Saat langit berganti menjadi malam, apakah kejahatan dan kekelaman akan terlelap dari tidurnya? ataukah bangkit karena ia merasa harus melengkapi malam dengan segala keburukannya? mengapa malam identik dengan hal-hal yang kelam di saat keindahan gemilang bintang bertabur membentuk lautan. Fay bisa saja disalahkan atas apa yang hendak ia lakukan malam ini, tapi Fay pun tidak bisa melepaskan seutas tali takdir yang melilit di kehidupannya yang menjadi seorang pembunuh bayaran.
Fay tak pernah mengira ia harus membunuh teman sekolahnya, meskipun begitu Fay tak sedikitpun ragu sebab Biyan tak terlalu berpengaruh di kehidupannya, jadi tak ada sedikit penyesalan yang ia rasakan apabila Fay harus mengakhiri hidupnya Biyan.
Terlepas dari buruk dan baiknya pekerjaan yang ia lalukan, sebetulnya Fay hanya ingin hidup damai di mana segala hal diatur oleh orang lain, jadi ia cukup menjalaninya saja, tapi hanya pekerjaan inilah yang sesuai dengan ideologinya itu. Awalnya Fay sempat ragu dengan apa yang ia kerjakan, tapi setiap sesuatu yang diberikan Bos kepada Fay akan sangat berarti baginya. Bos menjamin hidupnya Fay dari segi apapun itu, bahkan Bos pernah menawari sebuah apartement mewah gratis untuk Fay, namun Fay menolaknya dan lebih ingin hidup sederhana di balik bayang-bayang kehidupan glamor kota, dan satu hal yang Fay kagumi dari Bos adalah sifatnya yang realistis, Fay percaya apa yang Bos katakan selalu berasal dari sudut pandang yang nyata, entah itu kabar baik ataupun buruk selagi hal itu bersifat realistis, Fay selalu menerimanya.
Fay mulai bergerak mencari target, sebelum itu rekannya (7046) memberitahukan Fay bahwa Biyan pada malam ini tengah berada di sebuah kedai makan kecil. Entah dari mana si perempuan dengan kode 7046 mengetahuinya, Fay tak peduli sebab ia hanya ditugaskan untuk mengakhiri hidup targetnya bukan mempermasalahkan hal itu.
Malam itu cuaca dingin, pertanda hujan akan datang karena cahaya rembulan mulai terhalangi oleh awan yang entah berwarna putih ataupun tidak yang pasti awan kelabu sudah siap membasahi permukaan.
Tatkala hampir sampai dan tinggal beberapa ratus meter lagi dari kedai makan itu, Fay berkunjung terlebih dahulu ke sebuah warung kecil yang hanya menjual rokok dan minuman saja, ia membeli sebungkus rokok Marlboro merah dari warung itu sambil melihat-lihat situasi yang ada di sekitarnya. Fay menyalakan sebatang rokok lalu berjalan menuju kedai itu dengan kedua mata yang terus melirik ke segala sudut dengan tujuan mewaspadai situasi di sekitarnya.
Fay membuka pintu kedai itu dengan perlahan, di dalamnya ada beberapa orang yang tengah menikmati makan malamnya. Fay melangkah ke seorang pemilik kedai itu dan memesan minuman, selagi pesanannya tengah dibuatkan, Fay melirik ke sebuah ruangan yang tertutupi oleh tirai namun tak berpintu.
"Ini minumnya silahkan!" ucap si pemilik kedai sambil menyodorkan segelas jus apel ke arah Fay.
"Terima kasih," sambut Fay.
Tatkala si pemilik kedai hendak melangkahkan kaki ke dapurnya, Fay menghentikannya dengan sebuah pertanyaan, "itu ruangan apa ya pak?"
Si pemilik kedai kembali memusatkan perhatiannya kepada Fay.
"Ruang khusus mas, untuk orang-orang yang menyewanya saja," ujar si pemilik kedai.
Fay sedikit heran, ternyata kedai makan yang sesederhana ini memiliki ruangan khusus di mana orang harus memesan dahulu jika ingin masuk ke dalamnya. Fay menaruh rasa curiga dengan ruangan tersebut, ia merasa ada pertemuan rahasia yang Biyan lakukan di ruangan itu, tapi ia juga tak tahu apakah ada Biyan di dalamnya ataupun tidak, salah satu cara agar ia bisa mengetahuinya tak lain adalah dengan mengeceknya langsung.
"Pak, bisa buatkan ayam goreng dengan saus tomat untuk saya?," kata Fay alih-alih ingin si pemilik kedai itu tidak memerhatikannya sebab Fay hendak masuk ke ruangan tersebut.
"Baik, saya buatkan dulu," ujar si pemilik kedai.
Si pemilik kedai masuk ke dapur, setelah itu Fay melangkah ke ruangan khusus dan membukakan tirainya secara perlahan.
Di kejauhan ia melihat beberapa pria tengah duduk melingkar di sebuah meja bundar, dan ada seorang target Fay yaitu Biyan tengah membukakan koper berwarna hitam berisikan beberapa sabu yang sudah terkemas rapi, Fay tak menyangka Biyan terlibat dengan transaksi narkoba, pekerjaannya yang saat ini mungkin hanya sebuah kedok saja, agar terpandang baik oleh orang lain, namun aslinya ia seorang pemasok narkoba jenis sabu.
Fay memegangi pistol yang ada di sakunya, ia berniat melakukan tembakan tiba-tiba yang pasti akan membuat orang-orang terkejut mendengar suara bising saat peluru ditembakan. Tatkala Fay berjalan perlahan tanpa suara sambil menodongkan pistolnya, ada seseorang memanggilnya, dan itu adalah pemilik kedai yang kini di belakang punggungnya.
"Mas kenapa masuk ke ruangan ini? pesanannya sudah siap!" kedua tangan si pemilik kedai itu tengah membawakan pesanannya Fay. Tak lama si pemilik kedai pun terkejut ketika melihat Fay tengah memegangi pistol sehingga ia langsung pergi dari ruangan tersebut.
Fay tertangkap basah tengah menodongkan pistol ke arah Biyan, dan beberapa orang yang tengah duduk melingkar di meja itu pun kini memusatkan perhatiannya ke arah Fay.
Fay menembakkan pistolnya, namun tidak mengenai Biyan, dan malah mengenai orang lain yang berada di sampingnya Biyan. Orang-orang yang ada di ruangan itupun serempak mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke arah Fay, namun Fay berhasil melindungi dirinya ke sebuah lemari kayu yang berjajar di sekitar ruangan itu, seolah pertahanannya sangat bergantung pada lemari tersebut.
Fay mengambil nafas dalam-dalam dan bersiap menembak, namun ia masih berlindung di balik lemari sebelum suara pistol yang ditembaki ke arahnya tak terdengar lagi.
Selang beberapa detik, suara tembakan tak lagi terdengar, Fay pun melancarkan serangan balik dan berhasil mengenai Biyan namun sangat disayangkan, salah satu lengan kanannya tertembak, sehingga membuat Fay berteriak kesakitan. Saat Fay merasa peluru yang ditembakkannya itu mengenai Biyan, Fay lalu berlari keluar dari ruangan itu sembari memegangi lengannya yang tertembak. Orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut serempak mengejar Fay hingga seisi kedai itu dalam waktu seketika kacau layaknya medan tempur. Selagi Fay menyelamatkan diri, ia masih menembakkan pelurunya walau ada beberapa tembakannya yang masih meleset, namun kini ia sadar ada satu masalah yang sulit diselesaikan, yaitu pada dasarnya ia sudah kalah jumlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE MOOD FOR NOTHING
RomanceFay atau 2046 adalah seorang bounty hunter/pembunuh bayaran yang di mana sisa hidupnya ia abdikan pada sebuah pekerjaan yang menurutnya cocok untuk seorang penyendiri dan malas membuat keputusan. Namun semenjak seorang wanita penjual asuransi keseha...