CHAPTER 8

709 152 1
                                    

"Kenapa?"

"Itu─" Sinb melirik Yerin. Ia tidak tega mengatakan hal hal itu didepan Yerin langsung.

"Tidak, Tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkanmu." tolak Yerin tak enak.

Niat awalnya memang seperti itu, ia tidak ingin merepotkan orang lain. Daripada seperti ini, akan lebih baik baginya untuk tidur di jalanan sambil menikmati pemandangan mobil yang berlalu lalang.

"Aku bertanya mengapa, bukan menolaknya," ujar Eunha.

"Tinggalah selama yang kamu mau, Unnie."

Dari tatapan Sinb kepada Yerin, Eunha paham ada sesuatu yang tidak bisa ia katakan. Ia akan memakluminya, tidak akan membiarkan Yerin menceritakan apa yang tidak ingin ia ceritakan.

Eunha menarik Koper yang sedang Yerin pegang. Membawanya masuk begitu saja sebagai ungkapan bahwa ia menerima Yerin dirumahnya.

"Anggap saja rumahmu sendiri," ujarnya sambil tersenyum kearah Yerin.

"Terima kasih."

Eunha beralih ke Sinb, ia mengulurkan tangannya, "Dimana pesananku?"

Sinb dengan malas memberikan kantong plastik yang sejak tadi ia tenteng.

"KENAPA MENCAIR?!"

"Mana aku tau," jawab Sinb acuh.

Es krim yang tadi Eunha pesan telah meleleh sepenuhnya. Bahkan ketika disentuh hanya akan terasa tekstur dari gagang es krim. Eunha tentu saja kesal, ia telah menunggu lama dan ketika datang ternyata es krimnya telah mencair, sial.

"Cukup dinginkan lagi dalam kulkas, jangan melebih lebihkannya."

"Hei, jika ini dibekukan lagi, apa bentuknya akan menjadi seperti semula?"

"Maka belilah dengan uangmu sendiri, itu sebenarnya es krimku."

"Maaf menyela, tapi bisakah kamu menunjukan kamar mandi?"

Pertanyaan Yerin membuat Eunha juga Sinb berhenti berdebat.

"Aaa... Kamar mandi? Biar ku tunjukan." jawab Eunha

Sinb melempar badannya ke sofa ruang tengah. Menyalakan kembali televisi sambil sesekali memakan beberapa cemilan sisa yang Eunha tinggalkan di ruang tengah.

Acara televisi, kapan terakhir kali dia berada disana? Sudah lama, tidak ada yang ingat bahkan diri Sinb sendiri. Kapan juga terakhir kali ia menunjukan bakat dancenya kepada orang orang? Ia sudah lupa.

Ting tong

Suara bel rumah Eunha berbunyi. Sang pemilik rumah yang sejak tadi tak kunjung keluar dari kamar mandi membuat Sinb harus melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

Ia melangkah, sambil berpikir bahwa yang datang adalah tetangga atau rekan kerja Eunha.

Sinb menarik gagang pintu, "Sojung Unnie..."

Ia terkejut begitu melihat sang aktris dunia tiba tiba datang disana. Tidak pernah berpikir bahwa Sojung yang sangat sibuk dapat datang tanpa undangan. Atau memang Eunha yang mengundangnya?

"Sinb? Kamu disini?" tanyanya

"Eo, Masuklah."

Sojung melangkahkan kaki kedalam rumah Eunha, ia terlihat menenteng plastik putih besar yang entah apa isinya.

"Dimana Eunha?"

"Di kamar mandi... Tapi sungguh, Unnie datang di waktu yang sangat tepat."

"Apa maksudmu?" tanya Sojung sambil merebahkan tubuhnya ke sofa. Ia terlihat sangat kelelahan. Tentu saja, dia orang yang sibuk.

We Are Always One [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang