CHAPTER 7

699 158 4
                                    

"Yerin Unnie─"

Sinb mengunyah mienya sambil menatap tak percaya.

"Sinb-ya," ujarnya menarik mangkuk wadah Ramyeon lalu mengambil sumpit yang berada ditangan Sinb.

Ia langsung memakan Ramyeon Sinb tanpa ijinnya. Kelaparan, itulah yang ia rasakan sekarang. Sementara itu Sinb membeku, tatapannya masih lekat menatap Yerin yang kini tengah memakan mie yang tadi di belinya.

"Yerin Unnie... Ini kamu?" tanya Sinb. Ia mengelilingi wajah Yerin.

"Eum"

Hanya itu jawaban Yerin, ia masih terus mengunyah. Sementara Sinb juga tak berhenti mengamati Yerin dari segala sisi.

"Sinb-ya, Ini aku.. Berhenti mengamatiku seperti itu." ujarnya yang mulai merasa terganggu karena Sinb terus berjalan memutarinya.

"Aaa... Yerin Unnie?"

Yerin menghela nafas, "Kamu sudah mengatakannya tiga kali tadi."

Sinb mengganguk, lalu duduk kembali di samping Yerin. Menatap wadah mienya yang hanya tersisa kuah. Ia Menyesap bibirnya sendiri.

"Ini enak," ujar Yerin. Ia mengelap mulutnya dengan tangan. Kemudian posisi duduknya ia ubah ke arah Sinb.

"Baik, Terima kasih atas Ramyeonmu."

Sinb mendesis, "Kamu benar benar Jung Yerin?"

"Bukan, aku Jung Yennie."

"Unnie... Ini benar kamu rupanya." ujarnya. Kedua tangannya ia tempelkan pada pipi mulus Yerin.

"Sebentar, apa ini? Kulitmu.. Tidak seputih dulu." celetuk Sinb. Mendengarnya Yerin langsung menepis tangan Sinb yang berada di pipinya.

"Apa maksudmu?"

Sinb tersenyum, "Aku hanya bercanda."

Kini Sinb beralih, menatap kebawah kursi dan menemukan sebuah koper besar disana.

"Apa ini? Ini kopermu? Mau kemana?"

"Aaaa ini... Aku─"

"Aku baru saja membelinya, kamu tau? Aku suka pergi travelling akhir akhir ini..ya seperti itu," jawab Yerin panik.

Bukan apa apa, ia hanya tak mau Sinb tau tentang dirinya. Dirinya yang kini hidup sebatang kara, dirinya yang kini terlihat menyedihkan.

"Travelling? Itu bagus... Kamu pergi kemana akhir akhir ini?"

"Itu..."

"Jeju, benar Jeju"

Mulut Sinb membentuk huruf 'O' besar. Menandakan ia paham dengan perkataan Yerin.

"Dimana rumahmu sekarang? Apa disekitar sini juga?"

"Ya, tentu..." jawab Yerin ragu

"Benarkah? Dimana, aku juga tinggal di lingkungan ini. Kamu baru saja pindah?"

Panik, Yerin panik. Bingung hendak menjawab apa atas pertanyaan yang diajukan Sinb tadi.

"Benar... Tapi tak lama lagi aku akan pindah."

"Kenapa?"

"Sudah kukatakan aku suka travelling, berhentilah bertanya gadis bodoh."

"Aku bukan gadis, aku wanita sekarang."

"Siapa peduli? Kamu tetap gadis dimataku."

Masih sama seperti dulu. Ia tetap berkulit putih, ceria, juga matanya yang lenyap ketika ia tersenyum. Tak ada satupun yang berubah, kecuali hidupnya.

We Are Always One [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang