Pagi hari setelah ia melewati malam dengan Lulu si wanita asuransi, Fay menatap secarik poster asuransi yang kini tak utuh lagi sebab terkena air hujan. Salah satu langkah untuk mengetahui sesuatu tentang asuransi yang ditawarkan oleh Lulu adalah dengan menemuinya, lagi pula tak ada harapan untuk mencari suatu informasi di dalam poster yang tak lagi utuh.
Pukul 9.12, seseorang berteriak dari bawah lantai indekosnya. "Fay, ada surat untukmu!" suara berat dari laki-laki yang sudah berumur terdengar hingga ke ruangannya Fay, ia si pemilik indekos.
Fay keluar dari ruangan indekosnya, tanpa merapikan dirinya yang hanya mengenakan singlet putih dan celana pendek polkadot. Ia menemui seorang pengantar surat seperti biasanya, sebelum Fay hendak kembali ke ruangannya, si pemilik indekos datang menghampirinya dengan raut wajah bertanya-tanya.
"Kau sering mendapatkan sebuah surat, memang siapakah yang selalu mengirimkan surat untukmu?" tanya si pemilik indekos.
Fay diam sejenak, berpikir untuk mencari-cari sebuah alasan. "Itu surat dari kerabat jauh."
Si pemilik indekos itu hanya mengangguk, namun raut wajahnya tak berubah dan membiarkan Fay kembali ke ruangannya.
Fay membuka amplop surat itu secara perlahan, lalu membuka lipatan kertas yang ada di dalamnya.
"Dear 2046, bos ada pekerjaan untukmu, ada pintu yang harus kau ketuk, dan datanglah saat matahari berada di atas kepalamu. Dari jutaan pintu, carilah pintu cokelat berwarna biru bernomor 112 di dalam bar Sakura."
Tertera 7046.
Beberapa detik setelah Fay membaca secarik surat itu, Fay bersiap diri mengenakan pakaiannya, jas merah maroon bak mawar yang elegan, serta celana panjang berwarna hitam. Di balik jas merah maroon itu seperti biasanya Fay hanya mengenakan singlet putih.
Tatkala ia merasa matahari tepat berada di atas kepalanya, Fay bergegas pergi mencari tempat yang sudah ditentukan oleh rekan barunya itu. Ia berjalan menuju halte bus di mana ia sebelumnya menemukan selebaran poster asuransi yang pernah ditawarkan Lulu, berharap poster itu kembali melayang di hadapan wajahnya namun tidak.
Bus berhenti di hadapan Fay, pintunya perlahan terbuka mempersilahkan Fay untuk masuk. Fay memilih duduk di sudut bus itu, alih-alih tidak ingin mencolok, namun kenangan dari kehidupannya dahulu menyapanya, seolah tak peduli ia mencolok ataupun tidak, seseorang yang mengenalnya akan menyapanya setelah melihat wajah dingin dari seorang Fay.
"Kau Fay ya?" ucap seseorang pria yang umurnya nampak tak jauh dari Fay.
Fay menoleh ke arah pria itu, Fay awalnya tak mengenalinya.
"Kau tidak ingat aku? ini aku Biyan, dulu kita sekelas waktu SMA, kau Fay yang sering menyendiri itu kan? meskipun kau penyendiri aku masih mengenalmu." Pria itu mengaku sebagai Biyan, temannya Fay sewaktu SMA
Fay hanya mengangguk dan tersenyum, seketika kenangan masa lalunya datang kembali bagai angin pembawa pesan sebelum badai tiba. Dalam kehidupan masa lalunya Fay, Biyan adalah orang yang cukup pintar, berkarisma dan juga banyak disenangi wanita karena parasnya yang tampan. Jauh dalam lubuk hatinya Fay ia tidak menyukai Biyan sebab Biyan adalah kebalikan dari dirinya. Pernah pada suatu masa, Biyan memberikan julukan kepada Fay dengan panggilan si "koala" sebab koala identik dengan pemalas dan juga penyendiri. Fay tidak masalah dengan panggilan apapun yang orang lain berikan kepadanya, entah sejelek apapun itu ia tetap tidak peduli, sebab ia tidak ingin membuang tenaga untuk mengurusi hal-hal seperti itu.
"Oh ya aku sekarang punya perusahaan, di bidang jasa pengiriman. Kau sudah bekerja?" tanya Biyan.
"Sudah," balas Fay datar.
"Apa pekerjaanmu sekarang?"
Fay mengambil dompet yang ada di saku belakang celananya lalu mengeluarkan sebuah kartu tanda pengenal dan memberikannya kepada Biyan. "Aku seorang akuntan," kata Fay.
"Wah kau hebat sekali, aku tidak menyangka, padahal sewaktu SMA kau tidak begitu mencolok dalam matematika, aku senang mendengarnya, selamat ya," ujar Biyan dengan senyum lebarnya.
Fay hanya tersenyum tipis dan memalingkan wajah ke arah jendela, kartu tanda pengenal yang ia berikan kepada Biyan tentunya tanda pengenal palsu, ia sengaja membuat tanda pengenal palsu itu untuk berjaga-jaga jika ada seseorang yang menanyakan pekerjaannya, ia bisa berdalih dengan menjadi seorang akuntan. Tak lama bus berhenti, dan Biyan pamit pergi.
Di pemberhentian selanjutnya, barulah Fay turun dari bus itu, ia berjalan kaki beberapa ratus meter lalu berhenti tatkala ia menemukan sebuah bar berarsitektur Jepang dengan sebuah tulisan "sakura bar" yang terpampang di atap bar itu.
Setelah Fay masuk ke bar itu, seorang bartender menyapanya.
"Apakah ada yang bisa saya bantu?" ucap bartender itu.
Fay menoleh ke arah bartender dan melangkah menghampirinya, "segelas whiskey saja."
"Baik tuan."
Selagi Fay menunggu bartender itu menyajikan segelas whiskey untuknya, Fay menoleh ke setiap sudut, berharap menemukan pintu berwarna biru namun ia tak menemukannya, yang ia lihat hanyalah wajah-wajah asing yang tak pernah ia temui.
"Ini tuan silahkan!" bartender itu menyodorkan segelas whiskey untuk Fay.
Fay meneguk minumannya dalam satu tegukan, lalu berbisik kepada bartender itu, "pintu berwarna biru yang bernomorkan 122 dimana?"
Bartender itu tersenyum, lalu mengajak Fay masuk ke sebuah pintu ruangan yang ada di belakang lemari-lemari minuman. Di balik pintu itu ada sebuah lorong kecil yang mengarah ke sebuah pintu berwarna biru.
"Kalau begitu saya pamit pergi," ucap bartender itu.
Fay membukakan pintu berwarna biru itu dengan perlahan, dalam pandangannya ia melihat seorang wanita yang tak lain adalah 7046, rekan barunya itu.
"Selamat datang, bos memerintahku untuk membicarakan pekerjaan di tempat seperti ini, akhir-akhir ini polisi banyak bergerak di mana-mana, kita harus sedikit waspada," ujar perempuan itu.
Fay duduk dan saling berhadapan dengan perempuan itu, pandangan Fay tajam, sementara di balik kaca mata hitam yang perempuan itu kenakan, ia juga menatap tajam Fay. Mungkin di antara mereka belum menjalin persahabatan yang hangat sehingga hanya kedinginan sikap masing-masing yang ditujukan.
Perempuan itu membuka kaca mata hitamnya, ia sedikit menundukkan kepala untuk mendekatkan pandangan pada sebuah dokumen yang ada di atas meja yang memisahkan dirinya dengan Fay. Selagi perempuan itu memerhatikan sebuah dokumen, perempuan itu merapikan rambut pirangnya yang sesaat menghalangi pandangannya, sehingga bentuk wajahnya nampak terlihat di kedua mata Fay. Fay baru menyadari paras rekannya itu cukup membuatnya terpukau meski ia sadar kalau dirinya tak pernah mengetahui asal muasal dari seorang perempuan yang tak pernah ia ketahui namanya.
"Ini tugas dari bos, target kali ini seorang pengusaha, klien kita sepertinya bersaing dengan target, dan klien ingin kita membunuhnya. Target seorang direktur dari perusahaan jasa pengiriman, rupanya perusahaan target yang kita incar menyulitkan penyelundupan narkoba dari klien yang membayar kita," ucap perempuan itu.
Fay mengambil dokumen yang ada di atas meja itu, lalu meneliti apa yang tertera dalam dokumen. Didapatinya ada sebuah foto seorang pria yang baru saja ia temui tadi, yaitu Biyan.
"Dari informasi yang aku dapati, target sering mengunjungi restoran China di Jakarta Utara setiap sabtu malam, tepat malam ini," lanjut perempuan itu.
Fay terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah wanita itu, "baik akan aku selesaikan, terimakasih 7046." Fay mengambil salah satu foto targetnya itu lalu bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan perempuan itu dalam keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE MOOD FOR NOTHING
RomanceFay atau 2046 adalah seorang bounty hunter/pembunuh bayaran yang di mana sisa hidupnya ia abdikan pada sebuah pekerjaan yang menurutnya cocok untuk seorang penyendiri dan malas membuat keputusan. Namun semenjak seorang wanita penjual asuransi keseha...