduza, lalu memberikan lima keping emas kepada al.

"Wow emas" dengan cepat ia mengambilnya dari tangan menduza.

"Lalu uang ini bisa untuk membeli apa saja" tanya menduza penasaran dengan barang di tangannya ini.

"Beli Siomay!!" Teriak al yang sudah pergi meninggalkan menduza sendirian di belakang istana.

Sepertinya semua musuh Kian Santang akhir akhir ini sering berbicara tanpa emosi ya. Ga kayak dulu, senggol dikit dah baku hantam.





























Dahlah lama-lama gedeg gue sama si al🙂.
Vote lah woi!
Follow juga kalo bisa—bagi yang belom.

Oh iya salken gue Zidan saudaranya Nia.
Mulai sekarang cerita ini gue yang lanjutin yah... Karena HP nya lagi di pegang gue😂

Nia nya lagi di hukum, ga boleh megang hp selama seminggu, fokus ke ujian. Jadi...bye
See you next chapter

SPACE BEHIND TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang