Part 19

2.6K 69 0
                                    

Part 19

Setelah makan malam, kini Revan dan Bella sudah sekamar seperti biasa. Keduanya tampak fokus dengan aktivitas masing-masing, seperti Revan yang sedang membaca buku sedangkan di sampingnya Bella sedang berbalas pesan dengan Aldi atau adiknya, Billy.

Di tengah acara membaca bukunya, diam-diam Revan melirik ke arah Bella yang sedang tersenyum membaca sebuah pesan, di dalam pikiran Revan sudah jelas Aldi yang membuat wanita itu bisa menyunggingkan senyum seperti itu.

Entah kenapa hanya dengan memikirkannya saja, Revan merasa kesal menatap senyumannya. Bukannya Revan tidak menyukainya, Revan bahkan sangat suka saat melihat Bella tersenyum, hanya saja ia tidak suka senyuman itu terbentuk oleh orang lain.

"Kamu lagi apa?" tanya Revan setelah berdeham untuk mencairkan suasana sunyi di kamarnya.

"Lagi berkirim pesan, Pak." Bella menoleh ke arah Revan sembari tersenyum ramah.

"Dengan Aldi?" tanyanya justru terdengar mengintimidasi.

"Iya, Pak. Saya juga berkirim pesan dengan Billy." Bella menjawab dengan nada sopan namun sangat terdengar antusias.

"Siapa lagi itu Billy? Pacar kamu?" tanya Revan penasaran, bukunya bahkan langsung ditutup.

"Bukan, Pak. Saya tidak punya pacar. Billy itu adik saya. Apa saya belum mengatakan nama adik saya ya, Pak?" tanya Bella tak yakin, sedangkan Revan juga merasakan hal yang sama, karena ia tidak pernah ingat nama itu sebelumnya.

"Saya tidak tahu." Revan menjawab cepat, merasa bodoh saja dengan pertanyaan yang tidak seharusnya ia ajukan.

"Mungkin saya belum mengatakannya, Pak. Maafkan saya, tapi Billy itu adik kandung saya. Dia satu-satunya lelaki yang saya miliki di dunia ini, saya sangat menyayanginya." Bella tersenyum tipis, merasa sangat merindukan adiknya itu.

"Oh begitu? Baguslah, saya pikir Billy itu pacar kamu." Bella hanya tersenyum mendengar jawaban bosnya, merasa lucu saja dengan ekspresinya.

"Lalu bagaimana dengan Aldi? Sepertinya dia menyukai kamu, apa kamu juga menyukainya?" tanya Revan penasaran, namun Bella justru terdiam, ia tak yakin dengan perasaannya, meski ia merasa nyaman berada di dekat lelaki itu.

"Saya tidak yakin, Pak. Aldi itu orangnya baik dan sangat pengertian, dia seperti seorang Kakak bagi saya." Bella menjawab sejujurnya yang diam-diam disenyumi oleh Revan, setidaknya Bella tidak menyukai Aldi sebagai seorang lelaki.

"Emh begitu? Ya sudah, kalau begitu saya akan istirahat dulu. Kamu juga harus istirahat, jangan terlalu banyak berkirim pesan meskipun besok kita libur." Revan membaringkan tubuhnya, sedangkan Bella mengangguk untuk menjawabnya.

"Iya, Pak." Bella meletakkan ponselnya, berniat membaringkan tubuhnya di ranjang dan melelapkan matanya.

***

Di pertengahan malam, seperti biasa, Revan mencengkeram tangannya, tubuhnya mulai bergeliat tak tenang. Bila seperti ini, Bella yakin bosnya itu sedang mengalami mimpi buruk. Kalau sudah seperti itu, Bella akan membangunkan tubuhnya untuk mengambil obat milik bosnya dan memberikannya untuk diminumnya. Namun saat berada di tangannya, Bella merasa ada yang salah, botol obat itu terasa sangat ringan, seolah tidak ada benda apapun di dalamnya.

Bella yang merasa curiga langsung membukanya, dan betapa terkejutnya ia melihat botol itu kosong seperti dugaannya. Bila sudah seperti ini, Bella merasa bingung harus berbuat apa, terlebih lagi bosnya semakin tak tenang di sampingnya.

"Ren, Reno ...." Revan mulai mengigau, ekspresinya tampak ketakutan, membuat Bella kebingungan harus berbuat apa, kalau biasanya ia akan segera memberikan bosnya obat, namun sekarang tidak ada yang bisa ia berikan.

in bed boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang