10. The Truth

1.2K 57 30
                                    

Halo readers-ku yang manis nan budiman.

Budayakan vote and comment yaa. Thanks :)


Refleks aku turut bersimpuh di hadapan Paman Sas sambil menyentuh kedua lengan atasnya.

"Kau tidak pantas seperti ini, Paman. Berdirilah." Kataku pada lelaki di hadapanku ini.

Wajahnya tampak gusar. Enggan menatap ke arahku.

Kini ia melihat bergantian ke kedua tanganku yang ada di lengan atasnya. Tapi Paman Sas justru memejamkan kedua matanya. "T=tolong jangan sentuh hamba. Jangan mengotori tangan Anda, Putri. H-hamba hanya m-makhluk rendahan yang tidak pantas Anda sentuh."

Aku menggeleng tegas. "Tidak, Paman. Kita semua diciptakan setara. Tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain."

Paman Sas masih merunduk dan semakin terlihat gelisah. "A-ampun, Putri. P-perkaranya adalah... H-hamba b-bukan m-manusia." 

Aku dan Ali seketika membelalak.

Namun aku berusaha tenang dan mengalirkan energi ketenangan kepada Paman Sas melalui kedua tanganku.

"A-ampun, Putri. H-hamba tidak pantas mendapat aliran energi dari Tuan Putri. H-hamba hanya m-makhluk-"

Kini giliran Ali yang turut bersimpuh di belakang Paman Sas.

"Sudah, Paman. Mari kita duduk dulu. Dan ceritakan segalanya yang Paman Sas sembunyikan dariku." 

Ali terlihat gusar dan tampak lebih emosional mengetahui kenyataan bahwa orang yang selama ini terus menjaganya ternyata menyembunyikan lebih banyak hal dari yang ia tahu.

Aku berusaha meraih tangan Ali dan menenangkannya. Bukan saatnya untuk bersikap emosional.

"Iya, Ra. Maaf. Aku akan berusaha menstabilkan emosiku kembali. Terimakasih."

Aku mengangguk dan tersenyum kepada Ali.

Aku duduk bersama mereka di basement Ali. Namun aku berusaha untuk tidak masuk ke dalam percakapan mereka dan hanya menyimak sampai waktu untukku bicara benar-benar dibutuhkan.

"Baik. Yang pertama. Dari mana Paman tahu tentang dunia paralel?" Ali memulai sesi deep interview-nya.

"Em... Karena Paman sendiri bukan dari klan Bumi."

Ali mengangguk. "Pantas saja, detektor klan lainku selalu aktif ketika ada Paman." Lalu Ali menoleh kepadaku. "Dengan kekuatan gelombang deteksi yang sama dengan si Putih."

Aku memelotot.

"Bukannya aku sudah pernah bilang ya kalau detektorku selalu aktif dengan kekuatan tinggi pada si Putih, Ra?"

Aku menatap cicak di langit-langit basement. Sepertinya aku memang pernah mendengar Ali mengatakannya.

Lalu Ali melambaikan tangan. Tak peduli aku mengingatnya atau tidak.

"Si Putih? Sepertinya Paman pernah mendengarnya namun belum pernah bertemu langsung dan menyaksikan kekuatannya."

"Si Putih punya kekuatan?" Tanyaku.

Paman Sas kembali merunduk. "A-ampun, Putri. S-sepertinya memang si Putih adalah makhluk purba dari suatu klan jauh, sama seperti hamba. Saya hanya pernah mendengar legendanya namun belum pernah sempat bertemu langsung dengannya."

"Apa saja yang Paman tahu tentang dunia paralel?" -Ali

"Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, Klan Nebula, Klan Komet, Klan Komet Minor, Klan Aldebaran, klan tempat Paman berasal, dan klan tempat orangtuamu berasal. Tapi Paman hanya sekedar tahu, belum pernah menapakkan kaki langsung." -Paman Sas

Raib & Ali (URSA MAJOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang