CHAPTER 11

629 141 11
                                    

Masih ditempat yang sama, Sojung berjalan lunglai. Ia tidak bisa fokus kelangkahnya, sibuk memikirkan kata kata kejam yang baru saja pimpinannya itu ucapkan didepan wajahnya langsung.

Apa dia perlu mengatakan hal hal ini pada para sahabatnya? Tidak, Sojung akan tetap teguh kepada pilihannya. Toh, ia sendiri yang meminta untuk kawan kawannya yang notabene sudah punya kehidupan masing masing untuk kembali lagi.

"Sojung-ah"

Seseorang memanggilnya dari belakang, Sojung hafal betul dengan suara yang baru saja memanggilnya. Suara berat tapi terdengar keras menambah kesan tegas yang ia punya, siapa lagi jika bukan managernya.

"Aku sedang malas berbicara, pergilah manager-nim," usir Sojung tanpa membalik badan, ia tetap melanjutkan jalannya.

Sang manager tidak mempedulikan ucapan Sojung, ia malah berlari mencoba menyamai langkah kaki Sojung, dan berjalan di sampingnya, "Hei, Kupikir─"

"Kupikir─ yang dikatakan direktur itu ada benarnya," ujarnya yang membuat Sojung seketika menghentikan langkah.

"Otakmu sudah dicuci secepat ini?"

"Tidak, bukan begitu. Bukankah tak ada salahnya kamu fokus kemasa depan sekarang? Masa depanmu yang cerah."

"Omong kosong macam apa yang aku dengar ini?"

Sojung tersenyum kecut, tidak tahan mendengar kata kata yang sedikit terdengar berlebihan. 'masa depan yang cerah' katanya. Apa ini? Terdengar seperti slogan sebuah sekolah.

Ia melanjutkan langkahnya, tak mempedulikan sang manager yang terus mengoceh, memberi saran saran tentang apa yang lebih baik ia lakukan. Maupun berbicara omong kosong tentang masa depan.

"Kamu ini rapper atau apa?" tanya Sojung yang mulai kesal mendengar semua ocehan sang manager.

"Maka dengarkan aku─"

"Kapan aku tidak mendengarkanmu?" sindir Sojung seakan mengintimindasi sang managernya.

"Ini demi teman temanmu─ dan kamu tentu saja, kembali bersama itu berbahaya"

"Kenapa? Kami hanya ingin kembali menyanyikan lagu lagu lama kami? Apa itu menyebabkan korea akan dinuklir?"

"Direktur─ Kamu sudah tau dia menolaknya mentah mentah, kamu bisa dituntut dengan tuduhan pelanggaran kontrak."

"Aku punya cukup uang untuk menyewa seorang pengacara terbaik di negara ini."

Ia terlihat membuang nafasnya kasar, tangannya mengepal. Mencoba menahan emosi yang Sojung dan ia ciptakan sendiri.

"Kenapa kamu menjadi sangat keras kepala?"

"Kamu pikir aku ini bonekamu atau apa? Aku juga punya hak untuk menolak saran anehmu itu."

Sojung berjalan pergi, melangkah dengan santai, meninggalkan managernya yang masih berada diposisinya dengan wajah memerah, menahan marah.

-oOo-

Satu satunya yang dapat menghibur diri Sojung sekarang adalah para sahabatnya. Membuat Sojung memilih datang kekediaman Eunha, berharap Sinb juga ada disana malam ini.

Wanita dengan kaos rumahan berwarna pink keluar membuka pintu. Wajah bantalnya masih terlihat jelas. Ini baru pukul tujuh malam dan dia sudah tidur?

"Sojung Unnie?"

Eunha mengerjap ngerjapkan matanya yang masih buram. Melihat seseorang yang tinggi berdiri di depan pintu rumahnya.

We Are Always One [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang