9. Last but not Least

1.1K 59 46
                                    

Ali mengambil ponsel dari sakunya. Setelah tap-tap beberapa kali, Ali meletakkan ponsel ke telinganya.

"Halo, Paman. Paman sedang ada di mana?" Tanya Ali via ponsel.

Sepertinya aku paham siapa yang akan dia tanyai untuk yang terakhir kali.

"Kapan Paman senggang? Aku ingin menanyakan sesuatu.

"Ah tidak bisa, Paman. Kita harus bertemu. Paman harus kemari. Hal ini tidak bisa ku tanyakan lewat ponsel.

"Baiklah. Aku tunggu. Terimakasih, Paman."

Ali meletakkan ponselnya sembarangan di kasur lalu Ali memandangiku yang masih saja rebahan.

"Enak?" Tanya Ali padaku.

"Apanya?"

"Rebahannya lah, Ra."

Aku nyengir lalu bergegas duduk bersila menghadap Ali. "Hehe, maaf."

"Loh. Siapa yang menyuruhmu duduk? Lanjutkan saja. Barangkali enak, kau bisa teruskan rebahan di sini hingga esok pagi." Jelas Ali padaku.

Aku mengernyitkan dahi, tak paham apa maksudnya. "M-maksudmu, aku menginap di sini?"

"Bukannya kau sudah berjanji untuk tetap menemaniku mencari jawaban pertanyaanku? Orang terakhir yang akan ku tanyai masih ada di luar negeri. Nanti sore akan ia usahakan pulang. 

"Perjalanan udara sekitar 12 jam. Dari bandara kemari membutuhkan waktu 2 jam lewat transportasi darat. Kecuali dia juga punya kapsul terbang apalagi yang bisa melakukan lompatan mungkin bisa beberapa detik saja sampai kemari.

"Yahh, melalui perjalanan normal, kemungkinan sampai sini baru esok pagi, Ra."

Aku hanya terdiam. Bingung akan bereaksi seperti apa.

Aku? Seorang aku? Menginap di rumah Tuan Muda Ali?

"Yaah terserahmu mau tidur di kamar utama, kamar tamu, atau di basement ini." Jelas Ali sambil mengangkat bahu.

"A-aku benaran harus menginap di sini, Ali?" Tanyaku sekali lagi.

Ali mengangguk mantap. "Aku yakin seorang Putri Bulan tidak akan mengingkari janji."

Siapa saja tolong aku!!!

Ali benar aku tidak akan mengingkari janji. T-tapi, kalau aku harus menginap di sini, di rumah Ali, berdua, tanpa orangtuanya. K-kan tidak baik? 

Bagaimanapun aku perempuan dan Ali laki-laki.

Oh. Benar. Masih ada maid dan penjaga rumah.

T-tapi kan mereka tidak mungkin selalu mengawasi Ali di rumah sebesar dan semegah ini.

"J-jadi, selama menunggu, apa yang akan kita lakukan, Ali?"

Kini Ali mengubah posisi. Turut duduk bersila berhadapan denganku.

Tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya sejengkal di depan wajahku.

S-situasi macam apa ini?

Ali tersenyum jahil, "kau mau kita melakukan apa, Ra?"

Aduh aduh aduuuuhh!!!!!

Pikiranku travelling!!!

Astaga, Raaa!!! Sepertinya kau perlu sering-sering membersihkan otak dan prasangkamu deh kalau bersama si Biangkerok ini.

Oh please, somebody help!!!

Tiba-tiba saja alat komunikasi antar klan kami bergetar sepersekian detik. Getarannya hanya sebentar tapi cukup untuk menarik perhatian kami kalau-kalau ada seseorang di klan lain sedang menghubungi kami.

Raib & Ali (URSA MAJOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang