CHAPTER 13

612 131 5
                                    

"Aku akan keluar."

Semalaman Sojung tidak dapat tidur, memikirkan langkah terbaik baginya juga lima kawan kawannya yang lain. Kini, tekadnya telah bulat. Keluar dari agensinya, itu pilihan terakhir yang Sojung dapat lakukan.

Dia menyodorkan sebuah dokumen keatas meja direktur yang nampak tenang, mengetuk ngetuk meja kacanya berirama, sambil menatap Sojung tanpa ekspresi.

"Kamu pikir ini tempat wisata? Ini kontrak nona, kamu tidak dapat memutuskannya begitu saja," ujar Direktur jari yang tadi dia gunakan untuk mengetuk meja mendorong lagi kertas yang beberapa saat lalu Sojung sodorkan.

"Apa kamu benar benar tidak memikirkan peringatanku semalam? Aku tidak becanda soal bagaimana kawan kawanmu itu akan kehilangan masa depannya."

Sojung menghela nafas, berusaha menahan emosi, "Kamu tidak akan bisa menyentuh mereka."

"Kata siapa? Apa kamu dapat menjaminnya? Berhentilah kekanak kanakan Sojung, kamu bukan anak berumur dua puluhan lagi sekarang." Direktur beucap diikuti tawa kecilnya yang lebih terdengar hinaan.

"Aku tidak peduli, akan kukatakan sendiri ke media bahwa aku keluar dari sini."

Senyum di wajah direktur mendadak pudar, "Jangan gila."

"Kenapa? Akan kukatakan juga pada media bahwa kamu hanyalah direktur licik yang otaknya hanya dipenuhi uang uang dan uang."

"KIM SOJUNG!"

Direktur berteriak kencang, menghentakan tangannya ke meja. Menatap Sojung dengan sorot mata penuh kemarahan, nafasnya berat seakan siap menikam Sojung kapan saja dengan tatapannya.

Sojung diam, tidak lagi dia akan takut kepada manusia seperti dihadapannya kini. Tidak lagi, tidak lagi dirinya ingin dijadikan boneka agensi.

"Aku tahu sumber uangmu adalah aku, jadi tentu aku tahu kamu tidak akan melepasku begitu saja. Maka dari itu tuntut aku, tuntut aku atas pelanggaran kontrak. Maka akan ku sebarkan semua perilaku burukmu pada media," ujar Sojung ikut menatap Direktur yang tengah memelototinya, seakan matanya siap keluar.

"Berani beraninya─"

"Akan aku buat kamu menyesal dengan semua perilakumu hari ini nona Sojung. Lihat saja, apa yang akan terjadi padamu."

-oOo-

Berita Sojung keluar dari agensinya pagi ini sudah tersebar luas. Banyak dari mereka yang menduga duga bahwa Sojung lagi lagi didepak dari agensi lamanya, dan ada juga yang menebak bahwa mungkin perilaku buruk agensi yang membuat Sojung mundur.

Telepon manager Sojung terus bergetar, dia tampak memegangi kepalanya frustasi. Bagaimana tidak, setiap menit hampir lebih dari lima stasiun berita mencari tahu fakta sebenarnya. Sementara Sojung malah asik meminum susu pisang dengan wajah polos, nampak tidak terganggu dengan suara dering ponsel yang terus berbunyi.

"Sialan sialan, ada apa dengan semua orang? Kenapa mereka begitu ingin tahu?!" rutuk manager Sojung sambil melempar ponselnya sendiri kasar, membuatnya pecah menjadi beberapa bagian.

Sojung tetap menyedot susu pisangnya dengan tatapan kosong, entah apa yang ada dibenaknya.

"Ini semua salahmu. Sial, kenapa kamu harus melakukan hal hal seperti ini? Kurasa aku harus mengajukan pensiun dini."

"Apa diluar masih ada wartawan?"

Sojung tak menjawab pertanyaan Managernya, dia malah bertanya hal lain. Sontak sang manager mendengus kesal, merasa ucapannya tidak pernah Sojung dengarkan.

"Cek sendiri, ini rumahmu, mana aku tahu."

Sojung mengangguk, dia segera mendekati jendela, mengintip dari balik tirai gorden. Masih terlihat jelas puluhan orang berdiri di halaman rumah Sojung, mungkin berharap Sojung akan keluar dan mengakui sebab penyebab dia mengundurkan diri dari agensinya.

"Aku tidak tahu kamu akan bertindak sejauh ini," ujar manager Sojung dengan nada bak penuh keputus asaan.

"Aku juga sama tidak menyangkanya. Tapi mengapa orang orang itu tidak pergi?" Sojung kembali duduk. Dia memejamkan mata, ingat bahwa belum sempat mengabari lima kawan kawannya yang pasti di sedang khawatir setengah mati akan apa yang terjadi dengan Sojung.

Dia mengambil ponsel, dan benar saja, Puluhan panggilan tak terjawab dari Sinb juga Eunha. Segera Sojung menghubungi Sinb, seolah olah tahu jika mereka sedang bersama.

"Unnie? Kamu gila? Bagaimana bisa?" tanya Sinb beruntun begitu Sojung mengangkat teleponnya.

"Kamu tidak harus melakukan ini, ada apa dengan jalan pikiranmu, Unnie? Aku tidak pernah paham denganmu sekarang."

"Aku hanya keluar dari agensi, bukan dari industri hiburan, kamu ini kenapa? Masih banyak agensi lain yang akan mencariku, tenanglah. Jangan khawatir."

"Unnie─" ucapan Sinb tertahan.

"Jangan bilang kamu belum membaca berita?"

"Berita? Berita apa?"

"Kamu─ sungguh belum membacanya?" tanya Sinb dengan nada terkejut. Bisa dibayangkan oleh Sojung ekspresi apa yang sedang Sinb pasang sekarang.

"Bacalah"

Telepon dimatikan sepihak oleh Sinb. Membuat Sojung berhasil terheran heran. Tak hanya itu, Sinb juga mengirim sebuah tautan berita lewat pesan. Sojung menekan link yang tadi Sinb kirim, dia juga melotot sekarang. Ancaman direkturnya tak main main, dia benar benar berencana menghancurkan karir Sojung begitu saja.

'Kamu jelas punya uang, gunakan itu untuk menyewa pelacur'

Sialan, ternyata diam diam waktu itu, ada yang mengambil vidio ketika Sojung sedang memarahi salah seorang staf yang kepergok memotret pahanya. Tapi vidionya terpotong, hanya menampilkan Sojung yang seakan akan menghina serta menghertak staf tadi.

Komentar komentar di dalam artikel berita itu berhasil sedikit membuat Sojung sakit hati. Mereka tak segan menghina, bahkan mengatakan bahwa inilah penyebab Sojung didepak dari agensinya. Sojung goyah, dia kembali duduk membiarkan ponselnya terjatuh kelantai.

"Ada apa? Kenapa?" manager Sojung bertanya, mimik wajah panik terlukis jelas.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

-oOo-

We Are Always One [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang